Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
“POTENSI ANTIBIOTIKA (ANTIBAKTERI)”

Di Susun Oleh :

Nama : Rika Pratika


NIM : 2011102415090
Kelas :B
Dosen Pengampu : Dr. Hasyrul Hamzah, S. Farm., M.Sc.

PROGRAM S1 FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum
Potensi Antibiotika (Antibakteri).

B. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan potensi
antibiotika.

C. Dasar Teori
Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
pada konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan
jaminan bahwa kualitas dan mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Radji, 2010).
Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme
hidup, turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik, dan
dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu
spesies atau lebih mikroorganisme. Antibiotika sudah banyak digunakan oleh
masyarakat untuk pengobatan berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Akan
tetapi akibat pemakaian yang tidak rasional dan pemakaian yang tidak tuntas dari
antimikroba malah dapat membahayakan bagi pasien. Bakteri penyebab penyakit
ini dapat menjadi resistensi terhadap pengobatan dengan antimikroba. Antibiotik
digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk
prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar (Pratiwi, 2008).
Antibiotik adalah suatu obat yang membunuh atau menginhibisi
pertumbuhan bakteri. Antibiotik adalah suatu kelas antimikroba, suatu
kelompok yang lebih besar dimana didalamnya termasuk obat–obat antifungi,
antivirus dan antiparasit. Dalam pengobatan modern, antibiotik merupakan salah
satu obat yang paling sering diresepkan (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2015).
Antibiotik merupakan senyawa aktif yang dalam konsentrasi
rendah dapat membunuh ataupun menghambat pertumbuhan dan
aktivitas metabolisme bakteri tertentu. Berbeda dari bakteriosin yang merupakan
metabolit primer peptida hasil sintesis di ribosom, antibiotik termasuk metabolit
sekunder yang dihasilkan saat sel berada pada fase stasioner. Secara
umum, antibiotik bekerja dengan berbagai cara seperti menghambat
sintesis dinding sel, mengganggu sintesis protein tertentu,
menghambat sintesis membran sel, merusak asam nukleat, dan
mengganggu kerja enzim (menjadi inhibitor kompetitif). Adapun
berdasarkan kelasnya, antibiotic dapat dibedakan menjadi beta lactams
(seperti penisilin dan cephalosporin), macrolides, tetracylines, dan
aminoglycosides (Djide, M.N, 2003).
Uji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik untuk
menetapkan suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut
terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang
ditimbulkan pada senyawa uji dapat berupa hambatan pertumbuhan (Pratiwi,
2008). Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa
kualitas dan mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan (Dwidjoseputro, D. 2015)
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi.
Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat
toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh
sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh
penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba
penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya
antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri
dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia,
sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri
mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna, 2017).
Prinsip penetapan potensi antibiotik dalam sediaan obat adalah
membandingkan dosis larutan sediaan uji terhadap dosis larutan baku
pembanding yang menghasilkan derajat hambatan yang sama pada
mikroorganisme uji (Radji, 2010).
Pada umumnya, pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi
menggunakan dua metode, yaitu metode turbidimetri dan metode lempeng
silinder atau difusi agar. Prinsip metode turbidimetri adalah berdasarkan
hambatan pertumbuhan biakan mikroorganisme dalam media cair yang
mengandung larutan antibiotik sedangkan prinsip metode lempeng silinder adalah
membandingkan zona hambatan pertumbuhan mikroorganisme uji oleh dosis
senyawa antibiotik yang diuji terhadap zona hambatan oleh dosis antibiotik baku
pembanding pada media lempeng agar (Radji, 2010).
Keampuhan (kekuatan) kandungan antibiotik dalam sampel (jumlah
antibiotik murni) dapat ditentukan secara kimiawi, fisik dan biologis. Uji biologis
adalah yang termudah untuk melakukan penetapan semacam itu. Cara penetapan
secara mikrobiologis yang digunakan adalah cara penetapan difusi (lempeng)
yaitu zat yang diperiksa berdifusi dari pencadang (reservoir) kedalam medium
agar yang telah diinokulasikan jasad renik, setelah diinkubasikan maka hambatan
pertumbuhan mikroba diukur dan dibandingkan hasilnya (Anna Choirunnisa,
DKK. 2017)
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri
adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar
kertas cakram (paperdisk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona
hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
bahan anti bakteri (Jawetz, 1995).
Keberhasilan penggunaan sediaan-sediaan farmasi yang mengandung
senyawa antibiotika dan vitamin tergantung (1) ketepatan diagnosis dokter, (2)
mutu antibiotika dan vitamin tersebut. Mutu sediaan terutama antibiotika, mulai
dalam bahan baku, selama dalam proses pembuatannya sampai diedarkan,
biasanya potensi masih tinggi, setelah diedarkan beberapa waktu sering
mengalami penurunan potensi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
pengawasan mutunya perlu diperhatikan, agar penggunaan dapat dipertanggung
jawabkan. Demikian juga halnya dengan sediaan vitamin perlu diperlakukan
seperti halnya dengan sediaan antibiotika (Djide, 2003).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat
yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada
kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi
terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik
yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat
pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum
kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotic (Dwidjoseputro, 1994).
Sebagaimana suatu uji biologi, pada uji potensi antibiotika dan vitamin
secara mikrobiologi ini akan selalu didapatkan variasi acak pada respon yang
diamati, yang dikenal sebagai kesalahan biologik. Walaupun kemajuan dibidang
pengujian secara kimia telah menghasilkan berbagai tekhnik penetapan kadar
yang waktu pelaksanaannya jauh lebih cepat, sehingga menimbulkan
kecendrungan pengujian antibiotika dan vitamin akan dilakukan dengan cara-cara
kimia atau fisikokimia, namun untuk beberapa antibiotika dan vitamin atau dalam
keadaan tertentu penetapan potensi tetap harus dilakukan secara mikrobiologi.
Lagi pula penetapan secara mikrobiologi langsung berhubungan dengan khasiat
atau efek dari senyawa tersebut (Djide, 2003).
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup
terutama fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, 1978)
Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan
manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia,
sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri
mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi. Prinsip penetapan potensi antibiotik
dalam sediaan obat adalah membandingkan dosis larutan sediaan uji terhadap
dosis larutan baku pembanding yang menghasilkan derajat hambatan yang sama
pada mikroorganisme uji (Ganiswarna, S.G. 2017)
Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai
macam zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri
seperti bergerak menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa bila
bakteri-bakteri itu tertarik dan bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut
chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang
tidak bergerak, pertumbuhan koloninya dapat dipengaruhi oleh zat-zat kimia
peristiwa itu disebut chemotropis (Jawetz, G. 2015)
Suatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika apabila (Djide, 2005) :
1. Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (alami maupun
sintesis).
2. Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog
struktur suatu antibiotika yang terdapat di alam.
3. Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan atau keselamatan suatu
spesies mikroorganisme atau lebih.
4. Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah.
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini
berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang.
Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti
bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang,
dapat merusak parasit .
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat - syarat berikut :
1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat
pertumbuhan
2. mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).
3. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
4. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada
host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan
sebagainya
5. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti
flora usus atau flora kulit. (Hadioetomo, 2005)
Secara umum antibiotika terbagi atas (Raharja, 2002) :
1. Penisilin
Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap terutama
kuman Gram-positif (khususnya Cocci) dan hanya beberapa kuman
Gram-negatif. Contohnya : Benzilpenisilin, Fenoksim etilpenisilin
Kloksasilin, Asam Klavulanat, Ampisilin.
2. Sefalosporin
Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif
dan Gram-negatif termasuk Escherichia coli. Berkhasiat bakterisid
dalam fase pembunuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa
peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya.
Contohnya : Sefaleksin, Sefamandol, Sefouroksin, Sefotaksim,
Seftazidim, Aztreonam.
3. Aminoglikosida
Aktivitasnya bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi
dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses
translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya
dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan juga
bilakuman tidak membelah diri. Contohnya : Streptomisin,
Gentamisin,Amiksin, Neomisin Paromomisin.
4. Tetrasiklin
Mekanisme kerja berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman.
Spectrum kerjanya luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan
Gram-negatif serta kebanyakan bacilli, kecuali pseudomonas dan proteus.
Contohnya : Tetrasiklin, Doksisiklin,
5. Makrolida dan linkomisin
Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri
Gram-positif, dan spectrum kerjanya mirip penisilin-G. Mekanisme
kerjanya melalui pengikatan reversible pada ribosom kuman, sehingga
sintesis proteinnya dirintangi. Contohnya : Eritromisin, Azitromisin,
Spiramisin, Linkomisin.
6. Polipeptida
Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya
dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri,
sehingga permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus.
Contohnya : Polimiksin B, Basitrasin, Gramsidin.
7. Antibiotika lainnya
Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap enterobacter dan
Staphylococcus aureus berdasarkan perintangan sintesa polipeptida
kuman. Contohnya : Kloramfenikol, Vankomisin, Asam fusidat,
Mupirosin, Spektinomisin
BAB II
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Paper disk
2. Catton buds
3. Tabung reaksI
4. Rak tabung
5. Cawan perti
6. Microplate 96 wells
7. Microplate reader
b. Bahan
a. Media NA untuk bakteri, PDA untuk Jamur, dan Media BHI untuk
keduanya bakteri dan jamur
b. Obat antibiotik eritromisin® dan bakteri Pseudomonas aeroginosa.
B. Metode Kerja
a. Penyiapan Medium NA (Nutrien Agar)
1. Ditimbang bahan-bahan kemudian dimasukkan semua bahan kedalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dalam air suling hingga 200 mL.
2. Ditutup medium tersebut dengan kapas dan disterilkan diautoklaf pada
suhu 121˚C selama 15 menit, kemudian disimpan dalam lemari
pendingin.
b. Penyiapan Standar (Baku S1-S3)
1. Pertama-tama siapkan alat dan bahan, kemudian timbang eritromisin,
dilarutkan dengan aquadest steril sebagai larutan stok.
2. Masukkan obat eritromisin ke dalam labu ukur 50 ml dan dicukupkan
volumenya dengan aquadest steril hingga 50 ml.
3. Larutan tersebut dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml lalu
dicukupkan volumenya dengan aquadest steril dan dihomogenkan.
4. Kemudian untuk pengenceran berikutnya larutan tersebut dipipet dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml lalu dicukupkan volumenya
dengan aquadest steril dan dihomogenkan (10 ppm).
 Metode Difusi Cakram
a. Pengujian Potensi Antibiotik Desain 5 + 1
1. Pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dipipet sebanyak 10 ml medium NA masukkan kedalam vial steril
kemudian ditambahkan 1 ose suspensi bakteri pseudomonas aeruginosa
(homogenkan).
3. Lalu dituang secara aseptis ke dalam cawan petri steril yang sebelumnya
telah dipatrol 6 bagian dan biarkan memadat.
4. Setelah itu, dimasukkan paper disk yang telah direndam sebelumnya
dalam larutan erytsanbe sampel (U3) dan larutan eritromisin (S1-S5).
5. Pada cawan petri pertama berisi eritromisin baku S1 dan S3 yang
diletakan secara bersilang. Pada cawan petri kedua berisi eritromisin S2
dan S3 yang diletakan secara bersilang. Pada cawan petri ketiga berisi
eritromisin baku S4 dan S3 yang diletakan secara bersilang. Pada cawan
petri keempat berisi eritromisin S5 dan S3 yang diletakan secara
bersilang. Pada cawan petri kelima berisi eritromisin S3 dan
kloramfenikol sampel U3 yang diletakan secara bersilang.
6. Kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC.
Lalu diamati perubahan yang terjadi dan diukur diameter zona
hambatannya.
 Metode Mikrodulusi
a. Uji Antibakteri Dilakukan dengan Menggunakan Metode Mikrodilusi
1. Pengujian dilakukan pada microtiterplate flat-bottom polystyrene 96
wells dengan seri kadar senyawa uji yaitu 1 %, 0,5 %, 0,25 %, 0,125 %
b/v.
2. Kontrol yang digunakan yaitu kontrol obat menggunakan eritromisin
1 % b/v.
3. Kontrol pertumbuhan berupa suspensi mikroba serta kontrol pelarut
disesuaikan dengan pelarut senyawa uji. Ke dalam masing-masing wells
microplate dimasukkan media BHI dan suspensi bakteri dan media
RPMI untuk suspensi jamur.
4. Kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Mikroplate
dilakukan proses pembacaan absorbansi dengan menggunakan
microplate reader pada panjang gelombang 595 nm.
BAB III
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang bertujuan untuk melakukan potensi obat antibiotik
eritromisin dan bakteri Pseudomonas aeroginosa dengan menggunakan metode
difusi cakram dan metode Mikrodilusi. Eritromisin merupakan antibiotik
golongan makrolida dan efektif baik untuk kuman gram postif maupun
gram negatif. Eritromisin umumnya bersifat bakteriostatik, walaupun
terkadang dapat bersifat untuk kuman yang sangat peka. Pseudomonas
aeroginosa merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang lurus atau lengkung,
berukuran sekitar 0,6 x 2 μm, ditemukan tunggal, berpasangan, dan kadang- kadang
membentuk rantai pendek, tidak mempunyai spora, tidak mempunyai selubung
(sheath), serta mempunyai flagel. Pseudomonas aeroginosa merupakan
bakteri aerob yang dapat tumbuh dengan mudah pada banyak jenis
media pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat sederhana.
(Rollando. 2019)
Uji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik untuk
menetapkan suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut
terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang
ditimbulkan berupa daya hambatnya terhadap mikroorganisme. Pengujian ini
menggunakan kontrol positif yaitu antibiotik eritromisin. Antibiotik eritromisin
merupakan antibiotic yang efektif terhadap beberapa bakteri anaerob. (Tri Umiana
Soleha)
Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang dibentuk atau diperoleh dari
berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Tujuan penentuan potensi
antibiotik ini adalah untuk mengukur luas hambatan pertumbuhan mikroba uji yang
disebabkan oleh zat yang diuji. Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk
mengetahui zona hambat pertumbuhan mikroba oleh zat uji. Pada potensi antibiotik
terdapat hasil korektor S1, S2, S4, S5 dan U3. (Tri Umiana Soleha)
Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada
konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan
jaminan bahwa kualitas dan mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas
antibiosis yang beragam
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan olehdiameter zona
hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternyamaka semakin terhambat
pertumbuhannya, sehingga diperlukanstandar acuan untuk menentukan apakah bakteri
itu resisten ataupeka terhadap suatu antibiotik.
Pada praktikum ini digunakan medium NA dan PDA dengan sampel antibiotik
eritromisin. Pertama-tama dibuat pengenceran dengan 5 variasi dosis baku (S1 sampai
S5). Dibuat 1 variasi dosisuji (U3) yang sesuai dengan S3 kurva baku. Kemudian
dibuat suspensi inokulum dengan mencampurkan NA steril. Lalu dituang kedalam
tiap-tiap cawan petri. Setelah inokulum padat kemudian diletakkan piper disk yang
telah direndam dengan larutan antibiotik. Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu
37°C dan diamati zona hambat yang terbentuk dan dilakukan pengukuran garis
tengahdengan menggunakan penggaris. Dihitung potensi antibiotik darihasil
pengukuran.
Pada pengujian yang telah dilakukan terbentuk zona bening disekitar piper disk.
Ini menunjukan bahwa antibiotik yang digunakan berpotensi menghambat
pertumbuhan Pseudomonas aeroginosa . Pengaruh konsentrasi antibiotika terhadap
pertumbuhan bakteri adalah semakin besar konsentrasi dari antibiotika maka
kemampuan antibiotika untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin
besar (efektifitas kerja antibiotia meningkat) (Musdalifah, 2015).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian antibiotik,
maka dapat diketahui bahwa antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh
mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan
menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki
spektrum aktivitas antibiosis yangberagam.
Pada pengujian potensi suatu antibiotika dengan metode difusi cakram,
desain pengujian yang digunakan adalah 5 + 1 yaitu 5 baku pembanding yang
berbeda konsentrasi dengan 1 sampel pembanding. Digunakan desain pengujian 5
+ 1 karena tingkat dosis dan satu sampel dengan satu tingkat dosis yang setara
dengan dosis menengah atau dosis acuan baku pembanding, Sensitivitas suatu
bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk.
Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga
diperlukan standar acuan. Pada pengujian potensi suatu antibiotika dengan
metode mikrodulusi, metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang
menurun secara bertahap. Konsentrasi terendah antibiotik pada masingmasing
well ditunjukan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih yaitu tidak adanya
pertumbuhan mikroba.

B. Saran
Pada praktikum mikrobiologi ini diharapkan untuk para praktikan harus teliti
dan berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan yang ada di laboratorium
agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Choirunnisa, DKK. 2017. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun
Karuk (Piper sarmentosum Roxb) Terhadap Streptococcus mutans dan
Candida albicans. Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani:
Indonesia
Djide, M. N., 2003, Mikrobiologi Farmasi, 90, 96-97, Makassar, Jurusan Farmasi.
UNHAS.
Dwidjesoputro. 1994. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dwidjoseputro, D. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta
Ganiswarna, S.G. 2017. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Hadioetomo,R.S.2005.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: PT. Gramedia.
Jawetz, G. 2015. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. EGC: Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik: Jakarta.
Pratiwi,T. 2008, Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga
Radji, DR. Maksum. 2010. “Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran”.
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan
dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta : PT. Gramedia. h. 488-490.
Tjay. 1978. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai