Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rita Aspiyanti

NIM : 2011102415117

Kelas : C2

Prodi : S1 Farmasi

Tugas Islam dan Ipteks (Intellectual Arogance)

Al-Kibr (Sifat Sombong) dan At-Takabbur (Sikap Sombong) merupakan penyakit hati
yang sangat berbahaya. Kesombongan, menurut al-Ghazali bermula dari kekaguman seseorang
kepada diri sendiri (al-`Ujb), lalu dirinya ‘tiba-tiba’ memandang rendah siapa pun, karena
kekagumannya pada diri sendiri. Entah karena fisiknya atau kelebihan-kelebihan yang lain.
Termasuk ‘keunggulan’ intelektualitasnya, yang dianggapnya sebagai sesuatu yang layak
dikagumi dan dipertontonkan kepada siapa pun.

Islam mendorong manusia agar menggunakan potensi yang dimilikinya secara seimbang.
Akal yang berlebihan mendorong manusia kepada kemajuan material yang hebat, tetapi apabila
kosong dari nilai-nilai rohaniah akan membuat manusia terjerumus kedalam hal-hal yang negatif,
bahkan manusia dapat terjebak dalam kesombongan intelektual yang merusak dirinya. Manusia
seyogyanya menggunakan potensi-potensi dirinya sebagaimana keharusannya sebagai makhluk
psiko-fisik, berbudaya, dan beragama untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai makhluk
yang paling mulia, sebab ketidakseimbangan itulah yang menyebabkan manusia memiliki nilai
yang rendah.

Ilmu merupakan sesuatu yang amat dihargai baik di mata manusia maupun dalam
pandangan Tuhan. Agama sendiri memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ilmu dan
ilmuwan. Namun justru karena adanya penghargaan dan legitimasi keagamaan ini, para ilmuwan
dan cerdik pandai sangat potensial dan rentan terhadap kesombongan. Menurut imam Ghazali,
terdapat dua jalan bagi para ilmuwan untuk menangkal penyakit ini agar tidak memiliki sikap
kesomobongan intelektual, yakni pertama seorang ilmuwan harus belajar bersikap rendah hati
dengan tidak mengklaim paling tahu dan paling benar. Klaim seperti ini, selain bermakna
menuhankan diri sendiri, juga sangat berlawanan dengan doa yang diajarkan Tuhan kepada para
nabi: Rabbi Zidni 'Ilman (Ya Tuhan, tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan). Juga sangat
kontradiksi dengan firman Allah: Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi
Yang Maha Mengetahui. (QS Yusuf: 76). Kedua, seorang ilmuwan harus menyadari bahwa di
pundak mereka terdapat tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan. Sebagai ilmuwan mereka
harus selalu konsisten dan memiliki komitmen untuk selalu berpihak kepada kebenaran, dan
mempergunakan semua pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh umat dan bangsa.

Maka dari itu, kita semua harus berusaha untuk mengantisipasi diri dari berbagai bahaya
atau mudharat kesombongan, termasuk kesombongan intelektual. Sifat sombong tersebut, besar
maupun kecil tak layak bagi manusia. Allah SWT sangat melarang dan membenci hamba nya
yang memiliki sikap sombong. Karena sifat sombong merupakan perilaku yang sangat tidak baik
dan banyak mendatangkan mudharat, seperti sombong dapat merusak hubungan persaudaraan,
pertemanan, persemendaan dan sombong dapat menumbuhkan benih benih kebencian,
kedengkian sehingga menghilangkan rasa kasih sayang dan tolong menolong. Sebagaimana
firman-Nya dalam Q. S. Lukman [31] : 18, artinya “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Anda mungkin juga menyukai