Anda di halaman 1dari 24

PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEK

Potensi manusia (jasmani dan rohani) dalam


pengembangan IPTEKS

• IPTEKS adalah singkatan dari Ilmu


Pengetahuan Teknologi dan Seni. Ilmu adalah
pengetahuan yang sudah diklasifikasi,
diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi,
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji
kebenarannya dan dapat diuji ulang secara
ilmiah. Di dalam Al-Qur’an kata “ilmu” dalam
berbagai bentuk terdapat 854 kali disebutkan
(Quraish Shihab, 1996)
• Sedangkan ilmu pengetahuan atau Sains adalah
himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan
melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat
diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan yang sudah
sistematis (science is systematic knowledge). Dalam
pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karakteristik,
yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sedangkan
dalam pemikiran Islam, sain tidak boleh bebas nilai,
baik nilai lokal maupun nilai universal.
Mukjizat Al Quran
Pohon Bertasbih
Posisi Umat Islam

Menurut Prof. Dr. Abdus Salam, umat Islam tertinggal dalam


bidang sains dan teknologi karena beberapa sebab
diantaranya:
1. Tidak mempunyai komitmen terhadap sains, baik sains
terapan maupun sains murni
2. Tidak memiliki hasrat yang kuat untuk mengusahakan
tercapainya kemandirian sains dan teknologi (self reliance)
3. Tidak membangunkan kerangka institutional dan legal yang
cukup untuk mendukung perkembangan sains
4. Menerapkan cara yang tidak tepat dalam menjalankan
manajemen kegiatan di bidang sains dan teknologi
Posisi Umat Islam

Menurut Prof Baiquni dalam bukunya Al Qur’an Ilmu Pengetahuan


dan Teknologi menguraikan bahwa diantara sebab tertinggalnya
umat Islam dalam bidang sains dan teknologi adalah:
1. Adanya dikotomi di kalangan ulama Islam yang mungkin tidak
begitu memahami atau salah faham terhadap buah fikiran Imam
Al Ghazali, sehingga mereka memisahkan ilmu-ilmu agama dari
sains dan teknologi.
2. Embargo sains dan teknologi yang dibuat oleh negara-negara
maju terhadap negara-negara berkembang, lebih-lebihlagi
negara umat Islam
3. Jumlah pakar sains di negara-negara Islam jauh lebih kecil dari
pada yang ada di negara-negara bukan Islam
4. Institusi pendidikan sains dan teknologi di negara-negara Islam
jauh lebih kecil dari pada yang ada di negara-negara bukan Islam
Sebab Ketertinggalan

Sebab dasar yang menyebabkan umat Islam khususnya ilmuwan, teknolog


dan industrialis Islam tertinggal dari pada orang bukan Islam diantaranya :

1. Motivasi atau pendorong yang salah.


Kebanyakan umat Islam belajar sains dan teknologi karena
sebab-sebab yang diuraikan dalam no.1 sampai 6, yaitu karena
mabuk ilmu,mengejar harta, jabatan, nama, agar tidak bodoh
serta karena bangsadan negara. Tidak ada atau hampir tidak ada
yang betul-betul karena Allah Tuhannya, yang inginkan redho,
cinta dan takutkan Allah
Sebab Ketertinggalan
2. Sistem Pendidikan dan Pengajaran yang salah

Kesuksesan besar sistem pendidikan suatu negara ialah bila


dapat melakukan pembangunan insaniah manusia sesuai
dengan kehendak Tuhan sehingga mereka mengalami
perubahan jiwa, fikiran dan fisik.
Insaniahnya dibangunkan sehingga mempunyai ciri-ciri
malaikat, akalnya dibangunkan dengan ilmu-ilmu yang
canggih,b ermanfaat, selamat dan menyelamatkan dan fisiknya
dibangunkan sehingga menjadi sehat dan kuat untuk beribadah
kepada Allah dan berkhidmat kepada sesama makhluk.
Jadilah dia insan bertaqwa yang dibantu Allah sehingga Allah
anugerahkan ilmu-ilmu yang canggih danunggul seperti yang
Allah janjikan dalam Al Qur’an
Sebab Ketertinggalan
3.Kaedah atau teknik yang digunakan tidak tepat
Sistem pendidikan umat Islam sekarang ini menghasilkan yang lemah walaupun mereka
banyak mengetahui Ilmu Pengetahuan, teknologi, ilmu Islam, hafal Qur’an dan hafal
hadis
Bagaimana kaedah Rasulullah SAW mendidik para sahabat?
Rasulullah SAW mendidik para sahabat dan anggota masyarakatkebanyakannya secara
tidak formal, di semua tempat : di atas unta, dimasjid, di pasar, di kedai-kedai, waktu
istirahat, ketika musafir, di majliskenduri, di majlis kematian, di medan perang, dan lain-
lain. Hal inilahyang dilakukan dan diteruskan oleh para sahabat
Sistem pendidikan Rasulullah SAW ini kelihatan mempunyai maksud untuk melahirkan manusia
yang mengamalkan ilmunya. Baginda tidak menekankan ilmu yang tinggi atau ilmu yang
banyak, sebaliknya memberi keutamaan kepada pengamalan ilmu. Hasil dari mengamalkan
ilmu itu, terbentuklah manusia yang bertaqwa. Bila ilmu itu diamalkan, maka Allah akan beri
lagi dia bermacam-macam ilmu yang dia belum ketahui. Sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Abu Naim:
Barang siapa yang mengamalkan apa yang dia tahu nescaya Allah akan Pusakakan ilmu yang dia tidaktahu (ilmu yang dia
tidak belajar)
Sebab Ketertinggalan
4. Ilmu yang dipelajari tidak dikaitkan dengan Allah
Walaupun umat Islam yang bersholat selalu berjanji bahwa hidup, mati, ibadahnya adalah
hanya untuk Allah saja, tetapi dalam aktifitas keseharian mereka, jarang sekali mereka kaitkan
dengan Allah. Belajar tauhid, syariat dan tasawuf semata-mata atas dasar ilmu sehingga hati
tidak merasa kebesaran dan keagungan Allah.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka kaji sehari-hari tidak menambah rasa cinta dan
takut kepada Allah di hati mereka. Lebih-lebih lagi merasakan kebesaran Allah melalui alam
ciptaaanNya. Dalam mengkaji hewan, tumbuhan, manusia dan alam semesta, fikiran dan hati
mereka tidak mengaitkannya dengan kebesaran dan keagungan Allah. Bahkan ada diantara
mereka yang tenggelam karena terlalu asyik dengan ilmu mereka sehingga melupakan atau
menyepelekan waktu pertemuan resmi dengan Allah yang lima kali sehari. Sholat tidak
menjadi amalan yang paling utama yang mesti diprioritaskan waktunya dan diusahakan
khusyuknya oleh para saintis dan teknolog. Akhirnya bila urusan dengan Allah tidak kita
selesaikan dengan baik, maka urusan-urusan lain tidak dibantu oleh Allah
sumber ilmu pengetahuan dalam pemikiran Islam

1 wahyu
Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi (perennial
knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute).
2. Akal
Ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan
(acquired knowledge), tingkat kebenaran nisbi (relative)
Penghargaan Islam terhadap ilmu
1. Turunnya wahyu pertama ( Al- 2. Banyaknya ayat Al-qur’an
Alaq : 1-5), ayat yang dimulai yang memerintahkan manusia
dengan perintah untuk membaca, ini
mencerminkan betapa pentingnya
untuk menggunakan akal,
aktivitas membaca bagi kehidupan pikiran dan pemahaman (Al-
manusia terutama dalam menangkap Baqarah 2 : 44, Yaa siin 36 :
hakikat dirinya dan lingkungan alam 68, Al-An’aam 6 : 50). Ini
sekitarnya. Membaca dalam arti luas menandakan bahwa manusia
adalah kerja jiwa dalam menangkap
dan menghayati berbagai fenomena yang tidak memfungsikan
di dalam dan di sekitar diri hingga kemampuan terbesar pada
terpahami betul makna dan dirinya itu adalah manusia
hakikatnya yang tidak berharga
3. Allah memandang 4. Allah memandang lebih
rendah orang-orang yang
tinggi derajat orang yang
tidak mau menggunakan
berilmu dibandingkan
potensi akalnya sehingga
orang-orang yang bodoh
mereka disederajatkan
(Az-Zumar 39 : 9).
dengan binatang, bahkan
lebih rendah dari itu (al-
A’raf 7 : 179).
Mukjizat Tubuh Manusia
MISI MANUSIA

Manusia diutus untuk 2 hal:

1. Sebagai hamba Allah


“Tidak Aku jadikan jin dan manusia itu melainkan agar mereka beribadah
kepadaKu” (Ad Dzariat: 56)

2. Sebagai khalifah Allah


“Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi
ini.” (Al Baqarah: 30) Allah Membekali dengan Akal dan ditundukkannya
Alam kepada Manusia (QS Arra’d :2)
Fungsi hukum Al-Qur’an adalah untuk mengatur prilaku manusia, baik dalam
soal makan dan minum, rumah tangga, berdagang, soal kenegaraan dan
hubungan antar negara. Lebih rinci lagi hukum Al-Qur’an (adyan) berfungsi
untuk:
(1). Menjaga keselamatan jasad (hifzdu al-jasad). Untuk itu Allah melarang berkelahi,
membunuh, dan memerintah penegakkan hukum secara tegas dan adil, termasuk
hukum qishash dan hudud.
(2). Menjaga keselamatan psikis (hifzdu an-Nafs). Salah satunya adanya aturan berdzikir,
tawakkal, sabar, qanaah, dan syukur nikmat.
(3). Menjaga keselamatan harta (hifdzu al-mal). Salah satunya adalah aturan jual beli,
larangan riba, dan larangan mencuri.
(4). Menjaga keturunan (Hifdzu an-Nasal), Salah satunya adalah aturan pernikahan dan
larangan berzina.
(5). Menjaga aqal (hifdzu 'aqli). Salah satunya adalah keharusan untuk terus menerus
mencari ilmu dan larangan meminum khamr
potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia

Menurut Jalaluddin dan Usman Said • Hidayah al-aqliyyah, yaitu


bahwa manusia merupakan
• Hidayah al-ghariziyyah
makhluk yang dapat dididik dan
(naluri), yaitu kecenderungan mendidik (animal educandum
manusia untuk memenuhi
kebutuhan biologisnya, seperti, Hidayah diniyyah, yaitu bahwa
makan, minum, seks, dan lain- manusia merupakan makhluk
lain, dalam hal ini antara
manusia dengan binatang sama yang mempunyai potensi dasar
• Hidayah al-hisiyyah untuk beriman dan bertaqwa
(inderawi) yaitu kesempurnaan
kepada Allah SWT.
manusia sebagai makhluk
Allah SWT (ahsan at-taqwim
Menurut Imam al-Ghazali
• Qalb; merupakan suatu • ruh; yaitu sesuatu yang
unsur yang halus, halus yang berfungsi
berasal dari alam untuk mengetahui
ketuhanan, berfungsi tentang sesuatu dan
untuk merasa, merasa, ruh juga
mengetahui, mengenal, memiliki kekuatan yang
diberi beban, disiksa, pada hakikatnya tidak
dicaci, dan sebagainya bisa diketahui
yang pada hakikatnya
tidak bisa diketahui
• Nafs yaitu kekutan yang
menghimpun sifat-sifat
tercela pada manusia;
keempat, aql; yaitu
pengetahuan tentang
hakikat segala keadaan,
maka akal ibarat sifat-
sifat ilmu yang
tempatnya di hati.
Rambu-rambu Pengembangan IPTEK dalam
Al-qur’an

Dalam prespektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan


Seni, merupakan pengembangan potensi manusia yang telah
diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang
dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan
sekedar menemukan bagaimana proses sunnatullah itu terjadi
di alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan
hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam hukum Allah).
Be-IPTEKS = Beribadah

Abuya Syeikh Imam Ashari Muhammad At Tamimi menegaskanbahwa semua


aktifitas keseharian kita termasuk mengkaji dan mengembangkan sains dan
teknologi dapat bernilai ibadah bahkan perjuangan di sisi Allah bila memenuhi 5
syarat berikut:

1. Niat yang lurus, yaitu karena untuk membesarkan Allah.


SabdaRasulullah SAW :
“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung dengan niatnya dan yang didapat setiap
orang itu sesuai dengan apa yang dia niatkan”

2. Pelaksanaannya benar-benar di atas landasan syariat


atau tidak bertentangan dengan aturan Allah
QS Ibrahim 24-25
• Dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Iman diidentikan dengan akar
sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang pohon
yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan
amal ibarat buah dan pohon identik dengan teknologi dan seni.

• Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan
amal saleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal saleh apabila
perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Iptek
yang lepas dan keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan
menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan
akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.
Be-IPTEKS = Beribadah
3. Perkara atau subyek yang menjadi tumpuan untuk dilaksanakan atau dikaji
itu mestilah mendapat keridhaan Allah.
Subyek yang paling utama mestilah suci agar benar-benar menjadi ibadah
kepada Allah.

4. Natijah (Hasil) mesti baik karena merupakan pemberian Allah kepada


hamba-Nya.
Setelah itu, hamba-hamba yang dikaruniakan rahmat itu wajib bersyukur
kepada ALLAH dengan berzakat, melakukan korban, serta membuat
berbagai amal . Jika aktifitas tersebut menghasilkan ilmu yang dicari maka
ilmu itu hendaklah digunakan sesuai dengan yang diridhai Allah.

5. Tidak meninggalkan atau melalaikan ibadah-ibadah shalat, puasa, zakat dan


sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai