Anda di halaman 1dari 16

BAB VI

ILMU PENGETAHUAN ,
TEKNOLOGI DAN SENI DALAM
ISLAM
A. KONSEP IPTEKS DALAM ISLAM
• Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi (dikelompokkan),
diorganisasi (disusun), disistematisasi (diatur) dan diinterpretasi
(diwujudkan), menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji
kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah.
• Ashley Montagu menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari
pengamatan, pembelajaran, dan pengalaman untuk menentukan
hakikat prinsip-prinsip yang sedang dipelajari.
• Ilmu terbagi dua macam yakni :
a. Ilmu Abadi / laduni, yaitu ilmu yang diperoleh tanpa usaha manusia.
b. Ilmu yang di cari / khasbi, yaitu ilmu yang diperoleh melalui usaha
manusia.
• Sumber-sumber Ilmu
1. Instink (gharizah). Misalnya kebutuhan akan makan ketika
lapar, minum ketika haus.
2. Indera (hawas) lahir maupun batin.
3. Intuisi, yang didapat dari firasat, ilham, irhasy, atau kata hati.
4. Akal, berupa nalar maupun intelektual.
5. Wahyu, khusus untuk para Nabi dan Rasul.
• Karakteristik Ilmu
1. Bersifat akumulatif dan milik bersama.
2. Kebenarannya tdk mutlak dan dpt saja terjadi kesalahan.
3. Bersifat objektif, prosedur metode ilmu harus menggunakan
kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
4. Ciri-ciri ilmu: rasional; bersifat empiris; umum; kumulatif; dan
relative (nisbi)
• Jadi ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan
pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses
pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal.
Dengan kata lain sains dapat didefinisikan sebagai
kumpulan rasionalisasi kolektif insani atau sebagai
pengetahuan yang sudah sistimatis (science is systematic
knowledge).
• Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan
wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang
bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi (perennial
knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute).
Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia
bersifat perolehan (aquired knowledge), tingkat kebenaran
nisbi (relative), oleh karenanya tidak ada istilah final dalam
suatu produk ilmu pengetahuan,
• QS. Al-’Alaq: 1-5
‫) الَّ ِذي‬3(‫ك اأْل َ ْك َر ُم‬َ ‫) ا ْق َر ْأ َو َر ُّب‬2(‫ان ِمنْ َع َل ٍق‬ َ ‫) َخ َل َق اإْل ِ ْن َس‬1(‫ك الَّ ِذي َخ َل َق‬ َ ‫• ا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َر ِّب‬
َ ‫) َعلَّ َم اإْل ِ ْن َس‬4(‫َعلَّ َم ِب ْال َق َل ِم‬
)5(‫ان َما َل ْم َيعْ َل ْم‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (QS. Al-’Alaq: 1-5)
• . QS. Al-Mujadilah: 11
ٍ ‫دَر َجا‬
‫ت‬ َ ‫ين أُو ُتوا ْال ِع ْل َم‬ َ ‫• َيرْ َف ِع هَّللا ُ الَّ ِذ‬
َ ‫ين َءا َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذ‬
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11)
• . HR. Al-’Aqili, dan Al-Baihaqi
‫ (رواه العقيلي‬.‫ فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم‬،‫• اطلبوا العلم ولو بالصين‬
)‫وابن عدى والبيهقي‬
“Tuntutlah ilmu meskipun ke negeri Cina, karena menuntut
ilmu itu adalah wajib atas setiap mukmin”. (HR. Al-‘Aqili,
Ibnu Adi dan Al-Baihaq).
 
‫• أطلب العلم من المهد إلى اللحد‬
“Tuntutlah ilmu sejak masa buaian sampai ke liang lahat”.
• Konsep ilmu oleh para ilmuwan Islam. Di antaranya
adalah Ibnu Khaldun. Beliau memilah ilmu atas dua
macam, yaitu ilmu naqliyah (ilmu yang berdasarkan pada
otoritas atau ada yang menyebutnya ilmu-ilmu tradisional)
seperti ilmu-ilmu al-Quran, hadis, tafsir, ilmu kalam,
tawsawuf, dan ta’bir al-ru`yah. dan ilmu ‘aqliyah (ilmu
yang berdasarkan akal atau dalil rasional) adalah filsafat
(metafisika), matematika, dan fisika, dengan macam-
macam pembagiannya.
• Al-Ghazali juga membagi ilmu pada dua jenis, ‘ilm
syar’iyyah dan ‘ilm ghair syar’iyyah. ‘ilmu syar’iyah
digolongkan sebagai ilmu fardhu ‘ain untuk menuntutnya,
sedang ilmu ghair syar’iyah sebagai ilmu fardhu kifayah.
Sekalipun al-Ghazali membedakan antara keduanya
dalam hal penuntutannya, beliau menggunakan konsep
integral dalam memandang ilmu secara keseluruhan.
• Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu
pengetahuan untuk kemaslahatan dan kenyamanan
manusia. Dengan demikian mesin atau alat canggih yang
dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil
dari teknologi.
• Teknologi merupakan produk sains / ilmu pengetahuan.
Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah
satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari
ilmu pengetahuan.Teknologi dapat membawa dampak
positif berupa kemajuan dan kesejahteraan manusia,
tetapi juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif
berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan
manusia dan alam semesta. Oleh sebab itu teknologi
bersifat netral, artinya bahwa teknologi dapat digunakan
untuk kemanfaatan sebesarbesarnya atau juga digunakan
untuk kehancuran manusia itu sendiri.
• Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh Islam
manakala bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika
penggunaan hasil Iptek akan melalaikan seseorang dari
dzikir dan tafakur, serta mengantarkan kepada rusaknya
nilai-nilai kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya
yang ditolak, melainkan manusianya yang harus
diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan
teknologi. Dan apabila Iptek sejak semula diduga dapat
menggeserkan manusia dari jati diri dan tujuan
penciptaan, maka sejak dini pula kehadirannya ditolak
oleh Islam.
• Seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa “Art is an
expression of human feeling” artinya seni adalah suatu
pengungkapan perasaan manusia. Seni merupakan ekspresi
jiwa seseorang dan hasil dari ekspresi jiwa tersebut
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik
dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran, dan keduanya memiliki nilai yang sama yaitu
keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak
akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu buka akal
dan budi.
• Islam sebagai agama yang mengandung ajaran, moral, aqidah
dan syariah, senantiasa mengukur segala sesuatu (benda-
benda, karya seni, aktivitas dll), Oleh karenanya seni yang
bertentangan dan atau merusak moral, aqidah dan syariat,
tidak akan diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan
demikian semboyan seni untuk seni tidak dapat diterima dalam
Islam.
• Dalam perspektif Islam, Ilmu pengetahuan, Teknologi dan
Seni, merupakan pengembangan potensi manusia yang
telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi
gemilang dalam pengembangan Ipteks, pada hakekatnya
tidak lebih dari sekedar menemukan bagaimana proses
sunnatullah itu terjadi di alam semesta in, bukan
merancang atau menciptakan hukum baru di luar
sunnatullah (hukum alam hukum Allah). Dan
seharusnyalah temuan-temuan baru di bidang Ipteks
membuat manusia semakin mendekatkan diri pada Allah,
bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri.
• Sumber pengembangan Ipteks dalam Islam adalah wahyu
Allah. Ipteks yang Islami selalu mengutamakan dan
mengedepankan kepentingan orang banyak dan
kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu
Ipteks dalam pandangan Islam tidak bebas nilai.
B. INTEGRASI IMAN, ILMU DAN AMAL
Didalam Al Qur’an surat Ibrahim: 24-25, Allah telah
memberikan ilustrasi indah tentang integritas antara iman,
ilmu dan amal.
      
   
    

    

“ tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
• Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu
dan amal atau aqidah, syariat dan akhlak dengan
menganalogkan bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang
pohon yang baik. Iman diidentikkan dengan akar sebuah
pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu
bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan
dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal
ibarat buah dari pohon identik dengan teknologi dan seni.
• Ipteks yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu
akan menghasilkan amal sholeh dan perbuatan baik tidak
akan bernilai amal sholeh apabila perbuatan tersebut tidak
dibangun diatas nilai iman dan ilmu yang benar. Iptek yang
lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai
ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi
umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan
menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.
C. KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU
• Didalam Al Qur’an Surat Al Mujadalah : 11, Allah
menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan Allah bisa
berupa kemuliaan pangkat, kedudukan, jabatan, harta dan
kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat
yang tinggi dari Allah maka manusia harus berupaya
semaksimal mungkin meningkatkan kualitas keimanannya
dan keilmuannya dengan penuh keikhlasan dan hanya
untuk mencari ridlo Allah semata.
• Imam Al Ghozali juga mengatakan “Barang siapa yang
berilmu, akan dapat membimbing dirinya memanfaatkan
ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari , selain
menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan
minyak kasturi yang harum dan menyebarkan pesona
keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.
D. TANGGUNG JAWAB ILMUWAN TERHADAP ALAM
LINGKUNGANNYA
• Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai
Abdun (hamba Allah) dan sebagai Khalifah Allah di bumi.
Esensi dari Abdun adalah ketaatan, ketundukan dan
kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah,
sedangkan esensi dari Kholifah adalah tanggung jawab
terhadap dirinya dan alam lingkungannya, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alam.
• Dalam kontek Abdun, manusia menempati posisi sebagai
ciptaan Allah yang memiliki konsekuensi adanya
keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri
kepada Allah sebagai pencipta dirinya akan
menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan
sang pencipta kepadanya.
• Fungsi yang kedua adalah sebagai khalifah (wakil Allah) di
muka bumi. Dalam posisi ini manusia mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan
lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia diberikan
kebebasan untuk mengeksploitasi, menggali sumber-
sumber alam, serta memanfaatkannya dengan sebesar-
besarnya untuk kemanfaatan umat manusia, asalkan tidak
berlebih-lebihan dan melampaui batas. Karena pada
dasarnya alam beserta isinya ini diciptakan oleh Allah
adalah untuk kehidupan dan kemaslahatan manusia.
• Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya
diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya
orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup
(para ilmuwan atau para cendikiawan) yang sanggup
menggali dan memberdayakan sumber-sumber alam ini.

Anda mungkin juga menyukai