Anda di halaman 1dari 17

IMAN,IPTEKS,DAN AKAL

DOSEN PENGAMPU :
Fegid Dian Putra, S.E., M.E

DISUSUN OLEH :
KELOMPAK 3:
1.Gopal Putra
2.Defra
3.Pelsa

Kelas: A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
AKADEMI TEKNIK ADIKARYA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami semua sehingga pembuatan serta penyusunan materi persentasi
agama Islam tentang “Integrasi Iman, Ipteks dan Akal” ini dapat berjalan dengan
baik dan lancar sehingga dapat selesai tepat waktu.
Di dalam makalah ini kami ingin menyampaikan sedikit tentang
bagaimana menyelaraskan perkembangan ipteks jaman sekarang dengan iman dan
akal dalam pandangan Islam. Sehingga hidup kita yang serba modern ini tidak
melampaui batas dalam Islam dalam penggunaannya.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada :
 Allah SWT yang telah meridhoi pembuatan makalah ini,
 dosen Pendidikan Agama Islam
 orang tua yang membantu kami secara materiil maupun non
materiil,
 semua pihak yang telah mambantu terselesaikannya makalah ini.
Kami selaku penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam makalah ini. Kritik dan saran kami terima dengan lapang dada guna
meningkatkan mutu dan isi dari makalah ini. Terima kasih.

2
A. Pendahuluan

Jika hanya mempunyai iman dan takwa tetapi tertinggal dari Ilmu
pengetahuan dan teknologi maka umat islam akan tergantung kepada bangsa lain.
Islam akan terpinggirkan dari percaturan global.Sebaliknya bila hanya unggul
secara Ipteks tapi kering Iman dan takwa maka umat Islam hanya akan menjadi
bangsa yang arogan. Suatu peradaban yang hanya mengejar kesenangan dunia dan
hidup secara hedonistik.

Selainkarena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-


ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya
kenyataan bahwa pengembangan ipteks dalam sistem pendidikan kita tampaknya
berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan taqwa yang kuat, sehingga
dikhawatirkan pengembangan dan kemajuan ipteks tidak memiliki nilai tambah
dan tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan
kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.

Kekhwatiran ini, cukup beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita
tidak cukup mampu menghasilkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT sebagaimana yang diharapkan. Berbagai masalah sosial dan
tindak kejahatan sering terjadi dan banyak dilakukan justru oleh orang-orang yang
secara akademik sangat terpelajar, bahkan mumpuni seperti narkoba, banyaknya
tawuran antar pelajar, pornografi, pornoaksi dan lain-lain, yang kesemuanya itu
berpotensi untuk menimbulkan kerawanan sosial berupa degradasi moral dan
hanyutnya etika-etika ketimuran atau lebih khusus lagi merosotnya akhlakul
karimah. Ini berarti, aspek pendidikan turut menyumbang dan memberikan saham
bagi kebangkrutan bangsa yang kita rasakan sekarang. Kenyataan ini menjadi
salah satu catatan mengenai raport merah pendidikan nasional kita.

3
B. Pembahasan

1. Pengertian

a. Integrasi
Kata “integrasi” berasal dari bahasa latin integer, yang berarti utuh atau
menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai
pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.

b. Iman
Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai
mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur
keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan
Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna.
Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan.

c. Ipteks (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni)


Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi,
disistimatisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji
kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah.
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang
terbrntuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai
bentuknya berulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Dari sudut pandang fisafat, ilmu
lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut
pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga
memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak

4
netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di
sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.
Adapun seni termasuk bagian dari budaya, berbagai hasil ungkapan akal
budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif
berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya
yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat digunakan
untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau digunakan
untuk kehancuran manusia itu sendiri.

d. Akal
Dari segi bahasa, akal yang telah di-Indonesiakan berasal dari kata
al-‘aql. Dengan kekuatan akal orang mendapatkan ilmu dan ilmu yang digunakan
serta dimiliki oleh manusia bergantung pada kekuatan akalnya. Selain itu, akal
adalah al-hijr, menawan atau mengikat. Kata tersebut dari segi bahasa pada
mulanya berarti: tali pengikat, penghalang. Al-Qur’an menggunakannya bagi
sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan
atau dosa. Orang yang berakal adalah orang yang mampu mengikat atau
mengendalikan hawa nafsunya.
Selanjutnya akal mengandung arti kebijaksanaan, pemahaman. Ada pula
yang mengartikan akal dengan pembatasan dan pencagahan, perlindungan atau
kemampuan seseorang untuk menemukan dirinya sendiri. Di sini diartikan orang
berakal adalah orang yang mampu membatasi dan mencegah hawa nafsunya serta
memberikan perlindungan sampai batas-batas yang diperlukan. Dengan demikian
akal akan mampu melihat kebenaran.

5
2. PandanganIslam terhadap Ipteks

Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada


umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang
lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu
pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita
itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan
kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya
dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja
nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang
dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat.
Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian
besar bangsa-bangsa Muslim.

Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi


ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Ipteks Islam yang jaya di masa lalu, justru
kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya,
namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya).
Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya
dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80%
penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan sisa makanan
pesta pora bangsa-bangsa negara maju.

Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt
Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu
pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam
semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan
Keagungan-Nya.

Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,


sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati,

6
memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain
Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan


Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam
mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana
ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat
Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada
kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil
’Alamin).Sepertidalamayatberikutini:

‫ِإَّنِفي َخ ْلِقالَّس َم اَو اِتَو اَألْر ِض َو اْخ ِتَالِفالَّلْيِلَو الَّنَهاِرآلَياٍتُأِّلْو ِلياألْلَباِب‬

‫اَّلِذ يَنَيْذ ُك ُروَنالّلَهِقَياًم ا َو ُقُعوًداَو َع َلَىُج ُنوِبِهْم َو َيَتَفَّك ُروَنِفي َخ ْلِقالَّس َم اَو اِتَو اَألْر ِض َر َّبَناَم اَخ َلْقَتَهذا‬
‫َباِط ًالُسْبَح اَنَك َفِقَناَع َذ اَبالَّناِر‬
Artinya :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-
sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron
[3] : 190-191)

Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang
fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran
terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang
prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran
filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu
pengetahuan modern tersebut.

7
Islam sangat memotivasi umatnya untuk memfungsikan akal dan rasa
secara seimbang. Sesungguhnya tidak ada dikotomi iman dan ilmu pengetahuan
dalam Islam karena keduanya merupakan dua materi yang saling mendukung satu
sama lain. Menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Islam
merupakan kewajiban bagi setiap muslim, dan muslim yang beriman akan
menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itulah antara iman dan ilmu tidak dapat dipisahkan dalam
Islam.Bahkan perintah Allah SWT yang pertama kepada umat Islam melalui
rasul-Nya adalah perintah untuk menuntut ilmu. Firman-Nya dalam Al-Quran

‫ُّب‬ ‫ْأ‬ ‫•ا‬ ‫ٍق‬ ‫َل‬ ‫ِم‬ ‫َن‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ِإْل‬ ‫ا‬ ‫َل‬ ‫َق‬‫َل‬ • ‫ي‬ ‫ا ْأ ِبا ِم ِّب اَّل ِذ‬
‫َخ َخ َق َس ْن َع ْقَر َو َر َك‬ ‫ْقَر ْس َر َك‬

‫َل‬ ‫ا‬ ‫َن‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ِإْل‬ ‫ا‬ ‫َّل‬ • ‫ِم‬‫َل‬ ‫َق‬‫ْل‬ ‫ا‬‫ِب‬ ‫َّل‬ ‫ي‬ ‫اَأْلْك •اَّلِذ‬
‫ْع‬
‫َم َس َم ْمَل َي ْم‬ ‫َع‬ ‫َم‬ ‫َع‬ ‫َر ُم‬

Artinya:

“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (2) Dia
telahmenciptakan manusia dari segumpal darah. (3)Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, (4)Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
(5)Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q. S. Al-Alaq: 1-
5)

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

(a) berseberangan atau bertentangan,

(b) bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai,

(c) tidak bertentangan satu sama lain,

(d) saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau
iptek mendasari penghayatan agama.

8
Pola hubungan pertama adalah bertolakbelakang antara iptek dan agama.
Pada pola ini, apa yang dianggap benar oleh agama bertentangan dengan iptek,
begitupun sebaliknya. Pola hubungan ini seperti yang terjadi pada masa Galileo
Galilei. Ketika ia berpendapat bahwa bumi mengitari matahari, gereja meyakini
bahwa mataharilah yang mengitari bumi, dan hal ini menyebabkan Galileo
mendapat hukuman berat karena dianggap menyesatkan. Akan tetapi Islam tidak
demikian halnya. Tertulis dalam Al-Quran teori yang telah dikemukakan oleh
Galileo, dan tidak bertentangan sama sekali.

Pola hubungan kedua adalah bertentangan tetapi tidak saling menghakimi


dan dapat berdampingan. Pola ini merupakan pengembangan dari pola pertama.
Biasa terjadi pada masyarakat sekuler yang memisahkan antara agama dan iptek.
Menurut mereka, doktrin agama tidak ada sangkut pautnya dengan iptek.
Sementara dalam Islam, dasar dari iptek adalah iman yang berkaitan langsung
dengan doktrin agama. Agama sangat mendukung pengembangan iptek.

Pada pola hubungan ketiga adalah pola hubungan netral. Agama tidak
menentang iptek juga tidak mendukung pengembangannya. Agama berada di
wilayah dan jalurnya tersendiri, begitu pula dengan iptek.

3. Peran Ipteks dalam Berbagai Sektor Kehidupan

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam
kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif
bagi kehidupan manusia, memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru
dalam melakukan aktivitas manusia.

Khusus dalam bidang teknologi, masyarakat sudah menikmati banyak


manfaat yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.Contoh termudah adalah
dampak positif dari berkembangnya iptek di bidang teknologi komunikasi dan
informasi.

9
Perkembangan teknologi akhir-akhir ini, menjadikan dunia yang amat luas
di era globalisasi ini menjadi sempit, mengecil, dan terbatas. Perubahan ini tentu
saja berdampak positif dan negatif bagi kelangsungan hidup seorang muslim.
Dampak negatif dari perubahan dan pergeseran zaman mampu mengguncang,
menggeser, dan mengikis habis nilai-nilai moral dan iman. Bahkan, lebih jauh dari
itu dapat menghancurkan masa depan dan peradaban manusia.

Oleh karena itu, seorang muslim harus membentengi diri dengan keimanan
dan keislaman yang kuat. Tanpa iman yang kokoh kehidupan seorang muslim
akan terombang-ambing dan bisa berujung pada kehancuran. Iman adalah pelita,
yang menjadi penerang dan petunjuk pada jalan yang lurus.

4. Menyelaraskan Ipteks, Iman, dan Akal

Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak
hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan
ilmu oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita
melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang
alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka
dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan
ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science).

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang


dari zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai
kemanusiaan maka ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak,
melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia yang
menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat
mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula
kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi
martabat manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi
penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.

10
Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa
nasihat langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak
tentang akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud
ini dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah
ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup,
dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan.

Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen)
sebagai dasar nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk
keberadaan manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.

Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan
karena empat alasan:
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar
bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan
taqwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa
disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat
mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara
metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.

Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah


menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik,
dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama
yang dianut oleh bangsa kita.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan


jasmani, tetapi juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan
spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan
menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi
hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan
jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.

11
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan
mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala
atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu
alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu,
tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan
fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat An-Nur : 39 yang artinya:“Dan
orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah
yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya
(ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-
amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”.

Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam


format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita
meraih kebaikan dunia dan kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita
panjatkan kepada Allah.

‫َو ِم ْنُهْم َم ْن َيُقوُل َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفي اآْل ِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَن ا َع َذ اَب‬
‫الَّناِر‬

Artinya :

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka (Q.S. Al-Baqarah : 201).

Sehubungan dengan alasan yang disebutkan di atas, maka perlu


dikembangkan usaha perbaikan yang lebih mendasar terhadap pendekatan dan
metode pembelajaran misalnya usaha-usaha yang berhubungan dengan psikologi
belajar, mengintensifkan program imtaq di sekolah-sekolah salah satunya dapat
dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama (imtaq) ke dalam setiap

12
mata pelajaran. Dengan kata lain model pembelajaran harus memadukan antara
Iptek dengan imtaq.

13
5. Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungan

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun (hamba
Allah) dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan
esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

Dalam konteks 'abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah.


Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh
kepada penciptanya. Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu
kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada perbuatan fasik
(QS. Asy-Syams/91:8). Dengan kedua kecenderungan tersebut, Allah memberikan
petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya
kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh
nafsu amarah.

Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi.
Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber
daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk kehidupan umat
manusia dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk
menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memadai. Tanpa menguasai ipteks, fungsi hidup manusia sebagai
khalifah akan menjadi kurang dan kehidupan manusia akan tetap terbelakang.
Manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga
kelestariannya dan keseimbangannya. Kalau terjadi kerusakan alam dan
lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri. Mereka
tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah (QS. Ar-Rum/30:41).

14
6. KeutamaanOrang Beriman dan Berilmu

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.


Kesempurnaannya karena dibekali potensi. Potensi yang paling utama adalah akal.
Akal berfungsi untuk berpikir, dan hasil pemikirannya itu adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt. Akan memberikan jaminan kemashalatan bagi
kehidupan umat manusia termasuk lingkungan.

Berkenaan dengan keutamaan orang-orang berilmu, Al-Ghazali


mengatakan, “Barang siapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan
ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga
menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan
keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.”

Dari pernyataan diatas tampak bahwa Al-Ghazali sangat menghargai


orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Salah satu
pengamalannya adalah mengajarkan kepada orang lain.

15
C. Kesimpulan

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam
kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap
inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia.
Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan
aktifitas manusia.

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat


tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Iman, ilmu, dan amal merupakan satu
kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan. Iman diidentikkan dengan akar dari
sebuah pohon yang menopang tegaknya agama Islam. Ilmu bagaikan batang dan
dahan pohon itu yang mengeluarkan cabang-cabang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon. Ipteks yang dikembangkan
diatas nilai-nilai iman dan takwa akan menghasilkan amal sholeh bukan kerusakan
Islam.

Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal sholeh apabila


perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan takwa. Sama halnya
pembanguna ipteks yang lepas dari keimanan dan ketakwaan, tidak akan bernilai
ibadah serta tidak akan meghasilkan kemashalatan bagi umat manusia dan alam
lingkungannya apabila tidak dikembangkan atas dasar nilai-nilai iman dan takwa.

16
Daftar Pustaka
http://aqwam.com/fikih/menjadi-muslim-terbaik

http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-
arus-globalisasi/

http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html

http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=54:mkdu-4221-berkehidupan-
bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77

http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-kedalam-
pembelajaran/

17

Anda mungkin juga menyukai