Disusun oleh :
Kelompok 6
Nama : NIM
Annisa Aulia Hatma : 1930 2090 1013
Nawang Wulan : 1930 2090 1010
PRODI FISIKA
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN ALAM (FMIPA)
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Kuasa kami panjatkan puji dan
syukur atas karunia dan rahmat-Nya dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini demi ssebagai salah satu syarat mengikuti
perkuliahan Pendidikan Agama Islam kami tanpa ada kendala dan tepat waktu.
Adapun laporan yang kami tulis ini adalah dalam rangka pembelajaran Pendidikan
Agama Islam tentang KONSEP AKHLAK DALAM PENGEMBANGAN
BUDAYA, SAINS, TEKNOLOGI, SENI DAN ETOS KERJA ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca selain itu laporan ini memberikan
perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Makalah ini
disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah di pahami
oleh pembaca. Kami sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
terdapat kesalahan dalam penyusunan kata dan kalimat oleh karena itu sebagai
penulis kami meminta maaf jika ada kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Selain itu kami harap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi
menyempurnakan laporan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
Adapun tujuan pemakalah dalam mengkaji permasalahan di atas adalah agar :
1. Memahami tentang Konsep Akhlak dalam gama
pengembangan budaya
2. Memahami tentang Konsep Akhlak dalam pengembangan
sains
3. Memahami tentang Konsep Akhlak dalam pengembangan
teknologi
4. Memahami tentang Konsep Akhlak dalam pengembangan
seni
5. Memahami tentang Konsep Akhlak dalam pengembangan
etos kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Agama dan ketuhanan
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: )هللاdan
diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang
Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi
semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang
Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha
Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama
Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut
mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara
99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan
adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim)
[ CITATION Var15 \l 1033 ].
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai
suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan
yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan
kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus
menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui."
(Al-'An'am 6:103). Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan
Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia
lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi
yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-
Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus,
“jalan yang diridhai-Nya.” Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep
Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh kelompok agama
Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi. Namun, hal ini tidak
diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut[ CITATION
Rid14 \l 1033 ].
B. Konsep Akhlak
Secara etimologis (lughatan) akhlak (bahasa arab) adalah bentuk
jamak dari khuluk yang berarti budi pekerti,perangai, tingkah laku, atau
tabiat. Kesamaan akar kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak
tercakup pengertian teciptanya keterbukaan antar kehedak khaliq (Tuhan)
dengan perilaku manusia. Dengan demikian akhlak bukan sajamerupakan
tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama
manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dan
bahkan denagn alam semesta ini[CITATION Sri06 \p 87 \l 1057 ].
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk,
terpuji atau tercela, semata-mata karena syara’ (Al-Quran dan sunah)
menilainya demikian. Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Quran
memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan
oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid mengakui keesaan-Nya (Q.S.
Ar-Rum 30:30). Karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan
selalu cenderung kepada kebenaran[CITATION Sri06 \p 89 \l 1057 ].
Pada diri setiap muslim harus ditanamkan akhlak pribadi islami yag
akan memperkokoh keimanan setiap umat. Akhlak pribadi islami dapat
didefinisikan sebagai wujud budi peekerti yang melekat dan dilaksanakan
oleh orang Islam dan berdasarkan sumber ajaran islam. Di lingkungan kita
saat ini masih banyak ditemui kasus dalam kehidupan yang masih kurang
sesuai dengan akhlak islami, seperti rendahnya tingkat kejujuran, berpikir
negatif terhadap orang lain, dan berperilaku boros[CITATION Sri06 \p
93 \l 1057 ].
Imam Al-Gazali dalam Alkaf (2000) menyatakan mengenai akhlak
adalah sebagai berikut “ sesungguhnya akhlak itu adalah kemauan yang
kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat
yang membudaya yang mengarah pada kebaikkan, dan sesungguhmya
akhlak adalah hal ihwal yang melekat pada jiwa dan wujud tindakan dan
perilaku”[CITATION Sri06 \p 88 \l 1057 ].
D. Etos Kerja
Etos kerja dapat diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan
kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan.
Bekerja di dunia, bagi umat islam merupakan bekal di akhirat kelak.
Hidup di surga di akhirat kelak merupakan tujuan dan impian kesuksesan
setiap umat muslim. Kesuksesan di akhirat tersebut juga tidak terlepas dari
kesuksesan di dunia melalui ibadah dan amalan sebagaimana diajarkan dan
mengharap ridho Allah. Islam adalah akidah, syariah, dan amal, sehingga
manusia juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa bekerja
sebagimana yang ditentukan Allah SWT[CITATION Sri06 \p 139 \l
1057 ]. Terkait dengan hal ini, Rasulullah bersabda :
“Yang dinamakan iman itu adalah apabila kau menyakini di dalam
hati, menyatakan dengan lidah, dan melaksanakannya dengan perbuata.
(Al hadist).
Agama islam mengajarkan pengikutnya agar cinta bekerja
sebagaimana firman Allah :
“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu
bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah sebanyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumuah:10).
Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa Allah menghendaki umat
islam untuk bekerja keras dalam mencari karunia/rejeki dari Allah. Dan
dalam ayat ini, Allah menghendakii supaya supaya umat Islam dalam
bekerja mendapat untung, keberhasilan.
Islam memandang bahwa bekerja adalah bagian dari kewajiban
dalam kehidupannya. Islam membenci pengangguran, kemalasan, dan
kebodohan, karena hal tersebut lambat laun dapat mematikan kemampuan
fisik dan berpikir manusia[ CITATION Tas95 \l 1033 ].
A. Kesimpulan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Utama
Siti Faraiza Sanip, H. S. (2018). Perkembangan Sains, Hukum, Teknologi dan Ekonomi di
Dunia Islam. Akademi Tamadun Islam, Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan,
Universiti Teknologi Malaysia qamar@utm.my, 14.
Tasmara, T. (1995). Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
Pendukung
Integrasi Akhlak dalam Pembelajaran Sains. (2018). Diambil kembali dari BM Sundaram,
NS Seleman, KA Jasmi - 2018 - eprints.utm.my
Kosim, M. (2018). ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM .
Satria, R. (2014). Peran Akhlakul Karimah dalam Pengembangan Sains dan Teknologi.
Bengkulu.
Yusuf, N. (2011). Akhlak Dalam Pembelajaran Ilmu Sains dan Penerapannya di Lembaga
Pendidik Islam.