AGAMA ISLAM Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Oleh:
NAMA NIM
Dadang 221010850099
Fahrul Rizki Satria 221010850073
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Pamulang Tangerang Selatan 2023 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, dan pendidikan agama Islam memegang peran yang sangat signifikan dalam membentuk manusia unggul. Islam sebagai agama yang mencakup aspek kehidupan spiritual dan sosial memiliki tujuan utama untuk menghasilkan individu yang bermoral, berpengetahuan, dan berakhlak mulia. Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi konsep "manusia unggul dalam pendidikan agama Islam," yang mencerminkan visi Islam tentang bagaimana seharusnya individu menjalani kehidupan mereka dengan penuh kebijaksanaan, ketulusan, dan kesempurnaan iman. Dalam konteks ini, kita akan menyelidiki berbagai faktor yang mendukung pencapaian manusia unggul dalam pendidikan agama Islam serta dampak positifnya dalam membentuk masyarakat yang lebih baik.
1.1 Latar Belakang Makalah
Pendidikan agama Islam adalah salah satu aspek fundamental dalam pembentukan individu Muslim yang berintegritas, beretika, dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Seiring dengan perubahan zaman dan dinamika sosial, tantangan dalam mencetak "manusia unggul" melalui pendidikan agama Islam semakin kompleks. Munculnya isu-isu seperti pengaruh budaya pop, teknologi, dan perubahan nilai-nilai sosial menuntut kajian mendalam tentang bagaimana pendidikan agama Islam dapat tetap relevan dan efektif dalam mencetak generasi yang unggul dalam nilai-nilai keislaman. Dalam konteks ini, latar belakang makalah ini akan mengulas isu-isu tersebut untuk memahami tantangan dan peluang yang dihadapi dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang menghasilkan manusia unggul.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis konsep "manusia unggul dalam pendidikan agama Islam" dengan fokus pada tantangan dan peluang dalam menghadapinya. Dalam konteks ini, makalah akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian manusia unggul dalam pendidikan agama Islam serta dampaknya dalam membentuk individu yang lebih bermoral dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Selain itu, makalah ini juga akan mengeksplorasi solusi dan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas pendidikan agama Islam dalam mencetak generasi yang unggul dalam aspek keislaman. 1.3 Tujuan Makalah Tentu, berikut adalah beberapa tujuan yang bisa Anda pertimbangkan untuk makalah dengan judul "Manusia Unggul dalam Pendidikan Agama Islam": 1. Menjelaskan konsep manusia unggul dalam perspektif pendidikan agama Islam. 2. Menganalisis peran pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter dan moral individu untuk mencapai kedudukan unggul. 3. Memahami bagaimana pendidikan agama Islam berkontribusi pada pembangunan pribadi yang berkualitas. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Manusia Unggul menurut Perspektif Filsafat Dan Agama Islam
Kata Unggul adalah adalah The Magic Word, kata yang mampu menyihir siapapun yang membacanya dan mendengarnya. Kita coba bedah menurut Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata unggul adalah lebih tinggi (pandai, baik, cakap, kuat, awet, dan sebagainya) daripada yang lain-lain. Arti lainnya dari unggul adalah utama (terbaik, terutama). Contoh: Jenis ikan bibit unggul, pemain-pemain kita masih lebih unggul daripada lawan. Bagaimana dengan Manusia Unggul, siapakah manusia unggul tersebut, apakah para Ilmuwan dunia seperti Sir Issac Newton, atlet olahraga terkenal seperti pebasket Michael Jordan, seniman hebat sekelas Sebastian Bach atau Vivaldi, atau pemimpin dunia sekelas Vladimir Putin? Friedrich Nietzsche seorang filsuf asal Jerman mengemukakan adanya teori mengenai manusia unggul, manusia unggul yang dimaksudkan oleh Friedrich Nietzsche bukanlah manusia yang unggul dalam kemampuannya melainkan manusia unggul ialah manusia yang dilahirkan oleh alam yang mampu hidup dan bertahan karena adanya seleksi manusia (human selection) melalui kecerdasan yang terus menerus di perbaiki (eugenic foresight) dan pendidikan manusia sendiri yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat, Friedrich Nietzsche juga mengemukakan bahwa hal-hal yang menyusun invidu yang unggul, kuat, dan baik ialah intelektual, kehormatan, dan kebanggaan diri. Filsuf asal jerman yang terkenal dengan pemikiran atheism ini mengungkap definisinya tentang manusia unggul. Kita masih ingat bagaimana sosok HITLER yang menggap bahwa manusia paling unggul didunia adalah Bangsa Arya atau bangsa Jerman Murni , ultranasionalisme Hitler inilah yang memicu Perang Dunia Ke 2. Persfektif Manusia Unggul menurut pemikiran filsuf barat diatas berbeda sekali dengan perspektif agama islam. Manusia adalah makhluk penuh potensi dan terbaik (ahsanu taqwiim). Potensi kemampuan berpikir menjadi makhluk terbaik dan mulia. Bahkan lebih mulia dari para malaikat. Dengan akalnya, bisa menundukkan alam semesta (taskhiir). Di sisi lain, manusia memiliki kelemahan (dhu'f) yang dapat terjatuh ke dalam kehinaan yang terendah (asfala saafiliin). Bahkan lebih buruk dari hewan (kal-an'aam bal hum adholl). Manusia unggul menurut Al-Qur'an adalah manusia yang berwawasan iqra', yaitu secara terus menerus mampu mengembangkan pemikiran dan wawasan untuk tujuan memahami rahasia ciptaan Allah (khalq). Sehingga mampu mengenal alam dunia dan akherat. Manusia uggul dalam pandangan Al- Quran bercirikan "ulul albab". Manusia ulul albab adalah manusia yang mampu mengombinasikan antara ketajaman hati dan kecermelangan akal.Manusia unggul, digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai berikut: "Yaitu mereka yang mengingat Allah (dzikir) dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring (di setiap saat dan keadaan). Dan mereka yang berpikir tentang penciptaan langit dan bumi". Konteks Manusia Unggul yang sejatinya ada pada diri para Nabi dan Rasul, sebagaimana perjalanan sejarah Nabi besar Muhammad SAW dalam mengemban risalah Islam . Akan sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam bagaiman Manusia Unggul dalam persfektif yang lainnya khususnya dikaitkan dengan kekinian yaitu di Era digital atau Industry 4.0 dimana aspek kehidupan terkoneksi dalam Internet Of Things. Keunggulan manusia akan lebih tampak dari aspek Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna , memiliki akal,budi, hawa nafsu dan fisik yang sempurna. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang terbaik , semua manusia adalah unggul yang membedakannya adalah derajat keimanan dan ketaqwaannya dihadapan Allah SWT. Dalam manajemen sumberdaya manusia, disebutkan bahwa manusia adalah intangible asset, atau asset yang tidak ternilai harganya, artinya manusia adalah UNGGUL dan memiliki value yang sangat tinggi dibanding hal apapun.
2.2 Membangun Pribadi Unggul Dalam Perspektif Islam
Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka keadaan masyarakat ke depan akan ditandai oleh beberapa hal, yaitu di antaranya adalah persaingan semakin tajam, perubahan semakin cepat, masyarakat semakin majemuk, dan sumber alam semakin langka. Menghadapi kenyataan itu, siapapun yang ingin memenangkan kompetisi dan berhasil menyesuaikan dengan perubahan itu, maka harus membekali dirinya dengan kekuatan yang tangguh. Islam memberikan tawaran berupa konsep menghadapai berbagai persoalan kehidupan, baik secara pribadi maupun kehidupan kolektif. Namun sayangnya, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang telah terdokumentasikan dalam al Qur'an dan hadits nabi hanya dipandang sebagai ajaran untuk membangun kehidupan ruhani. Islam hanya dipahami sebagai pedoman untuk beribadah dalam pengertian sempit, yaitu menjalankan kegiatan ritual. Pada umumnya seseorang merasa telah beragama Islam secara sempurna manakala sudah menjalankan rukun Islam, memenuhi rukun Iman, dan ikhsan. Kegiatan yang bernuansa Islam hanya dipahami ketika berada di masjid atau mushalla, memberikan sedekah yang kadang jumlahnya terbatas, puasa di bulan ramadhan, dan menjalankan ibadah haji. Beberapa kegiatan ritual itu seharusnya melahirkan kedamaian dan ketenteraman, tetapi seringkali justru sebaliknya, yaitu perdebatan yang kemudian membuahkan perpecahan yang tidak mudah diselesaikan. Tulisan berikut ini, mengajak untuk memahami Islam dalam perspektif yang lebih luas, yaitu tidak sekedar menyangkut kegiatan ritual sebagaimana dikemukakan di muka. Islam tidak saja dipahami dari aspek fiqh, tauhid, akhlak, tasawwuf dan sejarah sebagaimana diajarkan oleh para guru agama di sekolah- sekolah, tetapi dalam wilayah yang lebih utuh dan luas.
2.3 Konsep Manusia Ideal Dalam al Qur'an
Di dalam al Qur'an ada beberapa seruan yang sedemikian mengesankan
terkait dengan kualitas manusia. Seruan itu adalah berbunyi sebagai berikut : ' kunuu uli an-nuha, kunuu uli al-abshar, kunuu uli al-albab'. Beberapa kata yang sebenarnya tidak berada pada satu tempat, namun sengaja disatukan tersebut jika diartikan secara bebas adalah sebagai berikut : “jadilah kamu sekalian orang yang memiliki pikiran yang cerdas, jadilah engkau sekalian orang yang memiliki pandangan mata dan telinga yang tajam, dan jadilah engkau sekalian orang yang memiliki hati yang lembut”. Anjuran di dalam al Qur'an tersebut seharusnya dijadikan pedoman dalam menjalani hidup ini. Namun sayangnya, upaya berpikir keras dalam rangka memecahkan masalah dan membangun ide-ide atau gagasan baru, maupun berbagai kegiatan keilmuan melalui observasi, eksperimen dan lainnya, ternyata masih belum selalu disebut sebagai bagian dari menjalankan ajaran Islam. Sebagai akibatnya, umat Islam menjadi tertinggal, terbelakang, dan bahkan belum mampu bersaing dengan umat lainnya. Padahal dengan perintah itu, umat Islam seharusnya tidak saja gemar membangun tempat ibadah, seperti masjid dan mushalla, melainkan juga membangun pusat-pusat riset, perpustakaan, labororium, dan lain-lain. Menjadi muslim seharusnya menjadi cerdas, memiliki pandangan mata dan telinga yang tajam, dan berhati lembut. Bahkan dalam bagian lain masih di dalam al-Qur'an, sebutan ulu al-albaab ternyata diterangkan dalam pengertian yang amat luas. a.Seseorang disebut sebagai penyandang ulu al-albaab adalah. 1. ingat Allah pada ketika sedang berdiri, duduk, dan berbaring, 2. selalu merenungkan dan atau memikirkan penciptaan langit dan bumi, 3. menyadari bahwa semua yang diciptakan oleh Allah adalah tidak ada yang sia-sia. Sudah barang tentu, agar apa yang ada di sekitar kita tidak sia-sia, maka harus diciptakan teknologi.Manusia ideal dalam konsep al Qur'an adalah mereka yang sepanjang hidupnya selalu merasakan kehadiran Tuhan. Berdzikir, menjalankan ibadah shalat, berpuasa, mengeluarfkan zakat, dan berhaji, semuanya itu adalah bagian dari kegiatan mengingat Allah. Mengikuti konsep ulu al-albab, kegiatan ritual dimaksud harus diikuti oleh aktifitas keilmuan, yaitu merenungkan dan atau memikirkan penciptaan langit dan bumi. Mengkaji ilmu alam, ilmu sosial, dan humaiora adalah merupakan bentuk daripada kegiatan memikirkan penciptaan langit dan bumi itu. Selanjutnya, masih mengikuti petunjuk al Qur'an pula, maka kegiatan keilmuan harus membuahkan aktifitas yang lebih kongkrit, yaitu mengolah apa saja menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, bahwa manusia penyandang ulu al-albab, adalah orang yang selalu ingat Tuhan pada setiap waktu, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menindak-lanjuti dengan kegiatan rekayasa atau teknologi. Manakala konsep itu dijalankan, maka seorang muslim akan benar-benar menjadi manusia ideal.
b. Konsep Membentuk Karakter Berbasis Al-Qur'an
Akhlak merupakan kerangka dasar ajaran Islam yang memiliki kedudukan sangat penting, disamping aqidah. Rasulullah Saw mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok, yaitu; menyempurnakan akhlak manusia yang mulia. Berbagai perilaku destruktif, seperti premature immoralities, alkoholisme, seks bebas, narkoba, aborsi sebagai penyakit sosial yang harus diperangi secara bersama-sama. Sehingga Kenyataan ini menjadikan banyak orang yang tidak lagi mempercayai kemampuan pemerintah, untuk menurunkan angka kriminalitas serta berbagai penyakit sosial.Pendidikan karakter menurut Al-Qur'an bukan hanya sekedar mengajarkan atau memberikan pengetahuan tentang baik dan buruk, melainkan membiasakan, menyontohkan, melatihkan, menanamkan, dan mendarahdagingkan sifat-sifat yang baik, dan menjauhi perbuatan yang buruk. Pendidikan karakter dalam Al-Qur'an dan Al- Sunnah adalah pendidikan pembiasaan, pendarah dagingan, praktik, internalisasi dan transformasi nilai-nilai yang baik kedalam diri seseorang. Proses pembentukkan karakter menurut Al-Qur'an diantaranya adalah adanya pengenalan, pemahaman, penerapan, pembiasaan, pembudayaan, Internalisasi menjadi karakter. Melalui pendidikan karakter ini diharapkan dapat dilahirkan manusia yang memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya, tanpa paksaan, disertai rasa penuh tanggung jawab. Yaitu manusia-manusia yang merdeka, dinamis, krestif, inovatif dan bertanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri, manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.
2.4 Ilmu Dalam PersfektifF Al-quran
Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk selalu belajar. Islam juga merupakan agama yang menempatkan ilmu pengetahuan pada kedudukan yang mulia. Sebagai tanda keutamaan ilmu dalam Islam adalah hakikat ilmu merupakan salah satu sifat wajib dari Allah SWT. Oleh karena itu, seluruh nabi dan rasul diutus untuk mengajarkan ilmu kepada umat yang dikembangkannya. Ilmu pengetahuan merupakan ilmu penting yang dibutuhkan manusia untuk menjawab segala permasalahan kehidupan. Dengan berilmu maka akan terwujud kehidupan dunia yang sejahtera serta kebahagiaan akhirat. Itulah gunanya sains. Berbicara tentang ilmu pengetahuan, di dalam Al-Qur’an tersebar kata ilmu dan segala macam turunannya. Manusia menurut Al-Qur'an mempunyai potensi untuk memperoleh ilmu dan mengembangkannya dengan izin Allah. Oleh karena itu, bertebaran ayat-ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali Al-Qur'an menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang yang berilmu. Menurut pandangan Al-Quran – sebagaimana tersirat dalam wahyu pertama – ilmu pengetahuan itu ada dua macam. Pertama, ilmu pengetahuan yang diperoleh tanpa usaha manusia, disebut dengan ‘ilm ladunni, yang antara lain diinformasikan oleh Al-Qur’an. Dengan ilmu maka semua permasalahan akan teratasi. Dengan ilmu pengetahuan orang akan mampu berperilaku lebih baik, orang akan mampu bertoleransi dengan orang lain meskipun berbeda prinsip. Manusia Ideal Sebagai Insan Konsep Manusia Ideal (Perfect Human Being) lebih condong pada terminologi al-Insan di dalam al-Qur’an, dari pada term Al-Basyar, An-Nas, atau Bani Adam. Konsep al-Insan ini bertalian dengan akhlakul karimah manusia yang menjadi tujuah akhir, seperti berbakti kepada dua orangtua yang telah melahirkannnya. Orangtua merepresentasikan masyarakat pada umumnya. Selain itu, tujuan akhir dari konsep al-Insan adalah berakhlakul karimah kepada Tuhan, dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya. Kosep Manusia Ideal tidak bisa dikorelasikan dengan term al-basyar di dalam al-Quran. Sebab, term al-basyar ini merujuk pada manusia biasa, yang tidak memiliki kualifikasi istimewa, seperti bisa makan dan minum di pasar; atau, menikah dengan wanita kemudian melahirkan keturunan. Term al-basyar condong pada pengertian manusia sebagai makhluk jasmani-ragawi. Konsep Manusia Ideal juga tidak bisa diterjemahkan ke dalam terminologi an-Nas dan Bani Adam. Term an-Nas menjelaskan konsep manusia sebagai yang pura-pura beriman, menjadi bahan bakar neraka, mengajak orang lain pada kebaikan dan dirinya sendiri tidak melakukannya, belajar ilmu sihir, orang-orang bodoh, ingin hidup seribu tahun, pandai bersilat lidah, tidak bersyukur, dan suka pamer(Hamka, 2015). Term an- Nas juga merujuk pada satu komunitas, masyarakat, umat atau bangsa, bukan kepada profil individu ideal. Terakhir, konsep Manusia Ideal juga tidak bisa dipahami dalam konteks term Bani Adam. Term Bani Adam ini merujuk pada manusia sebagai keturunan Adam, yang juga bisa melakukan dosa seperti Qabil yang membuh Habil. Bani Adam hanya diperuntukkan menjelaskan perintah Allah kepada seluruh ras manusia. Dengan begitu, konsep Perfect Human Being atau Manusia Ideal hanya cocok untuk diterjemahkan, dikontekstualisasikan, dan dikorelasikan dengan term al-Insan di dalam Manusia. Manusia Ideal dalam al- Qur’an pada hakikatnya adalah fitrah. Sejak awal penciptaannya, manusia sudah diciptakan menjadi makhluk ideal. Hanya saja, idealitas ini bersyarat. Apabila syarat-syaratnya dipenuhi maka manusia akan menjadi ideal. Tetapi, bila tidak dipenuhi, manusia akan jatuh pada derajat yang buruk. Allah swt berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan," (Qs. At-Tin: 4- 6). Ayat ini menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk ideal, yang terbaik, dan paling sempurna. Hanya saja, manusia harus beriman dan beramal yang soleh. Jika tidak maka ia akan jatuh ke tempat yang paling rendah.
2.5 Pendidikan Islam Dalam Membentuk Akhlak
Pendidikan Islam Dalam Membentuk Akhlak Pengertian akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab Jama’ dari bentuk mufradnya (khalaqa) yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalkan yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan kata khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Secara Istilah akhlak menurut Ibnu Maskawaih (421 H) adalah “sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi.” Menurut Imam Ghazaly, akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika suatu sikap itu yang darinya lahir perbuatan baik dan terpuji baik dari akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Tetapi jika lahir dari perbuatan tercela maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk. BAB III PENUTUP Dalam penutup makalah ini, kita telah menjelajahi konsep manusia unggul dalam konteks pendidikan agama Islam. Dapat kita simpulkan bahwa pendidikan agama Islam memainkan peran penting dalam membentuk individu menjadi manusia unggul sesuai dengan ajaran Al-Quran. Melalui pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Islam, moralitas, etika, dan spiritualitas, pendidikan agama Islam membantu kita untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang berakhlak baik, berintegritas, dan bertanggung jawab. Hal ini tidak hanya memengaruhi perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, penting bagi semua pihak, terutama para pendidik dan siswa, untuk mengapresiasi peran pendidikan agama Islam dalam membentuk manusia unggul dan berusaha menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Semoga makalah ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang betapa berharganya pendidikan agama Islam dalam membentuk masa depan yang lebih baik lagi bagi kita semua. DAFTAR PUSTAKA Kompasiana. (15 Desember 2022). Manusia Unggul Menurut Perspektif Filsafat dan Agama. Depublis Online. Diakses Dari https://www.kompasiana.com Prof. Dr. H. Imam Suprayogo. (11 Agustus 2015). Membangun Pribadi Unggul Dalam Perspektif Islam. Depublis Online. Diakses Dari https://uin- malang.ac.id Retna Dwi Estuningtyas. (15 Desember 2018). Ilmu Dalam Perspektif Al qur’an. Diakses Dari https://jurnalfuda.iainkediri.ac.id/index.php/qof/article/view/250 Ahmad Zain Sarnoto. (28 Maret 2023). Menelusuri Konsep Manusia Ideal dalam Psikologi dan Al-Qur’an. Di Akses Dari jurnal tambusai vol 7 No 1 Hendra. (Mei 2023). Pengaruh Pendidikan Agama islam Terhadap Akhlak Dan Motivasi Belajar Siswa. Diakses Dari Jurnal Pelita Nusantara Vol 01 No 01
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita