Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu biomekanika, juga akan
ditampilkan rekap data hasil praktikum Manual Material Handling maupun
Biomekanika. Selain itu, juga akan ditampilkan mengenai gari-garis gaya yang
mempengaruhi saat pelaksanaan praktikum, baik MMH ataupun Biomekanika,
disertai dengan analisa singkat pada masing-masing bagian.
1.1

Biomekanika
Pada sub-bab ini akan dijelaskan mengenai definisi dan aplikasi
biomekanika, rekap data praktikum biomekanika, serta dijelaskan pula
perhitungan momen untuk seluruh segmen tubuh, disertai dengan penggambaran garis-garis gayanya.
1.1.1

Definisi dan Aplikasi Biomekanika


Biomekanika dari gerakan manusia adalah ilmu yang menyelidiki,

menggambarkan dan menganalisis gerakan-gerakan manusia (Winter,


1990).

Biomekanika

juga

seringkali

didefinisikan

sebagai

ilmu

pengetahuan yang merupakan kombinasi dari ilmu fisika (khususnya


mekanika) dan teknik, dengan berdasar pada biologi dan juga pengetahuan
lingkungan kerja (Wignjosoebroto, 2013). Biomekanika sendiri ada tiga
macam, yaitu:
a. Biostatik, cabang biomekanika yang menganalisis tubuh dalam
keadaan diam atau bergerak secara konstan
b. Biodinamik yaitu cabang biomekanika yang menganalisis gerakan
tubuh tanpa mempertimbangkan kinematik dan kinetik
c. Occupational

biomekanika

yaitu

cabang

biomekanika

yang

menganalisis interaksi antara pekerja dengan mesin, material dan


peralatan
Secara garis besar, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu biomekanika
adalah ilmu yang menganalisis batasan kekuatan dan ketahanan yang

dimiliki oleh manusia untuk dapat melakukan suatu pekerjaan dengan


baik.
1.1.2

Rekap Data Beban dan Sudut


Berikut adalah tabel rekap data hasil praktikum biomekanika dari

kelompok C6.
Tabel 1.1 Rekap data beban
Operato
r
Ardan
Josafat
Dwi
Cahya

Tinggi Berat
(cm)

(kg)

Posisi 1

Mean

40
164
75
180
138
194
0
166
53
40
15
5
0
163
61
0
0
0
Sumber: Hasil praktikum

Posisi 2
33
150
144
0
0
1
0
55
5

Mean
109
0,33
20

Posisi 3 Mean Posisi 4


0
0
15
4
10
4
23
25
21

5
6
23

Tabel 1.2 Rekap data sudut


Operator

Aspek
Lengan Atas
Ardan
Lengan Bawah
Punggung
Lengan Atas
Josafat Lengan Bawah
Punggung
Lengan Atas
Dwi
Lengan Bawah
Cahya
Punggung
Sumber: Hasil praktikum
Keterangan:
Posisi 1
Posisi 2
Posisi 3
Posisi 4
1.1.3

Posisi 1
90
0
90
90
0
90
90
0
90

Posisi 2
50
40
90
50
40
90
45
40
90

Posisi 3
85
85
65
85
85
35
90
90
60

: Arm lift
: High far lift
: Leg lift
: Floor lift

Perhitungan Panjang dan Berat Segmen Tubuh

Posisi 4
85
85
40
80
80
60
85
90
60

0
0
0
26
11
25
28
30
32

Mean
0
20,67
30

Sub-bab ini akan menjelaskan tentang metode perhitungan panjang


dan berat segmen tubuh, disertai dengan data operator dan dilengkapi
dengan data hasil perhitungannya.
Tabel 1.3 Metode perhitungan panjang dan berat segmen tubuh
Panjang segmen
Segmen tubuh

(cm)
...% tinggi

Berat segmen (kg)

tubuh
Lengan bawah
26,5
Lengan atas
16,4
Punggung
28,8
Sumber: Modul praktikum

Pusat massa

...% berat

(cm)
...% panjang

badan
2,3
2,8
58,4

segmen
41
48
46

Keterangan
pengukuran
pusat massa
Dari siku
Dari bahu
Dari pinggul

Tabel di atas merupakan metode perhitungan yang akan dipakai


untuk menentukan panjang dan berat segmen tubuh. Ambil contoh, untuk
menentukan panjang segmen lengan bawah dapat dihitung dengan rumus:
26,5% tinggi tubuh, begitu juga seterusnya. Dan berikut adalah tabel
hasil perhitungan, sesuai dengan metode yang telah dijelaskan di atas.
Nama Operator
Tinggi badan
Berat badan

: Ardan
: 164 cm
: 75 kg

Tabel 1.4 Data hasil perhitungan panjang dan berat segmen tubuh
Panjang segmen
Segmen tubuh

(cm)
...% tinggi

Berat segmen (kg)

tubuh
Lengan bawah
43,46
Lengan atas
26,896
Punggung
47,232
Sumber: Hasil perhitungan

Nama Operator
Tinggi badan
Berat badan

Pusat massa

...% berat

(cm)
...% panjang

badan
1,725
2,1
43,8

segmen
17,8186
12,9101
21,7267

: Josafat
: 166 cm
: 53 kg

Tabel 1.4 Data hasil perhitungan panjang dan berat segmen tubuh

Keterangan
pengukuran
pusat massa
Dari siku
Dari bahu
Dari pinggul

Panjang segmen
(cm)
...% tinggi

Segmen tubuh

Berat segmen (kg)

tubuh
Lengan bawah
43,99
Lengan atas
27,224
Punggung
47,808
Sumber: Hasil perhitungan
Nama Operator
Tinggi badan
Berat badan

Pusat massa

...% berat

(cm)
...% panjang

badan
1,219
1,484
30,952

segmen
18,0359
13,0675
21,9917

Keterangan
pengukuran
pusat massa
Dari siku
Dari bahu
Dari pinggul

: Dwi Cahya
: 163 cm
: 61 kg

Tabel 1.4 Data hasil perhitungan panjang dan berat segmen tubuh
Panjang segmen
Segmen tubuh

(cm)
...% tinggi

Berat segmen (kg)

tubuh
Lengan bawah
43,195
Lengan atas
26,732
Punggung
46,944
Sumber: Hasil perhitungan
1.1.4

Pusat massa

...% berat

(cm)
...% panjang

badan
1,403
1,708
35,624

segmen
17,71
12,8314
21,5942

Keterangan
pengukuran
pusat massa
Dari siku
Dari bahu
Dari pinggul

Perhitungan Momen Segmen Tubuh untuk Setiap Posisi


Sub-bab ini berisi tentang penggambaran free body diagram beserta

dengan garis-garis gayanya, dan disertai juga dengan foto praktikan pada
masing-masing posisi pengangkatan (arm lift, high far lift, leg lift dan
floor lift). Tak lupa juga disertakan perhitungan momen pada setiap posisi
pengangkatan beban.
1.1.4.1 Posisi 1: Arm Lift
Posisi pengangkatan pertama ini adalah dengan membentuk sudut
siku-siku (90) antara lengan atas dan lengan bawah, serta posisi punggung
tegak. Dan berikut adalah foto saat praktikum beserta penggambaran free
body diagram-nya.

Gambar 1.1. Posisi arm lift saat praktikum

Free

body

diagram untuk
lengan bawah

mB

Keterangan:
: Massa beban

pada tangan (kg)


FB
: Gaya pada pergelangan tangan (N)
mAB : Massa segmen lengan bawah (kg)
FAB
: Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)
FA
: Gaya pada siku (N)
D1
: Jarak siku dengan pusat massa (m)
D2
: Jarak siku ke ujung pergelangan tangan (m)
g
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)
Dari free body diagram di atas bisa didapatkan bahwa:
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk lengan bawah
No.
Operator
FA (N)
1
Ardan
693,105
2
Josafat
85,4462
3
Dwi Cahya
13,7494
Sumber: Hasil perhitungan
Free body diagram untuk lengan atas

M (Nm)
296,888746
3,51825
0,248

Keterangan:

FAB
: Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)
FB
: Gaya pada segmen lengan bawah (N)
FA
: Gaya pada bahu (N)
OP
: Bidang horizontal

: Sudut antara lengan atas (AB) dengan bidang horizontal (OP) = 90


D1
: Jarak bahu dengan pusat massa lengan atas (m)
D2
: Panjang segmen lengan atas (m)
g
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)
Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

(tanda negatif menunjukkan bahwa arah momen lengan atas berlawanan


dengan arah momen pada lengan bawah)
Tabel 1.6 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk lengan atas
No.
1
2
3

Operator
Ardan
Josafat
Dwi Cahya

FA (N)
713,685
99,9894
30,4878

M (Nm)
-296,888746
-3,51825
-0,248

Sumber: Hasil perhitungan

Free body diagram untuk punggung

Keterangan:
FAB
: Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)
FB
: Gaya pada segmen punggung (N)
FA
: Gaya pada segmen lengan atas (N)
OP
: Bidang horizontal

: Sudut antara punggung (AB) dengan bidang horizontal (OP) = 90


D1
: Jarak pinggul dengan pusat massa punggung (m)
D2
: Panjang segmen punggung (m)
g
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)
Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.7 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk punggung
No.
Operator
1
Ardan
2
Josafat
3
Dwi Cahya
Sumber: Hasil perhitungan

FA (N)
998,13
503,3084
410,0908

M (Nm)
296,888746
3,51825
0,248

1.1.4.2 Posisi 2: High Far Lift


Posisi pengangkatan ini adalah dengan menekuk lengan bawah
hingga berjarak 50 cm dari bahu (jarak horizontal antara pergelangan tangan
dengan bahu). Kemudian diukur masing-masing sudut yang dibentuk oleh
lengan atas maupun lengan bawah terhadap bidang horizontal.

Gambar 1.2. Posisi default dari high far lift

Free body diagram untuk lengan bawah

FAB

Keterangan:
: Gaya pada pusat
massa segmen lengan

bawah (N)
mAB : Massa segmen lengan bawah (kg)
FB
: Gaya pada pergelangan tangan (N)
FA
: Gaya pada siku (N)
mB
: Massa beban pada tangan (kg)

: Sudut antara lengan bawah (AB) dengan bidang horizontal = 40


D1
: Jarak siku dengan pusat massa lengan bawah (m)
D2
: Panjang segmen lengan bawah (m)
g
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)

Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:


Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.8 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk lengan bawah
No.
Operator
FA (N)
1
Ardan
551,005
2
Josafat
13,5632
3
Dwi Cahya
111,7494
Sumber: Hasil perhitungan
Free body diagram untuk lengan atas

FAB

segmen
mAB :
(kg)
FB
FA

D1
D2
g

Keterangan:
Gaya pada

M (Nm)
181,0517
2,206761
34,46991

pusat

massa

lengan atas (N)


Massa segmen lengan atas

: Gaya pada segmen lengan atas (N)


: Gaya pada bahu (N)
: Sudut antara lengan atas (AB) dengan bidang horizontal = 50
: Jarak bahu dengan pusat massa punggung (m)
: Panjang segmen punggung (m)
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)

Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:


Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

(tanda negatif menunjukkan bahwa arah momen lengan atas berlawanan


dengan arah momen pada lengan bawah)
Tabel 1.9 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk lengan atas
No.
Operator
1
Ardan
2
Josafat
3
Dwi Cahya
Sumber: Hasil perhitungan

FA (N)
571,585
28,1064
128,4878

Free body diagram untuk segmen punggung

M (Nm)
-84,5017
1,371
-11,72861

Keterangan:
FAB
: Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)
FB
: Gaya pada segmen punggung (N)
FA
: Gaya pada segmen lengan atas (N)
OP
: Bidang horizontal

: Sudut antara punggung (AB) dengan bidang horizontal (OP) = 90


D1
: Jarak pinggul dengan pusat massa punggung (m)
D2
: Panjang segmen punggung (m)
g
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)
Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.10 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk punggung
No.

Operator

FA (N)

M (Nm)

1
Ardan
2
Josafat
3
Dwi Cahya
Sumber: Hasil perhitungan

1497,44
-247,117
-92,1396

84,5017
-1,371
11,72861

1.1.4.3 Posisi 3: Leg Lift


Posisi pengangkatan ini adalah dengan membungkuk hingga ujung
kepalan tangan yang memegang beban berjarak sekitar 15 cm dari tanah.
Dan berikut adalah foto posisi leg lift saat praktikum dan disertai dengan
penggambaran free body diagram-nya.

Free

body
diagram
lengan
Gambar 1.3 Posisi leg lift saat praktikum

bawah

Keterangan:
FAB
: Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)
mAB : Massa segmen lengan bawah (kg)
FA
: Gaya pada siku (N)
FB
: Gaya pada pergelangan tangan (N)
mB
: Massa beban pada tangan (kg)

: Sudut antara lengan bawah (AB) dengan bidang horizontal = 85


D1
: Jarak siku dengan pusat massa lengan bawah (m)
D2
: Panjang segmen lengan bawah (m)
g
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)
Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.11 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk lengan bawah
No.
1

Operator
Ardan

FA (N)
41,405

M (Nm)
1,19

2
Josafat
3
Dwi Cahya
Sumber: Hasil perhitungan

41,3462
126,4494

2,96
0

Free body diagram lengan atas

Keterangan:
FAB
:

Gaya

massa

segmen lengan atas

(N)
mAB
FA
FB

D1
D2
g

pada

pusat

: Massa segmen lengan atas (kg)


: Gaya pada bahu (N)
: Gaya pada siku (N)
: Sudut antara lengan bawah (AB) dengan bidang horizontal = 85
: Jarak bahu dengan pusat massa lengan atas (m)
: Panjang segmen lengan atas (m)
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)

Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:


Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.12 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk lengan atas
No.
Operator
1
Ardan
2
Josafat
3
Dwi Cahya
Sumber: Hasil perhitungan

FA (N)
61,985
55,8894
143,1878

M (Nm)
0,01
-1,815
0

Free body diagram punggung

Keterangan:
FAB
:
Gaya

pada

segmen
mAB :
FA
:

punggung (N)
segmen punggung (kg)
pada lengan atas (N)

Massa
Gaya

pusat

massa

FB

D1
D2
g

: Gaya pada segmen punggung (N)


: Sudut antara punggung (AB) dengan bidang horizontal = 65
: Jarak bahu dengan pusat massa lengan atas (m)
: Panjang segmen lengan atas (m)
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)

Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:


Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

(tanda negatif menunjukkan bahwa arah permisalan gaya pada diagram


adalah terbalik)

Tabel 1.13 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk punggung
No.
Operator
1
Ardan
2
Josafat
3
Dwi Cahya
Sumber: Hasil perhitungan
1.1.4.4 Posisi 4: Floor Lift

FA (N)
-305,27
-191,5508
-62,74

M (Nm)
20,58
-9,0664
29,525

Posisi pengangkatan ini adalah dengan membungkuk hingga ujung


kepalan tangan yang memegang beban berjarak sekitar 15 cm dari tanah.
Selain itu, praktikan juga harus berpijak pada pijakan dengan tinggi sekitar
15 cm dari tanah. Dan berikut adalah foto posisi leg lift saat praktikum dan
disertai dengan penggambaran free body diagram-nya.

Gambar 1.4 Posisi floor lift saat praktikum

Free body diagram segmen lengan bawah

Keterangan:
FAB
: Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)
mAB : Massa segmen lengan bawah (kg)
FA
: Gaya pada siku (N)
FB
: Gaya pada pergelangan tangan (N)
mB
: Massa beban pada tangan (kg)

: Sudut antara lengan bawah (AB) dengan bidang horizontal = 85


D1
: Jarak siku dengan pusat massa lengan bawah (m)
D2
: Panjang segmen lengan bawah (m)
g
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)
Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.14 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk lengan bawah
No.
Operator
1
Ardan
2
Josafat
3
Dwi Cahya
Sumber: Hasil perhitungan

FA (N)
16,905
113,23
160,75

M (Nm)
0,262
7,95
0

Free body diagram segmen lengan atas

Keterangan:
FAB
: Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)
mAB : Massa segmen lengan atas (kg)
FA
: Gaya pada bahu (N)
FB
: Gaya pada siku (N)

: Sudut antara lengan bawah (AB) dengan bidang horizontal = 85


D1
: Jarak bahu dengan pusat massa lengan atas (m)
D2
: Panjang segmen lengan atas (m)
g
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)
Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.15 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk lengan atas
No.
Operator
1
Ardan
2
Josafat
3
Dwi Cahya
Sumber: Hasil perhitungan

FA (N)
37,485
566,773
801,42

Free body diagram untuk punggung

M (Nm)
0,368
18,02
20,19

Keterangan:
FAB
: Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)
mAB : Massa segmen punggung (kg)
FA
: Gaya pada lengan atas (N)
FB
: Gaya pada segmen punggung (N)

: Sudut antara punggung (AB) dengan bidang horizontal = 40


D1
: Jarak bahu dengan pusat massa lengan atas (m)
D2
: Panjang segmen lengan atas (m)
g
: Konstanta gravitasi (9,8 m/s2)
Dari free body diagram di atas, bisa didapatkan bahwa:
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu X, maka F X = 0. Sedangkan untuk FY dan momen (M) adalah sebagai berikut:

(tanda negatif menunjukkan bahwa arah permisalan gaya pada diagram


adalah terbalik)

Tabel 1.16 Rekap hasil perhitungan momen segmen tubuh untuk punggung
No.
Operator
1
Ardan
2
Josafat
3
Dwi Cahya
Sumber: Hasil perhitungan

FA (N)
-354,27
830,22
1253,72

M (Nm)
19,622
237,61
338,55

1.2 Manual Material Handling


Manual

Material Handling adalah aktivitas memindahkan sesuatu

material dengan tangan. Aktivitas manual material handling serta perhitungan


beban angkat yang sesuai untuk pengangkat yang dihitung secara manual dan
menggunakan software akan dibahas pada subbab berikut:
1.2.1 Defenisi dan Deskripsi Aktivitas Manual Material Handling
Menurut USA department of labor handling, manual material handling
merupakan aktivitas menahan, menggenggam, memutar, atau melakukan kegiatan
dengan tangan. Manual

dapat diartikan dengan tangan sedangkan handling

berarti penanganan. Sehingga manual material handling sering juga diartikan


sebagai aktivitas pengangkatan material

menggunakan tangan.

Aktivitas

pengangkatan material dengan tangan dapat berupa memindahkan bahan baku dari
mobil ke gudang, mengangkat memindahkan bata, mengangkat besi dan semen di

konstruksi bangunan dan masih banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari. Pada
praktikum yang dilaksanakan, praktikan mengangkat material seberat 5 kg dan
dilakukan pengambilan foto posisi origin dan destination pada saat praktikum
sebagai berikut:

Gambar 1.2.1 Posisi Origin

1.2.2 Perhitungan Manual


Pada subbab ini akan dibahas perhitungan Manual Material Handling
berdasarkan persamaan RWL yang dikeluarkan NIOSH. NIOSH adalah singkatan
dari National Institute for Occupational Safety and Health yang merupakan
sebuah institute nasional untuk keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di
Amerika. Tujuan penghitungan RWL adalah untuk mengurangi resiko terjadinya
low back pain and injuries bagi pekerja. Berikut perhitungan yang dilakukan
untuk hasil RLW pada saat praktikum .

1.2.2.1 Recommended Weight Limit (RWL)


Persamaan untuk mencari Recommended Weight Limit (RWL) adalah
sevagai berikut:
RWL = LC * HM * VM * DM * AM * FM * CM
Dimana :

LC

= Load Constanta, LC= 23 kg = 51 lb

HM

= Horizontal Multiplier, HM= (25 / H)

VM

= Vertical Multiplier, VM = 1 0,003 I V 75 I

VM max saat V=69 VM = 1 0,003 I V 69 I


DM

= Distance Multiplier, DM = 0,82 + I 4,5 / D I

AM

= Asymetry Multiplier, AM = 1 (0,0032 A)

CM

= Coupling Multiplier (lihat tabel dibawah)

FM

= Frequency Multiplier (lihat tabel dibawah)

Tabel 1.2.1 Manual Material Handling

Tabel 1.2.2 Data Manual Material Handling praktikan

Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum, maka data yang diperoleh diolah
dengan menggunakan RWL yang telah dikeluarkan NIOSH. Berikut data yang
diolah disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 1.2.3 Perhitungan RWL Origin
Origin
L
LC
HM
VM
DM
AM
FM
CM
RWL

5
23
25/H
60.97561
1 0,003 I V 75 I
0.77686
0,82 + I 4,5 / D I
2.32
1 (0,0032 A)
1
Lihat Tabel
0.94
Lihat Tabel
0.95
LC * HM * VM * DM * AM 2257.18
* FM * CM

Tabel 1.2.4 Perhitungan RWL Destination


Destination
L
LC
HM
25/H
VM
1 0,003 I V 75 I
DM
0,82 + I 4,5 / D I
AM
1 (0,0032 A)
FM
Lihat Tabel
CM
Lihat Tabel
RWL
LC * HM * VM * DM * AM

5
23
43.10345
0.77554
2.32
1
0.94
0.95
1592.8817

* FM * CM

1.2.2.2 Perhitungan Lifting Index (LI) Secara Manual


Lifting Index adalah nilai tingkat tegangan dalam kegiatan MMH.
Sedangkan pada perhitungan RWL yang dilakukan sebelumnya untuk mengetahui
beban yang dianjurkan dalam MMH berdasarkan kemampuan tubuh manusia.
Untuk mencari Lifting Index adalah dengan memperbandingkan berat beban
dengan hasil RWl, berikut secara matematis.
Li = L/RWL
Ket : L

=Load

RWL

= Recommended Weight Limit

Li

= Lifting Index

Berdasarkan praktikum data yang diperoleh diolah lebih lanjut setelah didapatkan
RWL, hasil yang diperoleh untuk Li origin dan Li destination adalah sebagai
berikut.

Tabel 1.2.5 Perhitungan Li Origin

Origin
L
LC
HM
VM
DM
AM
FM
CM
RWL

5
23
25/H
60.97561
1 0,003 I V 75 I
0.77686
0,82 + I 4,5 / D I
2.32
1 (0,0032 A)
1
Lihat Tabel
0.94
Lihat Tabel
0.95
LC * HM * VM * DM * AM 2257.18

Li

* FM * CM
L/RWL

0.002215

Tabel 1.2.6 Perhitungan Li Destination

Destination
L
LC
HM
VM
DM
AM
FM
CM
RWL

5
23
25/H
43.10345
1 0,003 I V 75 I
0.77554
0,82 + I 4,5 / D I
2.32
1 (0,0032 A)
1
Lihat Tabel
0.94
Lihat Tabel
0.95
LC * HM * VM * DM * AM 1592.8817

Li

* FM * CM
L/RWL

0.003139

1.2.3 Hasil Running dengan REBA


REBA 6 adalah software untuk menganalisa resiko dari posisi kerja
operator dengan menerapkan metode REBA yaitu dengan mempertimbangkan
seluruh segmen tubuh. Software yang digunakan pada praktikum ini
menggunakan aplikasi ms.Excel bukan software origin.Berikut hasil rekap data
praktikan dengan REBA 6 menggunakan aplikasi ms.Excel :

Gambar 1.2.2 Sreenshoot Software REBA 6 Assessment Worksheet Origin

Gambar 1.2.2 Sreenshoot Software REBA 6 Assessment Worksheet Destination


1.2.4 Hasil Running dengan ErgoEaser
Ergoeaser adalah sebuah software ergonomic yang dikembangkan oleh Pasific
Northwest Laboratory untuk Departemen Energi Amerika Serikat. Dalam software
ini digunakan analytic tools yang menganalisis posisi kerja dan area kerja. Berikut
adalah hasil running ergoeaser dari data praktikum yang dilakukan :

Gambar 1.2.8 Running Ergoeaser pada posisi origin

Gambar 1.2.9 Running Ergoeaser posisi destination

1.2.5 Perbandingan Hasil Perhitungan Manual , REBA 6 dan ErgoEaser


Pengolahan data Manual Material Handling dilakukan untuk menghitung
tingkat resiko pada saat mengangkat beban. Perhitungan resiko secara NIOSH
ddengan dua tolak ukur yaitu ketika Li >1 (Risk), dan sebaliknya Li<1 (No risk),
sedangkan untuk software reba 6 terdapat 5 tingkat resiko yang digolongkan,
sehingga lebih akurat. Penghitungan tingkat resikosecara NIOSH, software REBA
6, dan software ERGOEASER kemudian diperbandingkan dalam tabel berikut:
Tabel 1.2.7 Perbandingan tingkat resiko NIOSH, Reba 6, dan Ergoeaser

Posisi
Origin

Perhitungan Manual
Nilai LI Tingkat

Skor

Resiko
0.002215 No Risk

REBA 6
7

Resiko
Medium

LI
0.3

Resiko
Aman

risk
Medium

0.3

Aman

Destination 0.003139 No Risk

REBA 6
Tingkat

risk

Ergoeaser
Nilai Tingkat

BAB II
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Pada bab II modul 3 ini menjelaskan tentang analisa terhadap data
praktikum biomekanika, dan manual material handling.
2.1

Biomekanika
Sub bab ini berisi tentang analisis terhadap data praktikum biomekanika

2.1.1

Analisis Hubungan Tiap Segmen Tubuh pada Tiap Posisi dengan Daya

Angkat
Pada bebrapa posisi saat mengangkat beban, ada beberapa segmen tubuh
yang diamati dan lebih di perhatikan yaitu segmen lengan bawah, lengan atas, dan
punggung. Ketiga segmen tersebut di beri perhatian lebih dikarenakan
berhubungan langsung dengan kegiatan pengangkatan benda. Pada data di atas
didapatkan bahwa tiap segmen tubuh memiliki posisi sudut segmen yang berbedabeda tergantung dengan posisi. Hal ini dapat dilihat pada table. Dari data tersebut
nillai dari gaya dan momen yang bekerja oada tiap segmen tubuh operator Dwi
Cahya berbeda. Dengan perbedaan sudut pada setiap segmen tubuh maka variasi
gaya dan momen yang terbentuk akan berbeda beda. Jarak antara beban dari
permukaan dengan mempengaruhi karena energy potensial pada beban yang
letaknya lebih pendek akan lebih besar nilainya disbandingkan dengan yang
berjarak jauh. Hal ini disebabkan hubungan dengan daya operator mengangkat
beban mempengaruhi besar daya angkat operator beban.
2.1.2

Analisis Posisi Optimum


Posisi yang memiliki daya angkay optimum adalah posisi yang memiliki

nilai FD terbesar dan nilai MD terbesar yang menyebabkan nilai tersebut besar
karena merupakan posisi optimum untuk segmen punggung. Posisi optimum
adalah posisi dimana kita dapay mengangkat beban seberat-beratnya namun tetap
merupakan titik yang aman yang tidak menyebabkan back injury. Dari table diatas
dilihat dari semua oprator memiliki posisi optimum pada posisi arm lift untuk
operator Dwi Cahya dikarenakan rata rata nilai oprator dari FD/MD 1.7 nilai dari

FD/MD paling besar terletak pada operator Dwi Cahya = 16535919.35 memiliki
gaya yang terbesar namun juga memiliki momen terkecil . sehingga bisa dilihat
ketika posisi optimum tersebut adalah dengan mengeluarkan gaya yang besar
namun, memiliki momen yang kecil sehingga tidak menyebabkan back injury.
2.1.3

Analisis Posisi Maksimum


Posisi yang memiliki daya angkay optimum adalah posisi yang memiliki

nilai FD terbesar. Posisi maksimum merupakan posisi dimana kita memiliki gaya
angkat terbesar, posisi ini tidak terpengaruh oleh factor lainnya seperti factor
momen.

Posisi maksimum tidak memikirkn akan berdampak dan memiliki

bahaya Back Injury atau tidak. Dari table bisa dilihat dari setiap operator memiliki
posisi maksimum yang berbeda- beda. Hal ini disebabkan berbagai factor yang
mempengaruhi tiap individunya berbeda-beda . Posisi Paling memiliki F D Terbesar
adalah operator Josafat pada posisi Arm lIft = 5033084
2.1.5

Analisis Posisi Back Injury


Posisi back injury merupakan posisi dimana memiliki momen terbesar

Pada posisi 3 (leg lift) operator dwi cahya,dan josafat memiliki nilai momen
pada pinggul terbesar . sedangkan operator ardan memiliki momen terbesar pada
posisi 1 . Nilai momen tersebut menunjukan seberapa besar tekanan yang dapat
terjadi di punggung. Jika bending yang terjadi besar, maka kemungkinan untuk
terjadinya back injury juga tinggi. Penentuan posisi mana yang mengalami back
injury tidak terlalu berpengaruh dengan besar gaya yang dikeluarkan. Pada
Praktikum ini yang memiliki momen terbesar adalah Dwi Cahya Pada posisi High
Far lift = 1172861

2.1.4

Analisis Posisi Aman


Posisi aman adalah posisi dimana yang memiliki nilai momen pada

pinggul terkecil . Karena ketika momen kecil tidak terlalu berdampak pada back
injury. Back injury dipengaruhi oleh momen pada punggung yang besar.pada
operator Ardan posisi paling aman terjadi pada posisi ke -3sedangkan operator
josafat dan dwi cahya posisi aman berada pada posisi ke 1 karena memiliki nilai

memen punggung terkecil pada posisi-posisi tersebut. Yang Memiliki momen


terkecil adalah Josafat pada posisi leg lift = -90,664

2.2

Manual Material Handling


Kegiatan Manual Material Handling akan dianalisa dengan memperhatika

beberapa parameter utama diantaraya RWL,Lifting Index, dan REBA. Berikut


adalah analisis mengenai ketiga parameter tersebut.
2.2.1

Analisis RWL
Pada perhitungan RWL di atas didapatkan dua nilai yang berbeda yaitu

RWL origin dan RWL destination . RWl Origin 2375.979, yang berarti nilai Beban
angkat secara teoritis yang diajurkan untuk MMh adalah 2375.979. Sedangkan
RWl destination sebesar

1676.717 lbs. RWl tersebut didapat dengan cara

mengalikan nilai LC, HM, VM, DM, AM, FM dan CM. RWL. Origin untuk
mencari nilai LI pada saat benda diangkat. RWl destination mencari LIpada saat
meletakkan benda. Perbedaan kedua nilai tersebut di sebabkan nilai HM dan VM
yang berbeda
2.2.2

Analisis Lifting Index


Ketika Sudah mengetahui nilai RWL pada keadaan origin dan destination ,

maka didapatkan nnilai LI pada saat menangkat benda dan nilai LI pada saat
meletakan benda. Nlai LI pada saat origin menunjukan angka 0.002104 dan pada
saat destination (meletakkan benda) adalah 0.002982. Kedua nilai LI kurang dari
1 maka metode yang digunakan saat pengangkatan sudah benar.
2.2.3

Analisis REBA
Dari software REBA didapatkan nilai pada keadaan origin REBA dan pada

saat destination memiliki final score REBA yaitu 9 , itu berarti risiko terjadinya
cidera sangat tinggi dan perlu dikurangi dan diperbaiki metode kerjanya. Hal ini
dilihat dari punggung yang membungkukan badannya kurang tepat sehingga
menyebabkan cidera pada bagian punggung.

2.2.4

Analisis Hasil Software Ergoeaser


Pada

pembahasan

kali

ini

mengenai

dilakukannya

perhitungan

menggunakan software ergoeaser untuk menganalisa resiko cedera postur kerja


dalam aktifitas mengangkat beban ( Lifting ) yang dilakukan oleh praktikan.
didapatkan grafik weight limits by frequency. Grafik ini menunjukkan tingkat
resiko cedera kerja praktikan dalam melakukan aktifitas mengangkat beban (
Lifting ). Pada grafik weight limits by frequency terlihat bahwa titik hitam ( Nilai
Lifting Index ) berada pada area hijau (LI menunjukkan nilai 0,3). Artinya Jika LI
kurang dari 1 maka berat beban yang diangkat tidak melebihi batas pengangkatan
yang direkomendasikan. Dengan demikian, pada aktivitas tersebut tidak terlalu
berdampak pada resiko cedera dan praktikan bekerja pada posisi yang termasuk
masih dalam tahap aman. Sedangkan jika titik hitam berada pada area merah maka
praktikan akan mengalami dampak resiko cedera saat bekerja.
Dalam pada saat perhitungan menggunakan software ergoeaser, tentu
memiliki kelebihan serta kekurangan. Dari kelebihannya penggunaan software
ergoeaser adalah terdapat aspek durasi kerja dan waktu istirahat sehingga analisis
resiko ergonomi yang mungkin akan berdampak pada praktikan dapat lebih
terlihat akurat. Selain itu resiko ergonomi juga ditampilkan langsung melalui
gambar sesuai data yang dimasukkan. Sedangkan untuk dari kekurangannya
adalah terdapat pada grafik weight limits

by frequency tidak ditunjukkan

tingkatan resiko ergonomi (ringan, sedang, berat) dan juga penanganan sesuai
tingkatannya seperti pada software REBA 6.
2.2.5 Analisis perbandingan hasil perhitungan manual, software REBA 6 dan
ERGOEASER
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai tentang analisis perbandingan hasil
antara ketiga metode perhitungan, yakni perhitungan manual, software REBA 6
dan ERGOEASER. Dalam penghitungan ini yang perlu dianalisis adalah
mengenai LI dalam semua tiga jenis metode. Perhitungan manual dengan
menggunakan software REBA memiliki hasil yang tidak terlalu berbeda untuk
hasil ERGOEASER. Hal ini terjadi dikarenakan ERGOEASER telah menetapkan

LI>1. Pada keseluruhan hasilnya memiliki nilai yang sama dan untuk cedera
mulai dari yang tidak terlalu beresiko sampai memiliki resiko yang tinggi.
2.3 Korelasi antara Biomekanika dan Manual Material Handling
Pada bab ini akan menjelaskan hubungan antara Biomekanika dan Manual
Material Handling yang dimana antara keduanya jelas memiliki beberapa
korelasi. Biomekanika pada dasarnya mempelajari kekuatan, ketahanan,
kecepatan, ketelitian, dan keterbatasan manusia dalam saat melakukan pekerjaan.
Sedangkan manual material handling bertujuan untuk menekan angka kecelakaan
kerja ketika melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan material teknik.
Faktor ini berhubungan dengan pekerjaan yang bersifat biomekanika dan manual
material handling, seperti pada saat melakukan pengangkatan dan pemindahan
secara manual, atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh.
Adapun persamaan lain yaitu sama-sama mempelajari tentang tubuh manusia
dengan

suatu

objek

untuk

menentukan

dan

memperhitungkan

tingkat

keergonomisannya, dan terdapat pula perbedaan antara biomekanika dengan


manual material handling. Perbedaannya dari segi biomekanika adalah
mempelajari tentang posisi yang memberi gaya dan moment terbesar, sedangkan
pada manual material handling mempelajari tentang cara yang benar untuk
melakukan handling material.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menjelaskan tentang kesimpulan dari kedua praktikum yang
pada praktikum Biomekanika dan praktikum Manual Material Handling. Di dalam
bab ini juga memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan pada saat
melakukan praktikum Biomekanika dan Manual Material Handling dimasa yang
akan datang.
3.1 Kesimpulan
Ada tiga jenis metode untuk menentukan LI ( Lifting Index ) dan tingkat
resiko dalam pedoman penanganan Material yang menggunakan perhitungan
manual, software REBA dan ERGOEASER. Setiap hasil keseluruhan memiliki
hasil :
-

yang tidak terlalu berbeda dari tingkat resiko cedera untuk kedua asal dan
titik tujuan.

Posisi mengangkat di praktikum Manual Material Handling dilakukan oleh


bima adalah teknik woring mengangkat, Ini adalah salah satu posisi atau
teknik bagian belakang praktikan yang terlalu ditekuk atau membungkuk.

Dari hasil perhitungan LI untuk menentukan tingkat resiko posisi lifting


bima ini juga dinyatakan bahwa memiliki resiko cedera yang tinggi,
karena saat melakukan pengangkatan ada beberapa posisi yang salah.

3.2 Saran
Adapun terdapat beberapa saran yang bisa menjadi acuan untuk
kedepannya saat melakukan praktikum akan lebih baik lagi, yaitu diantaranya :
-

Dinamometer yang terlalu tua dan perlu untuk diganti dengan yang baru,
karena saat untuk dilakukan praktikum terkadang alatnya mengalami
kesalahan ( bukan dari praktikan ).

Rantai dinamometernya juga sering terkunci ketika digunakan, sehingga


tidak bekerja secara maksimal.

Indikatornya juga sering tidak bekerja saat ditarik, sehingga tidak terjadi
pengaruh apapun saat melakukan penarikan.
Jadi lebih baik untuk membeli elektronik atau mesin digital dinamometer

yang baru, guna untuk meningkatkan kualitas kerja maksimal pada saat
melakukan praktikum. Dan harusnya semua para praktikan dapat memiliki
kesempatan untuk mencoba alat praktikum.

Anda mungkin juga menyukai