Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AIK

“ETIKA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEKS


DALAM PANDANGAN ISLAM”

Oleh :

KELOMPOK IV
NAMA : 1. NURHIDAYAT (2015 G)
2. ATIKA NURAMALIA (2015 G)
3. RIFKAH FIKRIAH ( 2015 D)
4. FEBY AYU WULANDARI (2015 D)

JURUSAN PENDIDIKAN METEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat allah SWT, saat ini kita masih
diberikan keleluasan umur untuk melakukan berbagai ak tivitas kami
sebagai seorang murid agar melatih atau mengasah kemampuan kita
serta menguji kementalan kami.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa, makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari sempurna maka saya sangat mengharapkan
kritik ataupun saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
karya tulis yang t elah saya buat.

Akhir kata saya mengucapkan terimah kasih.

Billahi fii sabiilil haq fastabiqul khairat

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................i
Daftar isi............................................................ii

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II
Pembahasan
A. sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan ajaran islam
B. paradigm ilmu tidak bebas nilai
C. paradigm ilmu bebas nilai
D.peran pendidikan agama islam dalam perkengan IPTEK

Bab III
Penutup
A. kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan segala aspek kehidupan. Segalanya telah
diatur sesuai dengan perintah dari Allah SWT. Cakupan aspek yang diatur itu dimulai dari
bangun tidur sampai kita tidur lagi. Itu diatur agar kita bisa menjalani kehidupan dengan teratur,
baik, dan bermanfaat.
Aspek yang cukup diperhatikan dalam Islam adalah pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat.
Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, seperti yang telah diterangkan dalam hadits: Rasulullah saw
bersabda: "Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah)." (HR.
Ibnu Majah).
Ilmu juga berkaitan dengan perkembangan teknologi. Sampai sekarang, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah berkembang pesat. Kemajuan IPTEK itu sendiri
didominasi kuat oleh peradaban orang Barat. Sedangkan negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam sebagian besar merupakan negara berkembang. Sebagai umat
yang mewarisi ajaran ketuhanan dan pernah mengalami kejayaan di bidang IPTEK pada zaman
dahulu, ini merupakan suati kenyataan yang cukup memprihatinkan.
Di samping adanya manfaat dari perkembangan IPTEK itu sendiri, IPTEK ternyata juga
memberikan dampak buruk kepada para penggunanya, seperti pengaksesan situs porno di
internet, perjudian, dan kecurangan. Di sinilah peran agama Islam untuk meluruskannya. Tulisan
ini bertujuan menjelaskan peran Islam itu sendiri terhadap perkembangan IPTEK.

B. Rumusan Masalah
Sebagai batasan pembahasan dalam penyusunan Paper ini penulis memberikan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana peran Islam terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ?
2. Bagaimana penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam pandangan islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan ajaran islam.


Merujuk kepada sejarah Islam, teknologi bukanlah sesuatu yang asing. Teknologi akan terus
berkembang sejalan dengan kepandaian manusia untuk memudahkan urusan kehidupan. Islam
tidak pernah menghalangi atau bahkan mengharamkan teknologi terutama dimanfaatkan untuk
pendidikan. Tidak ada hukum sesuatu itu haram kecuali terdapat nas dan dalil terang menyatakan
sesuatu itu haram.
Wacana perpaduan antara sains dan Agama di Indonesia sudah lama digaungkan
sebagaimana yang tertuang dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 pasal 30 yang mewajibkan
penyelenggaraan pendidikan Agama pada semua strata pendidikan sebagai bentuk kesadaran
bersama untuk mencapai kualitas hidup yang utuh.
Peserta didik saat ini sangat kritis dan tidak begitu saja menerima pelajaran pendidikan
agama Islam. Ketika disampaikan tentang haramnya makanan tertentu maka mereka tidak serta
merta menerima namun mereka mempertanyakan tentang keharaman makanan tersebut. Dalam
kasus seperti inilah peran sains diharapkan mampu memberikan penjelasan secara menyeluruh.
Sehingga antara pendidikan agama Islam dan sains dapat saling mendukung dalam memberikan
pemahaman yang utuh kepada peserta didik.
Integrasi sinergis antara Agama dan ilmu pengetahuan secara konsisten akan menghasilkan
sumber daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan diperkuat oleh
spiritualitas yang kokoh dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap sebagai Agama
yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri di berbagai bidang
kehidupan, dan sebagai fasilitas untuk perkembangan ilmu dan teknologi.
Agama, dalam hal ini Islam sebagai paradigma, saat ini masih sebagai justifikasi atau
pembenaran terhadap konsep-konsep sains dan belum menjadi paradigma keilmuan yang
menyeluruh (holistik). Orientasi dan sistem pedidikan di sekolah antara ilmu Agama dan ilmu
umum haruslah diintegrasikan secara terpadu dalam sebuah proses pelarutan, maksudnya antara
Agama dan sains dapat disinergikan secara fleksibel, dan link and match.
Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk menghilangkan anggapan antara
Agama dan sains adalah dua hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan bahwa
Agama (Islam) bukan Agama yang kolot yang tidak menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, melainkan Agama yang terbuka dan wahyu (al-qur’an) merupakan sumber atau
inspirasi dari semua ilmu.

Sebagai seorang muslim yang mesti kita pikirkan bahwa penyebab Islam dalam kondisi
terpuruk dan terbelakang dalam konteks sains adalah “kalau bangsa-bangsa lain sudah berhasil
membangun stasiun luar angkasa dan sudah berpikir tentang bagaimana mengirimkan pesawat
rung angkasa berawak ke Mars, Umat kita (Islam) masih sibuk untuk menyelesaikan problem-
problem yang semestinya sudah tidak perlu dipersoalkan seperti halnya kunut, bid’ah, do’a
jama’ah, zikir ba’da shalat, dan lain sebagainya“.

Melirik sejarah Peradaban Islam (Sains) pada antara abad 8-12M kita dapat mengenal
sejumlah figur intelektual muslim yang menguasai dua disiplin ilmu, baik ilmu Agama maupun
ilmu umum (sekalipun pada hakikatnya dalam pandangan Islam ilmu umum itu juga merupakan
ilmu Agama, merupakan kalam tuhan yang kauniyah/ tersirat) sebut saja misalnya Ibn Sina (370-
428/980-1037), al-Ghazali (450-505/ 1059-1111) Ibn Rusd, Ibn Thufail dan lain sebagainya.
Mereka adalah para figur intelektual muslim yang memiliki kontribusi besar terhadap kemajuan-
kemajuan dunia Barat modern sekarang ini. Jika pada awalnya kajian-kajian kelslaman hanya
berpusat pada Alquran, Hadis, Kalam, Fiqih dan Bahasa, maka pada periode berikutnya, setelah
kemenangan Islam di berbagai wilayah, kajian tersebut berkembang dalam berbagai disiplin
ilmu: fisika, kimia, kedokteran, astronomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Melihat fenomena sebagaimana diatas Neneng Dara Affiah menyatakan bahwa munculnya
para ilmuan barat adalah merupakan hasil dari karya-karya intelektual muslim yang direbut pada
masa kegelapan umat muslimin atau setelah perang salib dan menurut beliau inilah yang mesti
direbut kembali dengan dalih ilmu itu merupakan daur (berputar) mulai dari Yunai berpindah ke
Bangsa Arab (Islam) dan sekarang di kuasai oleh Negara-negara Barat yang insyaAlloh akan
dapat kita raih kembali.
B. Paradigma ilmu tidak bebas nilai.
Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terikat dengan
nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai tidak
lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen Habermas
berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu
selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai
kepentingan-kepentingan masing-masing :
a. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis.
Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan
untuk kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang ilmiah
agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat teknis. Pengetahuan
teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau
alamnya.
b. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena tidak
menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai
sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah
hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini
adalah pemahaman makna.
c. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan
manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang
mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan
atau emansipasi manusia.
Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan
harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas
dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan
dan sebagainya.
C. Paradigma ilmu bebas nilai.
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang menyatakan
bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki
keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan
penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur
tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri.

Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator


bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus
bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.
b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sisni
menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Dalam pandanagn ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan,
karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat
merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata
berpengaruh pada pemansan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan
alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa
memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada problem
nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut
menghambat perkembangan ilmu. Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilimu itu untuk ilmu.

D. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan Sains dan Teknologi


Peran Pendidikan Islam dalam perkembangan teknologi, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Aqidah Islam Sebagai Dasar Sains dan Teknologi
Inilah peran pertama pendidikan islam yang dimainkan dalam iptek, yaitu menjadikan
aqidah Islam sebagai basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam
sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.
b. Syariah Islam sebagai Standar Pemanfaatan Sains dan Teknologi
Peran kedua Islam dalam perkembangan sains dan teknologi, adalah bahwa Syariah
Islam harus dijadikan standar pemanfaatan sains dan teknologi. Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek,
bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan
oleh syariah Islam. Sedangkan sains dan teknologi yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah
yang telah diharamkan syariah Islam. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam
dengan baik, insyaAlloh akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga
seluruh umat manusia.

Upaya Pendidikan Islam dalam Menghadapi Dampak negatif Sains dan Teknologi

Materi pendidikan Islam harus mampu menstimulir fitrah manusia, baik fitrah ruhani, akal,
maupun perasaan sehingga dapat melaksanakan perannya dengan baik, entah sebagai hamba
Allah SWT..ataupun sebagai khalifah dimuka bumi.

Menurut Prof. A. Qodry Azizy (2004: 81), tiga komponen yang dimiliki pendidikan Islam
sebagai kunci dalam mengendalikan dan mengembalikan sains dan teknologi ke posisi semula,
yaitu:

1. Amar ma’ruf
Pendidikan Islam memperkenalkan konsep pengembangan amar ma’ruf. Tidak hanya
kaitannya dalam pergaulan sosial saja, akan tetapi amar ma’ruf ini dimaknai juga sebagai
pengembangan diri dan iptek secara positif. Jadi apapun yang dihasilkan oleh umat Islam harus
mampu memberikan nilai positif bagi kehidupannya dan habitat di sekelilingnya. Begitu pun
dalam pengembangan iptek, umat Islam harus mengarahkan penggunaan iptek kepada hal yang
benar, yang diridhoi oleh Allah SWT.

2. Nahi Munkar
Pendidikan Islam mengarahkan manusia untuk mampu membedakan dan memilih
kebenaran. Seandainya ada penyalahgunaan iptek, maka pendidikan Islam mengharuskan umat
Islam untuk menghindarinya dan memperbaiki serta mencegah penyalahgunaannya kembali.
3 Iman kepada Allah
Poin ketiga ini menjadi poin utama dasar pendidikan Islam. Karena dengan keimanan yang
kuat, umat Islam akan mampu menghadapi dampak negatif iptek yang hadir. Iman kepada Allah
SWT akan menghadirkan rasa takut untuk bermaksiat terhadap-Nya, dan rasa malu untuk
melakukan kerusakan di bumi. Sebesar apapun serangan dampak negatif iptek, umat Islam akan
mampu membentengi diri melalui peningkatan keimanan yang terus menerus. Karena pada
dasarnya dampak negatif iptek tidak akan terbendung, hanya diri kitalah yang harus
membentengi diri sebaik mungkin untuk menghadapinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern bisa
dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi
di bidang tertentu dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran
ketuhanan tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu Islam.
Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang
satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan sains dan
teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi ilmu berarti adanya penguasaan sains dan teknologi
dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.
Dengan integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi diharapkan
pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami. Sehingga tujuan
pendidikan agama Islam dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan
bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.
Selain memberi panduan hidup kepada manusia agar menjadi manusia yang bertaqwa yang
dapat selamat dan menyelamatkan, Al-Qur’an banyak terkandung informasi-informasi ilmiah.
Walaupun Al-Qur’an bukan merupakan kitab sains dan teknologi, ia banyak memuat informasi
sains dan teknologi, tapi ia hanya menyatakan bagian-bagian asas yang sangat penting saja dari
ilmu-ilmu dan teknologi yang dimaksud. Al Qur’an juga mendorong umat Islam untuk belajar,
mengkaji dan menganalisa alam ciptaan Allah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://inggitanggara.wordpress.com/2012/12/13/integrasi-pendidikan-agama-islam-dengan-
sains-dan-teknologi/
http://muhamad-abdorin.blogspot.com/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html

Anda mungkin juga menyukai