PROPOSAL
Oleh
NURHIDAYAT
10536519915
Juni, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memiliki peran penting dalam hal untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa. Menurut
Makmum (2012:22) dalam arti yang luas pendidikan dapat mencakup seluruh proses
hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya baik secara
pendidikan dapat merupakan salah satu proses interaksi belajar mengajar dalam
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya (pasal 13 ayat (1)). Salah satu solusi dalam menerapkan
pembelajaran yang baik dalam pendidikan adalah melalui pendidikan formal. Dalam
1
2
pendidikan formal, banyak diajarkan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu
bermanfaat. Salah satu mata pelajaran yang penting adalah matematika. Matematika
tumbuh dan berkembang karena proses berpikir. Matematika merupakan suatu mata
pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari
Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dan matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa karena
matematika memiliki pengaruh yang amat penting dalam kehidupan, tidak hanya
sampai disitu dalam dunia kampus matematika juga turut andil sebagai matakuliah
pembelajaran matematika tersusun hierarkis mulai dari yang paling dasar hingga yang
paling sukar atau yang bersifat ilmiah hingga yang bersifat esensial. Pendidikan
matematika memiliki peran tidak hanya membekali nilai edukasi yang bersifat
mencerdaskan tetapi juga nilai edukasi yang membantu yang membantu karakter
peserta didik , termasuk pemahaman konsep dan berpikir kreatif. Pendidik mungkin
rumus-rumus, akan tetapi siswa juga harus memahami konsep matematika dan
didik tidak diberikan kesempatan untuk menemukan jawaban ataupun cara yang
berbeda dari yang sudah diajarkan guru. Guru sering tidak membiarkan peserta didik
berpikir kreatifnya. Padahal pada peraturan menteri no. 22 tahun 2006 (Siswono,
2018:3) tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
menyebutkan bahwa matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama.
1. Matematika sutu pengetahuan yang kompleks dan luas sehingga tidak cukup
diajarkan dengan hafalan;
2. Peserta didik dapat menemukan sendiri solusi-solusi yang asli (original) saat
5. Dukungan ide sendiri yang asli merupakan sesuatu yang perlu diajarkan seperti
hari yang bukan hal rutin sehingga perlu kreaktivitas dalam menyelesaikan.
Pemikiran dan gagasan yang kreatif tersebut akan muncul dan berkembang
jika proses pembelajaran matematika di dalam kelas dalam suasana yang kondusif,
artinya pendidik harus mampu memilih metode, pendekatan, teknik dan media yang
tepat digunakan dalam mengajar. Oleh karena itu, penggunaan metode dan
model kooperatif tipe think pair share (TPS) dan pendekatan realistic mathematics
education (RME).
Adapun model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) yaitu dalam
bahasa Indonesia, Think artinya berfikir, Pair artinya berpasangan, dan Share artinya
berbagi. Jadi, Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang
menurut Shoimin (Fitriani, :2017:16) model kooperatif tipe TPS memiliki beberapa
kelabihan yaitu : Think Pair Share mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan
5
kualitas respons siswa, Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep
daalam mata pelajaran, dan Siswa dapat belajar dari siswa lain.
berbeda dengan RME karena konteks budaya, system sosial dan alamnya berbeda.
yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika
kepada manusia, RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada
siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, RME
operasional.
berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe think pair share (TPS) dengan
2) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dengan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
diajar dengan model kooperatif tipe think pair share (TPS) dengan
D. Manfaat Penelitian
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan .pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME)
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan
A. Kajian Pustaka
1) Pembelajaran Matematika
mengetahui hal yang belum ditahu. Atau belajar merupakan proses membangun
disaring dengan perspesi, pikiran dan perasaan”. Skinner.( Mulyadi, dkk. 2017:35)
8
9
menciptakan kondisi sehingga siswa mampu mengubah dirinya sendiri baik dalam
objek yang pasif menerima apa yang ditransfer oleh guru.tetapi sebagai subjek
harus bertumpu pada dua hal, yaitu optimalisasi interaksi semua unsur
Pembentukan sikap mental dan perilaku peserta didik tidak dapat dilepaskan dari
sehingga konsep atau prinsip itu terbangun dengan metode atau pendekatan
Secara kaffah model dimaknakan dalam suatu objek atau konsep yang
digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. sesuatu yang nyata dan dikoversi
untuk suatu bentuk yang lebih komprehensif, Meyer (Trianto, 2017:23). Joyce
(Trianto, 2017: 23) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola
dan lain-lain.
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedianya meja dan kursi yang
mudah dipindahkan.
a. Model kooperatif
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
kelompok”.
12
adalah sutau metode pembelajaran kelompok yang mana dalamnya terdiri atas
empat sampai enam kelompok yang bersifat heterogen diman siswa lebih aktif.
Adalah suatu bentuk kerjasama yang sangat erat kaitannya antara anggota
dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap
orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain dimana siswa harus
aktivitas kelompok. Kelompok tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bias bekerja sama
lebih efektif.
yakni:
merupakan tempat mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat
setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai
tujuan pembelajaran
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara efektif untuk membuat
15
variasi suasana diskusi kelas. Dengan asumsi semua resitasi atau diskusi
prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak
memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain
sehingga mengoptimalkan partisipasi siswa. Selain itu model ini juga memberikan
siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama
lain.
Dalam bahasa Indonesia, Think artinya berfikir, Pair artinya berpasangan, dan
Share artinya berbagi. Jadi, Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran
1) Think yang berarti berfikir, dimana siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir
sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau
yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
gagasan apabila suatu maslah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru
Pada langkah akhir, guru meminta setiap pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970
oleh institute Freudenthal. RME telah diuji cobakan selama 33 tahun di Belanda dan
trebukti berhasil merangsang penalaran dan kegiatan berpikir siswa. RME adalah
siswa dalam menyelesaikan masalah yang bersifat realistik yang ditujukan untuk
berguna untuk mengembangkan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dengan
itu dalam pendekatan realistik masalah yang berhubungan dengan dunia nyata siswa
diangkat sebagai titik awal pembelajaran dan siswa dituntut untuk mampu
ditemukan.
situasi dari topik sebagai hal yang berpengaruh untuk proses pembelajaran yang
dengan menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak atau titik awal
sebagai suatu jembatan antara real dan abstrak yang membantu siswa belajar
matematika pada level abstraksi yang berbeda. Istilah model berkaitan dengan
model situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa sendiri
(self develop models). Peran self develop models merupakan jembatan bagi siswa
dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika
Pertama model situasi yang dekat dengan dunia nyata siswa. Generalisasi dari
pada proses belajar mengajar diharapkan datangnya dari siswa. Hal ini berarti
yang mendasar dalam PMR. Secara eksplisit bentuk- bentuk interaksi yang
informal siswa.
permasalahan tersebut.
diskusi kelas.
21
Langkah 5 : Menyimpulkan
1. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang
2. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh setiap orang “biasa” yang lain, tidak
3. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak harus
4. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep dan materi-
materi matematika yang lain dengan bantuan pihak lain yang sudah tahu
pengembangan didaktiknya di kelas, yang tidak hanya secara makro tapi juga
berbagai hal, misalnya seperti siswa, guru, peranan sosial, peranan kontek,
peranan alat peraga, pengertian belajar dan lain-lain. Perubahan paradigma ini
dituntut oleh RME tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang
perlu dipelajari siswa, terlebih karena soal tersebut masing-masing harus bisa
3. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan tiap
juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana karena proses dan mekanisme
berpikir siswa harus diikuti dengan cermat agar guru bisa membantu siswa
5. Pemilihan alat peraga harus cermat agar alat peraga yang dipilih bisa membantu
konvensional.
prinsip-prinsip RME.
apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-
ide.
anak dan lingkungan. Pengetahuan dating dari tindakan. Piaget yakin bahwa
24
pada akhirnya membuat pemikiran itu menjadi lebih logis Trianto Ibni Badar Al-
belajar penemuan sesuai dengan pencarian penemuan secara aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberikan hasil yang baik. Berusaha sendiri untuk mencari
Menurut Trianto Ibni Badar Al-Tabany (John dewey) metode reflektif dalam
memecahkan maslah yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi
a) siswa mengenali masalah, masalah itu datang dari luar diri siswa itu sendiri.
c) Lalu dia menghubungkan uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan
akibatnya masing-masing
25
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran akan lebih
baik apabila siswa yang menemukan sendiri cara pemecahan masalahnya yang
kooperatif tipe think pair share (TPS) dengan pendekatan realistic mathematics
kooperatif yang menekankan pada tiga aspek yaitu thinking, pairing, dan sharing,
yang mana Thinking berarti berpikir pada tahap ini guru mengajukan suatu
berpasangan, pada tahap dimana guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dan
tahap dimana siswa berbagi pengetahuan yang diperoleh dari hasil diskusi di depan
kelas.
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
belajar. Proses pemahaman dapat terjadi ketika siswa sudah melakukan tahap
dengan ide lain, dan juga tampa harus melihat ide itu secara mendalam.
apa yang telah dipahaminya ke dalam kegiatan belajar. Jika siswa telah memiliki
pemahaman yang baik, maka siswa tersebut siap memberi jawaban yang pasti
antara lain:
28
dengan konsepnya)
tertentu
Untuk memberikan penilaian yang objektif, kriteria penilaian skor untuk soal
tes kemampuan pemahaman konsep matematika dapat dilihat pada tabel II. 1
berikut:
MATEMATIKA
mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan.
yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya”. Proses
berpikir itu pada pokoknya terdiri dari 3 langkah, yaitu pembentukan pengertian,
menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan
yang terus menerus (kontinu) sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau
Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan
ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru.ide baru
30
kreatif mengacu pada proses-proses untuk menghasilkan suatu produk kreatif yang
merupakan karya baru (inovatif) yang diperoleh dari suatu aktivitas/kegiatan yang
terarah sesuai tujuan. Jadi berdasar pendapat diatas berpikir kreatif dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau
gagasan baru.
pemikiran lainnya.
Orisinalitas adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara baru atau dengan
berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “the torrance tests
disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna dengan perintah yang diinginkan,
maka indikator kelayakan, kegunaan atau bernilai berpikir kreatif sudah dipenuhi.
Indicator keaslian dapat ditunjukan atau merupakan bagian dari kebaruan. Jadi
indikator atau komponen berpikir itu dapat meliputi kefasihan, fleksibilitas, dan
kebaruan.
berbeda-beda.
Tingkat Karakteristik
Peserta didik mampu menunjukka kefasihan, fleksisibilitas,
Tingkat 4
dan kebaruan dalam memecahkan maupun mengajukan
(sangat kreatif)
masalah
Peserta didik mampu menunjukkan kefasihan dan kebaruan
Tingkat 3
atau kefasihan dan fleksibilitas dalam memecahkan
(kreatif)
maupun mengajukan masalah
Peserta didik mampu menunjukkan kebaruan atau
Tingkat 2
fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan
(cukup kreatif)
masalah.
Tingkat 1 Peserta didik mampu menunjukkan kefasihan dalam
(kurang kreatif) memecahkan maupun mengajukan masalah
Tingkat 0 Peserta didik tidak mampu menunjukkan ketiga aspek
(tidak kreatif) indicator berpikir kreatif
1. Penelitian yang dilakukan oleh zulfah pada tahun 2013 terhadap siswa kelas VIII
B dan VIII C MTs Negeri Naumbai yang menggunakan metode kooperatif tipe
masalah kelas eksperimen, dapat dilihat bahwa siswa yang menerapkan model
adalah 65,9 lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nirmala Puspita Sari pada tahun 2014 terhadap
Dilihat dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada tes pratindakan yaitu
48 meningkat pada hasil tes siklus I yaitu 73.dan 80 pada siklus II. Hasil tersebut
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dasa Ismaimuza pada tahun 2014 terhadap
seluruh pelajar SMP dikota Palu yang sampelnya terdiri dari 200 orang pelajar (3
berpikir kritis dan kreatif matematis siswa. Terlihat dari kemampuan berfikir
PBLKK pada pencapaian sekolah tinggi, sederhana dan rendah adalah 74,66,
D. Kerangka Pikir
yang fokusnya hanya pada guru sehingga kebanyakan siswa yang bermain saat
34
pelajaran, salah satu penyebabnya karena kurangnya kolaborasi antar guru dengan
siswa. Hal ini dikarenakan oleh metode belajar yang konvensiaonal sehingga kurang
pahamnya siswa akan materi dan menyebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam
menjawab soal apa lagi soal yang memerlukan analisis. maka salah satu alternatif
perbaikan pada model pembelajaran yang sesuai dengan gejala-gejala tersebut adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan dikolaborasikan
Think Pair Share (TPS) merupakan suatu model pembelajaran yang berorientasi
pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep
yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan
berpikir kreatif, praktis, logis, kritis, dan jujur dengan menggunakan konteks dari
dengan konsepnya)
35
tertentu
masalah dengan cara membuat ide-ide baru. Ide-ide baru ini bertujuan dalam
memecahkan masalah yang berbeda-beda atau dengan kata lain dengan mencari
solusi-solusi baru dalam menyelesaikan masalah. Tiga komponen kunci yang dinilai
kebaruan (novelty).
36
Pembelajaran matematika
Masalah
1. Kurangnya kemampuan analisis siswa
2. Kurangnya kemampuan siswa dalam menjawab soal yang
berbeda dengan contoh.
Analisis
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu diuji lebih dulu kebenarannya.
setelah penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan
minimal sedang
Keterangan:
Makassar setelah penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Keterangan:
Keterangan:
3. Ketuntasan Klasikal
Keterangan:
Keterangan:
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya
penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan Realistic
B. Satuan Eksperimen
1. Populasi
Makassar. Yang terdiri dari 4 kelas yaitu XI AP, XI AK, XI TKJ, dan XI KPW.
2. Sampel
39
40
1. Variable Penelitian
matematika dengan penerapan metode kooperatif tipe think pair share (TPS)
kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dlam merespon sebuah
merespon perintah.
2. Desain Penelitian
Keterangan :
kontekstual.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel yang akan diteliti dalam
1. Hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini adalah nilai hasil tes siswa
sebelum dan sesudah diajar melalui penerapan model kooperatif tipe think pair
tipe think pair share (TPS) dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
4. Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama mengikuti proses
pembelajaran melalui penerapan model kooperatif tipe think pair share (TPS)
5. Respons siswa yang positif merupakan tanggapan perasaan senang, setuju, atau
E. Instrument penelitian
ketetuntasan hasil belajar dan kemampuan awal siswa. Tes ini dikembangkan
dengan dalam bentuk tes uraian (essay) yang dibuat dan dikembangkan sendiri
seseuai dengan kisi-kisi tes yang meliputi materi yang diajarkan. Item tes dibuat
kooperatif tipe think pair share (TPS) dengan pendekatan realistic mathematics
berikut:
nya (share).
tipe Thibk Pair Share (TPS) dengan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME). Pendekatan pembelajaran yang baik dapat memberi respon positif bagi
guru mengajar dan saran-saran. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data
44
berakhirnya pertemuan terakhir untuk diisi sesuai dengan petunjuk yang diberikan
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara antara lain :
dan posttest adalah soal yang sama. Tes yang digunakan dalam peneltian ini
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan
observasi.
G. Prosedur penelitian
1. Tahap Persiapan
45
memperoleh data.
2. Tahap Pelaksanaan
berlangsung
3. Tahap akhir
yang diperoleh dan sebagai dasar untuk melakukan analisis statistika inferensial.
Ketuntasan belajar dapat dicapai jika nilai yang diperoleh siswa minimal
sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah
skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan dari skor gain aktual dan skor gain
maksimal. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa sedangkan
skor gain maksimal yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.
S post S pre
g
S maks S pre
Keterangan :
g = Gain ternormalisasi
Spre = Skor pretest
Spost = Skor postest
Smaks = Skor maksimal
Sumber: Irnadianti (Muawiyah, 2017: 36)
adalah:
S post S pre
g
S maks S pre
Keterangan:
Hasil belajar siswa dikatakan efektif jika rata-rata gain ternormalisasi siswa
Nasional
Nilai Kategori
< 𝟕𝟓 Kurang
𝟕𝟓 − 𝟖𝟑 Cukup
𝟖𝟒 − 𝟗𝟏 Baik
𝟗𝟐 − 𝟏𝟎𝟎 Sangat Baik
(Sumber: Kurikulum SMK Muhammadiyah 3 Makassar)
Persentase Kriteria
90-100 % Sangat kreatif
80-89% Kreatif
65-79% Cukup kreatif
55-64% Kurang kreatif
<55% Sangat kurang kreatif
Sumber: Masidjo (Arfiyani, 2018:45)
b. Analisis Data Aktivitas Siswa
sebagai berikut:
Si
Xi
x 100 % , dengan X i
P i
N n
Keterangan:
Psi
S i
x 100 %
i
Keterangan:
Tabel 3.5 Kriteria keaktifan setiap komponen pada lembar observasi aktivitas
siswa
5. Menyelesaikan soal dengan cara yang lengkap misal tabel, diangram dan
lain-lain (elaboration)
6. Mampu menyelesaikan soal secara berkelompok dengan tepat waktu
(Masyarakat Belajar/TPS)
7. Memberanikan diri memperesentasikan hasil kerja kelompok di depan
51
kelas
8. Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur (Refleksi)
seluruh indikator aktivitas siswa memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu
d. Respon
Data tentang respons siswa diperoleh dari angket respons siswa terhadap
jawaban siswa untuk tiap-tiap pertanyaan dalam angket. Respons siswa dianalisis
menggunakan rumus:
f
P x 100 %
N
Keterangan:
Respon siswa dikatakan positif dalam penelitian ini jika rata-rata jawaban
data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Teknik statistik ini
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Setelah di peroleh data yang diperlukan
a. Uji Normalitas
atau tidak. Uji Shapiro-Wilk digunakan dalam penelitian ini dengan kriteria
yaitu jika 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 𝛼 = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berasal
dari populasi yang berdistribusi normal dan jika signifikan 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 ≥ 𝛼 = 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
b. Hipotesis Statistik
Dalam pengujian hipotesis penelitian ini, data yang diproses yaitu skor
penelitian ini menggunakan uji perbandingan rata-rata, yaitu lebih tepatnya One
Samples t-test.
53
yaitu:
setelah penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan
minimal sedang
Keterangan:
Makassar setelah penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Keterangan:
Keterangan :
Keterangan:
3. Ketuntasan Klasikal
Keterangan:
Keterangan:
Fitriani. 2017. Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 3
Cabang Makassar.skripsi tidak diterbitkan.Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Ismaimuza, Dasa. 2013. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa SMP melalui
pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif. UTM Press.
Zulfah. 2017. Pengaruh Penerapan Model Pembelajran Kooperatif Tipe Think Pair
Share dengan Pendekatan Herustik terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa MTs Negeri Naumbai Kecamatan Kampar.Riau:
Jurnal Cendekia.