“AKHLAK TERCELA”
DOSEN PENGAMPU :
Drs. Abu Manda Hat
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2
SEMESTER I PAI B
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah memperjuangkan nilai-nilai
kemanusiaan dalam wujud Islam sebagai kebenaran.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen Drs. Abu Manda Hat selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Akhlak Tasawuf.
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A) Latar Belakang
B) Rumusan Masalah
C) Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A) Pengertian Akhlak Tercela
B) Sebab-Sebab Kemerosotan Akhlak
C) Contoh Akhlak Yang Tergolong Dalam Akhlak Tercela
D) Bahaya Yang Ditimbulkan Oleh Akhlak Tercela
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia perlu memperhatikan perangainya dari waktu ke waktu yang dalam perjalanan itu
kehidupan manusia mengalami banyak perubahan. Kemajuan peradaban menimbulkan pergeseran
banyak perilaku yang mempengaruhi perangai perorangan maupun kelompok.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Akhlak yang tercela adalah bermula dari kesombongan dan
rendah diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga, sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras kepala,
zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan
sebagainya.
Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa sebagaimana akhlak terpuji, akhlak tercela juga memiliki
akar di mana satuan-satuannya dapat dikelompokkan. Jika akar perilaku manusia ada dalam pikiran dan
jiwanya, maka akar penyakit akhlak juga akan selalu ada disana. Mengenai hal itu, Ibnul Qayyim
menyebutkan dua akar penyakit akhlak[1], yaitu Pertama, penyakit syubhat. Penyakit ini menimpa
wilayah akal manusia, dimana kebenaran tidak menjadi jelas (samar) dan bercampur dengan kebatilan
(talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia memahami secara baik dan memilih
secara tepat. Kedua, penyakit syahwat. Penyakit ini menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana
dorongan kekuatan kejahatan dalam hatinya mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan. Penyakit ini
menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk mengendalikan diri dan bertekad secara kuat.
Begitu banyaknya hal yang dapat menyebabkan kemerosotan akhlak yang dapat menimbulkan
akhlak atau perilaku tercela.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi akhlak tercela ?
2. Apa saja sebab-sebab kemerosotan akhlak ?
3. Apa saja contoh-contoh akhlak yang tergolong dengan akhlak tercela ?
4. Apa saja bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak tercela ?
C. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahi macam-macam akhlak tercela dan bahayanya.
2. Dapat menghindarkan dirinya, keluarga ataupun lingkungan dari perilaku tercela karena
membawa dampak buruk bagi semua aspek dan komponen kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Takabbur
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima kebenaran serta
memandang kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur sama
dengan sombong. Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh setiap muslim
muslimah. Sebagaimana Allah berfirman:
“Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur
(sombong). (QS. An-Nahl:23).
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir. Kesombongan
batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan kesombongan zahir adalah
kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari apa
yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal-hal
yang bersifat sombong, maka apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut
dengan kibr (sifat sombong).
Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di timbulkan dari sifat
ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada
kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)
c. Putus asa
Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan
lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan
bagi setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara sifat
putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan
oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya:
“janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
d. Berlebih-lebihan
Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan
kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap
berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa
pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia dan alam
sekitarnya seperti kerusakan moral, harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya :
Artinya: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).
Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:
Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang muslim dan
orang yang dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros
itu adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 26-27).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antara lain sebagai
berikut:
a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.
e. Dusta
Kebohongan atau sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab beberapa faktor yang ada,
antara lain:
a) Lemah jiwa dan mentalnya.
b) Senang dengan perhatian manusia atau pandangan manusia.
c) Suka bergurau atau bercanda yang berlebihan.
d) Rasa dengki dan iri yang ada.
e) Lingkungan yang buruk dan berpengaruh padanya.
A) Kesimpulan
Akhlak tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan
mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang lain. Akhlak, memiliki sebab-sebab yang
dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat
menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan.
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di golongkan menjadi
dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku tercela yang
berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya macam-macam akhlak tercela yang terdapat
dalam hati manusia. Beberapa akhlak tercela, yaitu ujub (berbangga diri), takabur (sombong), putus
asa, dusta dan iri/dengki (hasad).
B) Saran
1. Al-Qur’an menunjukkan cara melawan hawa nafsu dan setan dengan cara yang sangat
mudah yaitu dengan memohon perlindungan dan berpaling dari orang bodoh, dan
menolak perlakuan jahat mereka dengan berbuat baik.
2. Bersyukurlah atas karunia yang telah Allah berikan, maka insyaallah, hati kita akan
selamat dari akhlak tercela.
DAFTAR PUSTAKA
Al-firqotunnajiyyah.blogspot.com
Al-qur’an dan Terjemahannya
Ghalayini, Syeikh Mushtafa.1976. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur.trj. Moh Abdai Rathomy.
Semarang: CV Toha Putra
Muhammad, Ibrahiem. 1982. Al-Hasad Wa Kaifa Nattaqieh trj. Baihaqy Syafiuddin. Kairo: Maktabah
Al-Qur’an
Syamsuri, haji.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga
Yuhro, Alkasah dan Saminu.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Viva Pakarindo