Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

“AKHLAK TERCELA”

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Abu Manda Hat

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2

Irma Yanti (21.112679)


Mega Fajar Riska (21.11.2700)
Musdalipah (21.11.2707)
Nurhaliza Putri (21.11.2723)
Siti Nurazizah (21.11.2753)

SEMESTER I PAI B
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat serta hidayah-nya. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah memperjuangkan nilai-nilai
kemanusiaan dalam wujud Islam sebagai kebenaran.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen Drs. Abu Manda Hat selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Akhlak Tasawuf.

Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A) Latar Belakang
B) Rumusan Masalah
C) Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A) Pengertian Akhlak Tercela
B) Sebab-Sebab Kemerosotan Akhlak
C) Contoh Akhlak Yang Tergolong Dalam Akhlak Tercela
D) Bahaya Yang Ditimbulkan Oleh Akhlak Tercela

BAB III PENUTUP


A) Kesimpulan
B) Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia perlu memperhatikan perangainya dari waktu ke waktu yang dalam perjalanan itu
kehidupan manusia mengalami banyak perubahan. Kemajuan peradaban menimbulkan pergeseran
banyak perilaku yang mempengaruhi perangai perorangan maupun kelompok.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Akhlak yang tercela adalah bermula dari kesombongan dan
rendah diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga, sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras kepala,
zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan
sebagainya.
Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa sebagaimana akhlak terpuji, akhlak tercela juga memiliki
akar di mana satuan-satuannya dapat dikelompokkan. Jika akar perilaku manusia ada dalam pikiran dan
jiwanya, maka akar penyakit akhlak juga akan selalu ada disana. Mengenai hal itu, Ibnul Qayyim
menyebutkan dua akar penyakit akhlak[1], yaitu Pertama, penyakit syubhat. Penyakit ini menimpa
wilayah akal manusia, dimana kebenaran tidak menjadi jelas (samar) dan bercampur dengan kebatilan
(talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia memahami secara baik dan memilih
secara tepat. Kedua, penyakit syahwat. Penyakit ini menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana
dorongan kekuatan kejahatan dalam hatinya mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan. Penyakit ini
menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk mengendalikan diri dan bertekad secara kuat.
Begitu banyaknya hal yang dapat menyebabkan kemerosotan akhlak yang dapat menimbulkan
akhlak atau perilaku tercela.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi akhlak tercela ?
2. Apa saja sebab-sebab kemerosotan akhlak ?
3. Apa saja contoh-contoh akhlak yang tergolong dengan akhlak tercela ?
4. Apa saja bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak tercela ?
C. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahi macam-macam akhlak tercela dan bahayanya.
2. Dapat menghindarkan dirinya, keluarga ataupun lingkungan dari perilaku tercela karena
membawa dampak buruk bagi semua aspek dan komponen kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi akhlak tercela


Definisi akhlak menurut Imam AI-Gozali adalah: Ungkapan tentang sikap jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan atau pikiran
terlebih dahulu.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu, artinya menciptakan, dari akar kata
ini pula ada kata makhluk (yang diciptakan) dan kata khalik (pencipta), maka akhlak berarti segala
sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah swt). Sedangkan moral berasal dari
maros (bahasa latin) yang berarti adat kebiasaan, disinilah terlihat berbeda antara moral dengan akhlak,
moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia, sedangkan akhlak berbentuk aturan yang mutlak dan
pasti yang datang dari Allah swt. Kenyataannya setiap orang yang bermoral belum tentu berakhlak,
akan tetapi orang yang berakhlak sudah pasti bermoral. Dan Rasulullah saw di utus untuk
menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana sabdanya dalam hadist dari Abu Khurairah,
“Sesungguhnya aku diutus Allah semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.”
Dengan demikian, akhlak (perilaku) tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang
oleh Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang lain.

2. Sebab-sebab kemerosotan akhlak


Akhlak, memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaliknya juga
mempunyai sebab-sebab yang dapat menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan.
Di antaranya yaitu :
a. Lemah Iman
Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan rusaknya moral, ini disebabkan kerana
iman merupakan kekuatan (untuk membina akhlak) dalam kehidupan seseorang.
b. Tabiat/ watak asli
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang buruk, rendah, suka iri dan
dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih mendominasi pada diri orang tersebut, sehingga terkadang
pendidikan yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya.
c. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku seseorang, karena seperti
dikatakan pepatah bahwa seseorang adalah anak lingkungannya. Kalau dia hidup dan terdidik dalam
lingkungan yang tidak mengenal makna adab dan akhlak serta tidak tahu tujuan hidup yang mulia,
maka akhlaknya akan rusak sebagai mana hasil didikan lingkungannya.
3. Contoh-contoh akhlak tercela
a. Ujub
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai berikut : "Yaitu perasaan
takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain.
Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu
lebih wara' dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!". Orang yang demikian itu,
beranggapan bahwa segala kesuksesan yang diraihnya, seperti harta yang melimpah, jabatan yang
tinggi, kepandangan yang tak tertandingi semata-mata karena hasil usaha serta kehebatan dirinya.
Semua itu ia pikir, ia raih tanpa bantuan dari siapapun, termasuk Allah SWT. orang yang
bersikap/berperilaku ‘ujub’ biasanya selalu merasa dirinya benar, tidak pernah salah atau keliru,
karenanya tidak bisa menerima kritik orang lain.
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ujub antar lain Surat At-Taubah:55 yang artinya:
Artinya: “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu (menjadikan kamu
bersikap ujub). Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan
anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir”. (QS. Taubah: 55)
Berikut ini adalah hal-hal yang Dipakai 'Ujub dan Terapinya :

1. 'Ujub dengan fisiknya


Pengobatan jenis 'ujub ini adalah dengan tafakkur (memikirkan) tentang berbagai kotoran
batinnya, tentang mula penciptaan dan akhir kesudahannya, tentang bagaimana wajah yang cantik dan
tubuh yang gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di kubur hingga menjijikkan.
2. 'Ujub dengan kedigdayaan dan kekuatan
'Ujub dengan kekuatan mengakibatkan kekalahan dalam peperangan, pencampakan diri ke
dalam kebinasaan dan terburu-buru. Terapinya ialah dengan mengetahui bahwa meriang sehari saja bisa
melemahkan kekuatannya dan bahwa apabila ia ujub dengan kekuatannya bisa jadi Allah akan
mencabutnya dengan sebab pelanggaran paling ringan yang dilakukannya.
3. 'Ujub dengan intelektualitas
Terapinya ialah dengan bersyukur kepada Allah atas karunia intelektualitas yang telah
diberikan-Nya, dan merenungkan bahwa dengan penyakit paling ringan yang menimpa otaknya sudah
bisa membuatnya berbicara melantur dan gila sehingga menjadi bahan tertawaan orang. Ia tidak aman
dari ancaman kehilangan akal jika ia ujub dengan intelektualitas dan tidak mensyukurinya. Hendakalah
ia menyadari keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah pula ia mengetahui bahwa ia tidak diberi ilmu
pengetahuan kecuali sedikit, sekalipun ilmu pengetahuannya luas.
4. 'Ujub dengan nasab terhormat
Terapi penyakit ini adalah mengatahui bahwa jika ia menyalahi perbuatan dan akhlak nenek
moyangnya dan mengira bahwa ia akan disusulkan dengan mereka maka sesungguhnya ia bodoh, tetapi
jika meneladani nenek moyangnya maka hendaknya mengetahui bahwa nenek moyangnya tidak pernah
ujub bahkan mereka senantiasa khawatir terhadap dirinya. Mereka mulia karena ketaatan, ilmu, dan
sifat-sifat terpuji bukan dengan nasab.
5. ‘Ujub dengan nasab para penguasa yang zhalim dan pendukung meraka
Terapinya adalah dengan merenungkan tentang berbagai kehinaan mereka dan tindakan-
tindakan kezhaliman mereka terhadap para hamba Allah, kerusakan yang meraka lakukan terhadap
agama Allah, dan bahwa mereka adalah orang yang dimurkai Allah.
6. 'Ujub dengan banyaknya jumlah anak, pelayan, budak, keluarga, kerabat.
Terapinya adalah merenungkan tentang kelemahannya dan kelemahan mereka, bahwa mereka
semua adalah hamba yang lemah, tidak kuasa memberi manfaat dan bahaya kepada diri mereka sendiri.
7. 'Ujub dengan harta
Terapinya adalah merenungkan tentang keburukan-keburukan harta kekayaan, hak-haknya yang
banyak, dan para pendengkinya yang rakus. Kemudian memperhatikan keutamaan orang-orang fakir
dan bahwa mereka akan masuk surga terlebih dahulu pada hari kiamat.
8. ‘Ujub dengan pendapat yang salah
Terapi ujub ini lebih berat ketimbang terapi 'ujub yang lainnya, karena pemilik pendapat yang
salah tidak mengetahui kesalahannya, seandainya tahu pasti ditinggalkannya. Tidak akan mengobati
penyakit orang yang tidak tahu bahwa dirinya sakit. Terapinya secara umum adalah hendaknya ia selalu
menuduh pendapatnya sendiri dan tidak terpedaya, kecuali jika secara pasti didukung oleh Al-Qur'an
atau sunnah atau dalil akal yang shahih yang memenuhi berbagai persyaratannya.

b. Takabbur
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima kebenaran serta
memandang kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur sama
dengan sombong. Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh setiap muslim
muslimah. Sebagaimana Allah berfirman:
“Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur
(sombong). (QS. An-Nahl:23).
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir. Kesombongan
batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan kesombongan zahir adalah
kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari apa
yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal-hal
yang bersifat sombong, maka apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut
dengan kibr (sifat sombong).
Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di timbulkan dari sifat
ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada
kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)
c. Putus asa
Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan
lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan
bagi setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara sifat
putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan
oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya:
“janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)

d. Berlebih-lebihan
Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan
kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap
berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa
pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia dan alam
sekitarnya seperti kerusakan moral, harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya :
Artinya: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).
Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:
Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang muslim dan
orang yang dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros
itu adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 26-27).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antara lain sebagai
berikut:
a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.

e. Dusta
Kebohongan atau sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab beberapa faktor yang ada,
antara lain:
a) Lemah jiwa dan mentalnya.
b) Senang dengan perhatian manusia atau pandangan manusia.
c) Suka bergurau atau bercanda yang berlebihan.
d) Rasa dengki dan iri yang ada.
e) Lingkungan yang buruk dan berpengaruh padanya.

f. Iri hati dan dengki


Syeikh Abu Hamid Al-Ghazali berkata : “Ketahuilah bahwa tidak ada kedengkian (hasad),
kecuali terhadap kenikmatan, jika Allah memberi nikmat kepada saudaramu, maka ada dua hal yang
ada pada dirimu. Pertama, benci kepada seseorang yang memperoleh nikmat, dan berharap agar nikmat
itu lenyap dari padanya. Keadaan ini disebut dengki. Batasan dengki adalah benci terhadap nikmat, dan
ingin melenyapkan dari orang yang mendapat karunia. Kedua, ia sendiri mengharapkan agar mendapat
nikmat itu tanpa berusaha melenyapkan nikmat yang dimiliki orang lain.
Betapa ganasnya penyakit nafsiyah ini menyerang manusia, bisa kita lihat dalam berbagai hadits
Rasulullah SAW. Di antaranya :
“Hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api yang melalap kayu bakar”. (HR. Abu Daud
dari Abu Hurairah, dan Ibnu Majah dari Abbas)
“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling memutuskan hubungan persaudaraan,
jangan saling membenci, jangan pula saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba Allah sebagai
saudara”.(HR. Bukhari Muslim)
Dengki adalah pangkal dari semua perilaku tercela. Misalnya menggunjing, adu domba,
menyebar fitnah. Oleh sebab itu, sifat dengki harus dijauhi karena sifat ini hanya akan membawa
manusia terhadap kemelaratan dan rusaknya silaturahim.
Solusi untuk menghindari sifat dengki, di antaranya:
1. Menyadari dan selalu ingat bahwa iri dengki hanya akan menghapus amal baik kita.
2. Menyadari dan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan.
3. Berikhtiyar dan berdoa.

4. Bahaya akhlak tercela


Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu seperti di sebutkan oleh
Ibnu Qoyyim rahimullah, sebagai berikut:
1. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di dalam hati,
dan maksiat mematikan itu.
2. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad, "Seorang hamba bisa
terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya”.
3. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada terasa
kelezatan.
4. Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti perasaan di
kegelapan malam.
5. Terhalangnya ketaatan.
6. Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya.
7. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf: Hukum kejahatan
adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan melahirkan kebaikan lagi.
8. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia merasa
dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.
9. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan kebanggaan dan
kejayaan.
10. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.
BAB III
PENUTUP

A) Kesimpulan
Akhlak tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan
mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang lain. Akhlak, memiliki sebab-sebab yang
dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat
menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan.

Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di golongkan menjadi
dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku tercela yang
berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya macam-macam akhlak tercela yang terdapat
dalam hati manusia. Beberapa akhlak tercela, yaitu ujub (berbangga diri), takabur (sombong), putus
asa, dusta dan iri/dengki (hasad).

B) Saran
1. Al-Qur’an menunjukkan cara melawan hawa nafsu dan setan dengan cara yang sangat
mudah yaitu dengan memohon perlindungan dan berpaling dari orang bodoh, dan
menolak perlakuan jahat mereka dengan berbuat baik.
2. Bersyukurlah atas karunia yang telah Allah berikan, maka insyaallah, hati kita akan
selamat dari akhlak tercela.
DAFTAR PUSTAKA

Al-firqotunnajiyyah.blogspot.com
Al-qur’an dan Terjemahannya
Ghalayini, Syeikh Mushtafa.1976. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur.trj. Moh Abdai Rathomy.
Semarang: CV Toha Putra
Muhammad, Ibrahiem. 1982. Al-Hasad Wa Kaifa Nattaqieh trj. Baihaqy Syafiuddin. Kairo: Maktabah
Al-Qur’an
Syamsuri, haji.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga
Yuhro, Alkasah dan Saminu.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Viva Pakarindo

Anda mungkin juga menyukai