Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKHLAK TERCELA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah “Aqidah Akhlak”
Dosen Pengampu : H. Alimudin,Lc.,M.Pd.I

Disusun oleh :

JUHRIYAH (220902003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI SAINS ISLAM (STSI)

BINA CENDEKIA UTAMA CIREBON

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “AKHLAK
TERCELA”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Akhlak.
Atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material, maka
segala hambatan dan kesulitan yang penyusun hadapi dalam penyusunan makalah ini dapat
teratasi. Maka dari itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak H.
Alimudin,Lc.,M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Aqidah Akhlak yang senantiasa membimbing
dan memberikan arahan untuk kelancaran penyusunan makalah ini.
Karena makalah ini jauh dari sempurna, maka kami berharap kepada pembaca
memberikan saran atau kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan para pembaca umumnya dan penyusun khususnya.
Cirebon, Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2

A. Definisi Akhlak Tercela ...................................................................................... 2


B. Sebab – Sebab Kemorosotan Akhlak .................................................................. 2
C. Contoh – Contoh Akhlak Tercela ....................................................................... 3
D. Bahaya Akhlak Tercela........................................................................................ 12
BAB III PENUTUP................................................................................................... 13

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah                                                 
Manusia perlu memperhatikan perangainya dari waktu ke waktu yang dalam perjalanan
itu kehidupan manusia mengalami banyak perubahan. Kemajuan perdaban menimbulkan
pergeseran banyak perilaku yang mempengaruhi perangai perorangan maupun kelompok.
Iman Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula dari kesombongan dan rendah
diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga,
sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang
dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan sebagainya.
Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa sebagaimana akhlak terpuji, akhlak tercela juga
memiliki akar di mana satuan-satuannya dapat dikelompokkan. Jika akar perilaku manusia ada
dalam pikiran dan jiwanya, maka akar penyakit akhlak juga akan selalu ada disana. Mengenai hal
itu, Ibnul Qayyim menyebutkan dua akar penyakit akhlak, yaitu Pertama, penyakit syubhat.
Penyakit ini menimpa wilayah akal manusia, dimana kebenaran tidak menjadi jelas (samar) dan
bercampur dengan kebatilan (talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia
memahami secara baik dan memilih secara tepat. Kedua, penyakit syahwat. Penyakit ini
menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana dorongan kekuatan kejahatan dalam hatinya
mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan. Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar
manusia untuk mengendalikan diri dan bertekad secara kuat.
Begitu banyaknya hal yang dapat menyebabkan kemerosotan akhlak yang dapat
menimbulkan akhlak atau perilaku tercela.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis mengambil suatu rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah definisi akhlak tercela ?
2. Apa saja sebab kemerosotan akhlak ?
3. Apa saja contoh-contoh akhlak yang tergolong dengan akhlak tercela ?
4. Apa saja bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak tercela ?

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui definisi akhlak tercela .
2. Untuk mengetahui apa saja sebab kemerosotan akhlak .
3. Untuk mengetahui contoh-contoh akhlak yang tergolong dengan akhlak tercela .
4. Untuk mengetahui apa saja bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak tercela .

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Akhlaq Tercela
Definisi akhlak menurut Imam AI-Gozali adalah: Ungkapan tentang sikap jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan atau
pikiran terlebih dahulu.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu, artinya menciptakan, dari
akar kata ini pula ada kata makhluk (yang diciptakan) dan kata khalik (pencipta), maka akhlak
berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah swt). Sedangkan
moral berasal dari maros (bahasa latin) yang berarti adat kebiasaan, disinilah terlihat berbeda
antara moral dengan akhlak, moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia, sedangkan akhlak
berbentuk aturan yang mutlak dan pasti yang datang dari Allah swt. Kenyataannya setiap orang
yang bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi orang yang berakhlak sudah pasti bermoral.
Dan Rasulullah saw di utus untuk menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana sabdanya
dalam hadist dari Abu Khurairah, “Sesungguhnya aku diutus Allah semata-mata untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.”
Dengan demikian, akhlak (perilaku) tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang
dilarang oleh Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang
lain.

B. Sebab-sebab kemerosotan akhlak


Akhlak, memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan
sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam
keterpurukan.
Di antaranya yaitu :
a. Lemah Iman
Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan rusaknya moral, ini
disebabkan kerana iman merupakan kekuatan (untuk membina akhlak) dalam kehidupan
seseorang.
b. Tabiat/ watak asli
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang buruk, rendah, suka
iri dan dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih mendominasi pada diri orang tersebut,
sehingga terkadang pendidikan yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya.
c. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku seseorang, karena
seperti dikatakan pepatah bahwa seseorang adalah anak lingkungannya. Kalau dia hidup dan
terdidik dalam lingkungan yang tidak mengenal makna adab dan akhlak serta tidak tahu tujuan
hidup yang mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai mana hasil didikan lingkungannya.

2
C. Contoh-contoh Akhlaq Tercela
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di golongkan
menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku
tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya macam-macam akhlak tercela
yang terdapat dalam hati manusia. Akan tetapi, penulis hanya mengurai beberapa contoh akhlak
tercela, yaitu ujub/berbangga diri, takabur, putus asa, berlebih-lebihan, dusta dan iri/dengki.

a. Ujub
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai berikut: "Yaitu perasaan
takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain.
Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya
itu lebih wara' dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!". Orang yang
demikian itu, beranggapan bahwa segala kesuksesan yang diraihnya, seperti harta yang
melimpah, jabatan yang tinggi, kepandangan yang tak tertandingi semata-mata karena hasil
usaha serta kehebatan dirinya. Semua itu ia pikir, ia raih tanpa bantuan dari siapapun, termasuk
Allah SWT. orang yang bersikap/berperilaku ‘ujub’ biasanya selalu merasa dirinya benar, tidak
pernah salah atau keliru, karenanya tidak bisa menerima kritik orang lain.
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ujub antar lain Surat At-Taubah:55 yang
artinya:
Artinya: “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu
(menjadikan kamu bersikap ujub). Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di
dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan
kafir”. (QS. Taubah: 55)
Abu Wahb al-Marwazi berkata, Aku bertanya kepada Ibnul Mubarak,
Apakah kibr (sombong) itu?،¨ Dia menjawab, Jika engkau merendahkan orang lain.،¨ Lalu aku
bertanya tentang ujub, maka dia menjawab jika engkau memandang bahwa dirimu memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, aku tidak tahu sesuatu yang lebih buruk bagi orang
yang shalat daripada ujub.
Berikut ini adalah  hal-hal yang Dipakai 'Ujub dan Terapinya:
1.      'Ujub dengan fisiknya
Pengobatan jenis 'ujub ini adalah dengan tafakkur (memikirkan)  tentang berbagai
kotoran batinnya, tentang mula penciptaan dan akhir kesudahannya, tentang bagaimana wajah
yang cantik dan tubuh yang gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di kubur
hingga menjijikkan.

2.      'Ujub dengan kedigdayaan dan kekuatan


'Ujub dengan kekuatan mengakibatkan kekalahan dalam peperangan, pencampakan diri
ke dalam kebinasaan dan terburu-buru. Terapinya ialah dengan mengetahui bahwa meriang

3
sehari saja bisa melemahkan kekuatannya dan bahwa apabila ia ujub dengan kekuatannya bisa
jadi Allah akan mencabutnya dengan sebab pelanggaran paling ringan yang dilakukannya.
3.      'Ujub dengan intelektualitas
Terapinya ialah dengan bersyukur kepada Allah atas karunia intelektualitas yang telah
diberikan-Nya, dan merenungkan bahwa dengan penyakit paling ringan yang menimpa otaknya
sudah bisa membuatnya berbicara melantur dan gila sehingga menjadi bahan tertawaan orang. Ia
tidak aman dari ancaman kehilangan akal jika ia ujub dengan intelektualitas dan tidak
mensyukurinya. Hendakalah ia menyadari keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah pula ia
mengetahui bahwa ia tidak diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit, sekalipun ilmu
pengetahuannya luas.
4.       'Ujub dengan nasab terhormat
Terapi penyakit ini adalah mengatahui bahwa jika ia menyalahi perbuatan dan akhlak
nenek moyangnya dan mengira bahwa ia akan disusulkan dengan mereka maka sesungguhnya ia
bodoh, tetapi jika meneladani nenek moyangnya maka hendaknya mengetahui bahwa nenek
moyangnya tidak pernah ujub bahkan mereka senantiasa khawatir terhadap dirinya. Mereka
mulia karena ketaatan, ilmu, dan sifat-sifat terpuji bukan dengan nasab.
5.      Ujub dengan nasab para penguasa yang zhalim dan pendukung meraka.
Terapinya adalah dengan merenungkan tentang berbagai kehinaan mereka dan tindakan-
tindakan kezhaliman mereka terhadap para hamba Allah, kerusakan yang meraka lakukan
terhadap agama Allah, dan bahwa mereka adalah orang yang dimurkai Allah.
6.      'Ujub dengan banyaknya jumlah anak, pelayan, budak, keluarga, kerabat.
Terapinya adalah merenungkan tentang kelemahannya dan kelemahan mereka, bahwa
mereka semua adalah hamba yang lemah, tidak kuasa memberi manfaat dan bahaya kepada diri
mereka sendiri.

7.       'Ujub dengan harta


Terapinya adalah merenungkan tentang keburukan-keburukan harta kekayaan, hak-
haknya yang banyak, dan para pendengkinya yang rakus. Kemudian memperhatikan keutamaan
orang-orang fakir dan bahwa mereka akan masuk surga terlebih dahulu pada hari kiamat.
8.       'Ujub dengan pendapat yang salah*
Terapi ujub ini lebih berat ketimbang terapi 'ujub yang lainnya, karena pemilik pendapat
yang salah tidak mengetahui kesalahannya, seandainya tahu pasti ditinggalkannya. Tidak akan
mengobati penyakit orang yang tidak tahu bahwa dirinya sakit. Terapinya secara umum adalah
hendaknya ia selalu menuduh pendapatnya sendiri dan tidak terpedaya, kecuali jika secara pasti
didukung oleh Al-Qur'an atau sunnah atau dalil akal yang shahih yang memenuhi berbagai
persyaratannya.

4
b. Takabbur
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima kebenaran serta
memandang kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur
sama dengan sombong. Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh
setiap muslim muslimah. Sebagaimana Allah berfirman:
“Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang takabbur (sombong).  (QS. An-Nahl:23)
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir.
Kesombongan batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan
kesombongan zahir adalah kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku
seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin akan memaksa
anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang bersifat sombong, maka apabila hanya menyimpan
di dalam hati tanpa ada tindakan disebut dengan kibr (sifat sombong).
Kesombongan berbeda dengan ujub. Karena ujub tidak memerlukan orang lain yang
dijadikan bandingannya. Seperti seseorang yang ujub dengan ibadah shalat tahajudnya, maka ia
tidak perlu melihat ibadah tahajud orang lain, cukup baginya mengatakan, “Saya seorang ahli
ibadah karena selalu melakukan ibadah tajajud.” Maka ia telah melakukan ujub. Sedangkan
kesombongan, orang yang sombong memerlukan orang lain untuk membandingkan dengannya.
Semakin tinggi kesombongannya, maka ia tidak ingin ada orang yang menandinginya dan ingin
selalu berada di atas yang lain.
Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di timbulkan
dari sifat ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada
kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)
Terapi sifat sombong dan cara memperoleh sifat tawadhu’
Terapi sifat sombong pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Terapi pengobatannya
adalah degnan ilmu dan amal. Karena penyakit ini tidak mungkin dapat disembuhkan kecuali
dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah dengan mengetahui siapa dirinya dan
siapa Penciptanya. Apabila seseorang telah mengetahui dan menyadari dengan benar siapa
hakikat dirinya, maka dia akan merasa dirinya hina dan penuh kelemahan. Selanjutnya, akan
menjadikannya sebagai seorang yang tawadhu’. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah
dengan membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak
orang yang memiliki sifat tawadhu’.

5
c. Putus asa
Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi lemah
dan lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang benar-banar
membahayakan bagi setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan
antara sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena bencana
yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam
Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat Allah,
sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus asa dari rahmat Allah, melainkan golongan
orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
Putus asa memiliki kaitan dengan ujub. Ibnu Mas'ud ra. berkata: "Kebinasaan ada dalam
dua hal, putus asa dan ujub”.
Ibnu Mas'ud ra menyebutkan kedua hal tersebut karena kabahagiaan tidak bisa dicapai
kecuali dengan usaha, pencarian, keseriusan, dan perjuangan, sedangkan orang yang putus asa
tidak mau berusaha dan tidak mau pula mencari, sementara orang yang 'ujub beranggapan bahwa
ia bisa mencapai kebahagiaan dan menggapai tujuannya sehingga ia tidak mau berusaha,
karenaapa yang sudah ada tidak perlu dicari dan apa yang mustahil juga tidak perlu dicari.

d. Berlebih-lebihan
Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan
kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya
sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Sekecil apa pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia
dan alam sekitarnya seperti kerusakan moral, harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya :
Artinya: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan”.  (QS. Al-An’am:141).

Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni:


Artinya:  “Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang muslim dan
orang yang dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang
boros itu adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra’:
26-27).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antara
lain sebagai berikut:
a. Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.
6
e. Dusta
Dalam Alquran kalau kita perhatikan kalimat al-kadzibu, maka kita temukan dalam
bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan wazannya, seperti Kaadzibu, Kadzaab, Al-
Mukadzibuun, Al-Mukadzibiin, Kadzaaba, Kadzaabat, Makdzuub, Takdziib, Kdazzabuu. Ini
semua sesuai dengan ayat dan bentuknya.
Kebohongan atau sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab beberapa faktor
yang ada, antara lain:
-    Lemah jiwa dan mentalnya.
-    Kegoncangan jiwa.
-    Senang dengan perhatian manusia atau pandangan manusia.
-    Suka bergurau atau bercanda yang berlebihan.
-    Rasa dengki dan iri yang ada.
-    Lingkungan yang buruk dan berpengaruh padanya.
Dalam Riyadhus Sholihin, Imam Nawawi membawakan dalil dari Ummu Kultsum, dari
Nabi saw. bersabda, "Tidaklah dikatakan Al-Kadzibu orang yang mengishlah antara manusia,
dan dia berkata baik pada kedua belah pihak." Hadis Bukhari Muslim. Dalam riwayat Muslim
berkata, Ummu kultsum diberi keringanan tentang apa yang diucapkan manusia dalam tiga hal,
yaitu dalam perang, ishlah antara manusia, dan ucapan seorang suami pada istrinya, dan istri
pada suaminya."

 f. Iri Hati atau Dengki


Syeikh Abu Hamid Al-Ghazali berkata: “Ketahuilah bahwa tidak ada kedengkian
(hasad), kecuali terhadap kenikmatan, jika Allah memberi nikmat kepada saudaramu, maka ada
dua hal yang ada pada dirimu. Pertama, benci kepada seseorang yang memperoleh nikmat, dan
berharap agar nikmat itu lenyap dari padanya.
Keadaan ini disebut dengki. Batasan dengki adalah benci terhadap nikmat, dan ingin
melenyapkan dari orang yang mendapat karunia. Kedua, ia sendiri mengharapkan agar mendapat
nikmat itu tanpa berusaha melenyapkan nikmat yang dimiliki orang lain.
Sifat pertama di atas adalah haram hukumnya dalam segala hal. Betapa ganasnya
penyakit nafsiyah ini menyerang manusia, bisa kita lihat dalam berbagai hadits Rasulullah SAW.
Di antaranya :
“Hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api yang melalap kayu bakar”. (HR. Abu
Daud dari Abu Hurairah, dan Ibnu Majah dari Abbas)
“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling memutuskan hubungan
persaudaraan, jangan saling membenci, jangan pula saling membelakangi, dan jadilah kalian
hamba Allah sebagai saudara”.(HR. Bukhari Muslim)
Orang yang memiliki sifat dengki juga bisa dilihat jika ia merasa bahagia ketika orang
lain mendapatkan suatu bencana atau musibah. Kegembiraan yang demikian itu
dinamakan Syamatah,  yatu bahagia yang timbulnya sebab mendengar atau melihat adanya

7
kesusahan, kemelaratan, kecelakaan yang menimpa orang yang dianggap saingan atau lawan.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya :
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tapi jika kamu mendapat
bencana, mereka bergembira karenanya”.(HR. Ali Imran:120)
Dengki adalah pangkal dari semua perilaku tercela. Misalnya menggunjing, adu domba,
menyebar fitnah. Oleh sebab itu, sifat dengki harus dijauhi karena sifat ini hanya akan membawa
manusia terhadap kemelaratan dan rusaknya silaturahim.
Solusi untuk menghindari sifat dengki, di antaranya:
1) Menyadari dan selalu ingat bahwa iri dengki hanya akan menghapus amal baik kita.
2) Menyadari dan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan.
3) berikhtiyar dan berdoa

g. Aniaya (Zalim)
            Aniaya dalam bahasa Arab adalah zalim (al-zulumu) artinya tidak adil. Dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia aniaya diartikan sebagai perbuatan bengis, seperti penyiksaan,
penindasan, memperlakukan orang lain sewenang-wenang, menyiksa, dan menindasnya.
            Definisi zalim menurut Al-Qur’an adalah tidak mau bertobat. Dengan demikian dalam
arti yang sangat luas zalim dapat di artikan perilaku yang tidak mau bertobat. Perhatikan petikan
firman Allah surah Al-Hujurat/49:11, yang artinya : ‘’Dan barang siapa tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.’’
            Perbuatan zalim mendapat ancaman dari Allah swt, di antaranya Allah tidak akan
memberikan petunjuk seperti QS.Al-Baqarah/2:258, yang artinya :’’Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang zalim.’’
            Syaih Muhammad Al-Utsaimin berpendapat bahwa zalim dapat dibedakan menjadi
beberapa macam :
1.     Kezaliman yang paling zalim, yaitu syirik kepada Allah.
2.    Kezaliman manusia terhadap dirinya sendiri dengan cara tidak memberikan hak kepada diri
sendiri seperti : Berpuasa yang tidak mau berbuka, salat sepanjang malam, sehingga tidak tidur
sama sekali.
3.    Kezaliman seseorang terhadap orang lain, seperti : Melakukan pemukulan, pembunuhan, atau
perampasan harta.
Kezaliman yang dilakukan manusia karena ketidakmampuan manusia untuk mengatasi syahwat
dan amarahnya. Hal itu dapat diatasi dengan cara meletakkan syahwat dan amarah sebagai
tawanan yang harus mengikuti perintah akal dan agama.

h.Diskriminasi
            Kata diskriminasi berasal dari bahasa Belanda ³discriminatie´artinya pemisahan atau
perbedaan. Kata diskriminasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III artinya
perbedaan perlakuan terhadap sesame warga Negara . Kata diskriminasi berasal dari bahasa
Inggris disebut ³discrimination´artinya perbedaan perlakuan . Kata diskriminasi berasal dari
bahasa Arab disebut ³tafriq´ dan merupakan sifat tercela yang harus dihapus .

8
Menurut UURI No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Bab 1 pasa 1 menjelaskan kata
diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tidak
langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas alas an agama ,suku, ras,etnik,kelompok,jenis
kelamin, bahasa , keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan, penyimopangan atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan, penggunaan hak asasi manusiadan kebebasan dalam
kehidupan, baik individu atau kolektif dalm bidang politik ekonomi,hukum, social, budaya, dan
aspek kehidupan lain.Dari pengertian diatas , islam melarang diskriminasi karena termasuk sifat
tercela yang harusdijauhi. Di hadapan Allah semua manusia adalah sama , yang membedakan
hanya kualitas ketakwaan kepada-Nya.
            Allah.swt berfirman yang artinya :           
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang   yang
paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha
Mengenal”(Q.S. Al-Hujurat:13)
Diskriminasi adalah perbuatan zalim dan tercela karena akan mendatangkan kerugian
kepada orang yang diperlakukan diskriminatif.Diskriminasi bisa terdapat dalam kehidupan
berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, dan bernegara.

1.Orangtua yang membeda-bedakan perlakuan terhadap anak-anaknya adalah contoh


 perilaku diskriminasi dalam kelusarga .
2.Islam mengajarkan agar dalam berkehidupan bertetangga , antara satu tetangga
dengan tetangga lainnya saling menghormati dan menghargai, tanpa membedakan
suku bangsa, agama, status social, dan sebagainya.
3.Dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara, perilaku diskriminasi itumisalnya
jika pemerintah hanya melindungi golongan tertentu. Padahal pemerintahwajib melindungi
seluruh rakyatnya tanpa kecuali.Berdasarkan ras, suku, warna kulit , perlakuan diskriminasi
antara lain adalah :
1.Diskriminasi kelamin, yaitu pembedaan sikap dan perlakuan terhadap orang berdasarkan jenis
kelamin. Di kota Mekah pada masa jahiliah, kaum perempuan berkedudukan sangat rendah
2. Diskriminasi ras, yaitu pembedaan berdasarkan asal bangsa yang menganggap bahwa ras yang
satu lebih hebat daripada ras yang lain.
3.Diskriminasi social, yaitu berdasarkan status sosialnya, seperti kaya dan miskin, bangsawan
dan rakyat jelata , atau suatu agama dengan agama lain.
4.Diskriminasi warna kulit (apartheid )yaitu berdasarkan warna kulit . orang yang berkulit putih
dianggap lebih terhormat.Berdasarkan ayat Al Qur¶an tersebut, islam menghapuskan tumbuhnya
sikap diskriminasi dan menggantinya dengan menyuburkan sifat pengasih dan penyayang. Allah
bahkan meletakan sifat tersebut di dalam nama-Nya, yaitu bismillah ar rahman ar rahim, yang
artinya Maha Pengasih lagi Maha Penyayang untuk menjadi contoh dan rahmat bagi hamba-Nya.
-
Cara menghindari diskriminasi :
1.Gemar bersilaturahmi
2.Menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan

9
3.Bersikap toleransi (tasamuh) terhadap sesama umat beragama dan tidak memaksakan
keyakinan agama kepada orang lain.
4.Aktif dalam kegiatan yang tujuannya mengahapus diskriminasi.
5.Tidak menimpakan kesalahan kepada orang lain.
6.Tidak menghina, berburuk sangka , bahakn memfitnah orang lain.
7.Selalu beribadah kepada Allah dan tidak menyukutukan-Nya, serta berbuat baik kepasa
sesama.
- Ilustrasi penentangan diskriminasi dalam islam :
a. Nabi Ibrahim a.s. menjadikan siti Hajar, seorang budak dari Etiopia yang dianggap hina,
sebagai istrinya. Ternyata budak yang dianggap rendah tersebut justru mempunyai kepribadian
yang mulia, tidak mudah menyerah ketika ketika menghadapi kesulitan bagaimanapun beratnya,
dan bertanggung jawab atas tugas atau kewajibannya , khusu dalam memelihara dan
membesarkan putranya yaitu Ismail a.s.
 b.Di zaman Nabi Muhammad saw. Perjuangan menghapuskan dioskriminasi terus dilanjutkan ,
khusunya budak di Kota Mekah. Budak yang dimaksud bernama Bilalbin rabid, dia hamba Allah
yang tangguh dan teguh dalam mempertahakan keyakinan islam. Demikian pula Zaid bin Haris
yang telah dimerdekakan oleh Nabi Muhammad saw. dan diangkat sebgai anak asuh beliau
hingga dinikahkan dengan Zaenab saudara sepupu Rasulullah saw. dari suku Quraisy.

i.Riya
            Ria berasal dari bahasa arab yang artinya memperlihatkan atau terkenal dengan istilah
memamerkan. Dari segi syra, imam alhafidz ibnu hajar dalam kitabnya fathul bari mengatakan
bahwa ria adalah ibadah yang dilakukan dengan tujuan atau maksud agar dapat dilihat orang lain
sehingga memuja pelakunya.Riya adalah memperlihatkan suatu ibadah dan amalan shaleh
kepada orang lain bukan karna allah, tetapi karna suatu yang lain selain allah. Misalnya karena
ingin memperoleh kemasyuran dan keuntungan dunia.sedangkan memperdengarkan ucapan
ibadah dan amal saleh kepada orang lain. Ria merupakan sifat tecela karena melakukan amal
perbuatan tidak untuk mencari ridho allah melainkan untuk mengharap pujian dari orang lain, ria
merupakan kemunafikan dan syirik,Rasulullah bersabda:
‘’Sesuatu yang sangat aku takutkan yang akan menimpa kamu ialah syirik kecil. Nabi SAW
ditanya tentang apa yang dimaksud dengan syirik kecil maka beliau menjawab yaitu riya.’’
            Jadi hakikat riya adalah seorang hamba yang taat pada allah swt dengan tujuan ingin
mendapatkan kedudukan atau pujian manusia.Tanda tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan
oleh ali bin abi thalib. Kata Rasulullah :’’Orang yang riya itu memliki tiga ciri, yaitu malas
beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada ditengah tengah orang ramai, menambah
amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.’’
Dilihat dari bentuknya ria ada dua macam yaitu:
1. Riya dalam niat
Riya dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginan
untuk  mendapat pujian, sanjungan, penghargaan dari orang lain, bukan karna alloh. Padahal niat
itu sangat menentukan nilai dari suatu pekerjaan.Jika pekerjaan yang baik dilakukan dengan niat

10
karna allah maka perbuatan itu mempunyai nilai disisi allah.jika dilakukan karna ingin mendapat
sanjungan dan penghargaan dari orang lain maka perbuatan itu tidak akan memperoleh pahala
dari allah hanya sanjungan dan itulah yang akan dia peroleh. Nabi muhammad SAW
bersabda:’’Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya´’.(HR Muslim).Riya yang
merkaitan dengan hati paling sulit untuk diketahui karna yang mengetahuinya hanya allah swt
semata.

2. Riya dalam perbuatan


Riya dalam perbuatan ini, misalnya ketika megerjakan shalat dan bersedekah. Orang riya
ini dalam mengarjakan shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan, kerajinan dan
kekhusuannya jika dia berada di tengah tengah orang atau jamaah. Sehingga orang lain melihat
dia berdiri, rukuk, sujud dan sebagainya. Dia shalat dengan tekun tiu mengharapkan perhatian,
sanjungan, pujian orang lain agar dia dianggap sebagai orang yag taat dan tekun beribadah.
Orang yang riya dalam shalat akan celaka.
Allah berfirman yang artinya :
“ maka celakalah orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai terhadap
 shalatnya yang berbuat riya dan enggan (memberikan) bantuan.” (QS Al-Maun/107:4-7).
Riya yang berhubungan dengan perbuatan ini masih dapat dilihat sekalipun agak samar-samar.
Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya dalam perbuatan yaitu sebagai berikut:
1. Tidak aka melakukan perbuatan baik seperti bersedekah bila tidak dilihat orang
2. Beribadah hanya sekedar ikut-ikutan
3. Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam beribadah jika mendapat pujian
saja,sebaliknya mudah menyerah jika dicela orang
4. Senantiasa berupaya menampakan segala perbuatan baiknya agar diketahui orang banyak.
Riya bisa terdapat dalam urusan keagamaan dan bisa pula dalam urusan keduniaan.
A.Riya dalam urusan keagamaan , misalnya:
Seseorang melakukan shalat berjamaah dengan maksud bukan ingin memperoleh
keridaan Allah SWT, tetapi agar mendapat penilaian dari masyarakat sebagai muslim yang taat.
B.Riya dalam urusan keduniaan, misalnya:
Seseorang memperlihatkan kesungguhan dan kedisiplinannya dalam bekerja kepada
atasannya, dengan tidak dilandasi nilai ikhlas karena Allah SWT, karena ia ingin dinilai baik
oleh atasannya, lalu pangkatnya atau gajinya dinaikkan.
Sifat riya yang membahayakan terhadap diri sendiri diantaranya adalah:
1. Selalu muncul ketidak puasan terhadap apa yang telah dilakukan.
2. Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisa ketika berbuat sesuatu
3. Menyesal melakukan sesuatu ketika orang lain tidak memerhatikannya
4. Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada hentinya
5. Merugikan diri sendiri karena termasuk perbuatan tercela
Cara menghindari sifat riya:
1.Banyak mendatangi dan mendengarkan pengajian atau nasihat yang disampaikan oleh para
ulama yang membahas berbagai masalah dalam islam (QS. Al Anfal:2)

11
2. Bergaul dengan teman yang baik dan saleh , disiplin beribadah dan beramal saleh , serta
membiasakan diri berakhlak terpuji.
3.Memelihara diri dengan beramal saleh secara ikhlas dan secara sembunyi-sembunyi karena
untuk mencari rida Allah swt.
Begitulah bahaya dari sifat riya bahkan riya itu dapat dikatakan sebagai syirik khafi yang
artinya syirik ringan karena mengaitkan niat untuk melakukan sesuatu perbuatan pada sesuatu
selain Allah.

D. Bahaya Akhlak Tercela


Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu seperti di
sebutkan oleh Ibnu Qoyyim rahimullah, sebagai berikut:
1.      Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di dalam hati, dan
maksiat mematikan itu.
2.      Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad, "Seorang hamba bisa
terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya."
3.      Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada terasa kelezatan.
4.      Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti perasaan di kegelapan
malam.
5.      Terhalangnya ketaatan.
6.      Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya.
7.      Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf: Hukum kejahatan
adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan melahirkan kebaikan lagi.
8.      Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia merasa dirinya
hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.
9.      Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan kebanggaan dan kejayaan.
10.  Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan
mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang lain. Akhlak, memiliki sebab-sebab
yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang
dapat menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan.
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di golongkan
menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan perilaku
tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya macam-macam akhlak tercela
yang terdapat dalam hati manusia. Beberapa akhlak tercela, yaitu ujub (berbangga diri), takabur
(sombong), putus asa, dusta dan iri/dengki (hasad).

B.    Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan untuk itu penulis mohon maaf
atas kekurangannya penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki
makalah ini

13
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an dan Terjemahannya
Drs.H.Thoyib Sah Saputra,M.Pd,Drs.H.Wahyudin,M.Pd,PAI Akidah Akhlak kurikulum 2008.kelas X
Madrasah Aliyah. Semarang: CV Toha Putra
www.al-islam.com

14

Anda mungkin juga menyukai