Anda di halaman 1dari 4

Nama : Din Nurul Rasidin Rumi

NIM : 7060019016

TUGAS AKIDAH AKHLAK

1. Tuliskan kita berada dalam kelompok tauhid yang mana? dan alasannya?

Aliran Ahli Sunnah Wal Jama'ah (Aswaja)

Alasan :

A. Meyakini landasan utama dalam kehidupan manusia ialah Al-Qur'an dan hadits
shahih sementara akal hanya sebagai alat bantu untuk memahami keduanya. Jika
terdapat kondisi yang bertentangan antara akal dan Al-Qur'an-Hadits, maka
pertimbangannya dikembalikan pada dalil Al-Qur'an dan hadits
B. Meyakini bahwa Allah swt. memiliki sifat-sifat tetapi tidak menyerupai makhluk-
makhluk ciptaan-Nya
C. Meyakini bahwa setiap perbuatan manusia di dalamnya terdapat andil dari Allah
swt. yang tentunya mengarahkan pada kebaikan

2. Tuliskan diri kita berada pada golongan yang mana! Jelaskan juga alasannya mengapa
kita berada pada golongan tersebut dan apa yang memengaruhinya! (Keluarga,
Pendidikan atau Lingkungan)
- Nafs Lawwamah : Golongan yang mengembangkan kedua-duanya (potensi
keburukan dan kebaikan)

a. Keluarga :
Karena di keluarga kita selalu di tuntut oleh orang tua agar memiliki dasar islam
atau minimal memiliki kemauan untuk agar anak-anaknya menjadi sosok yang
lebih agamis ketimbang orang tuanya sendiri sehingga kita cenderung selalu
mengembangkan potensi" kebaikan meskipun terkadang nafsu masih
memengaruhi diri untuk mengembangkan potensi keburukan.
b. Pendidikan :
Terkait faktor pendidikan, lingkungan kampus yang berbasis islami, di mana
mata kuliahnya tidak hanya tentang ilmu dunia, tetapi juga ilmu agama, sangat
membantu dalam memgembangkan potensi kebaikan yang ada pada diri.
Kebiasaan berdoa hingga membaca surah dalam Al-Qur'an terlebih dahulu
sebelum memulai kuliah hingga hal sederhana lain seperti pembiasaan tiap
mahasiswa membaca bismillah dan alhamdulillah saat melakukan praktik
keterampilan medis sangat berperan penting dalam pengembangan potensi
kebaikan yang ada pada diri sendiri.
c. Lingkungan :
Lingkungan yang kondusif dalam usaha mengembangkan pertemanan yang
mengarah pada kebaikan. Meskipun dalam beberapa kondisi rasa malas dan nafsu
memengaruhi tindakan yang akan dilakukan, setidaknya dalam lingkungan
tersebut terdapat teman yang bisa menjadi pengingat atau contoh agar kembali ke
arah yang lebih baik.

3. Mendeteksi diri kita apa yang jadi kendala atau apa yang menyebabkan kita masih
tidak bisa mengatakan tidak pada semua dosa!
a. Tidak ada Rasa MALU
Malu adalah sifat atau perasaan yang membentengi seseorang dari melakukan
yang rendah atau kurang sopan. Agama Islam memerintahkan pemeluknya
memiliki sifatmalu karena dapat meningkatkan akhlak seseorang menjadi tinggi.
Orang yang tidak memiliki sifat malu, akhlaknya akan rendah dan tidak mampu
mengendalikan hawa nafsu.
Sifat malu merupakan ciri khas akhlak dari orang beriman. Orang yang
memiliki sifat ini jika melakukan kesalahan atau yang tidak patut bagi dirinya
makan akan menunjukkan rasa penyesalan. Sebaliknya, orang yang tidak
memiliki rasa malu, merasa biasa saja ketika melakukan kesalahan dan dosa
walaupun banyak orang lain yang mengetahui apa yang telah dilakukannya.
Islam menempatkan budaya rasa malu sebagai bagian dari keimanan
seseorang. Orang yang beriman pasti memiliki sifat malu dalam menjalani
kehidupan. Orang yang tidak memiliki rasa malu berarti seseorang bisa dikatakan
tidak memiliki iman dalam dirinya meskipun lidahnya menyatakan beriman.
Rasulullah SAW bersabda, ''Iman itu lebih dari 70 (tujuh puluh) atau 60 (enam
puluh) cabang, cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan 'La ilaha
illallah', dan cabang iman terendah adalah membuang gangguan (duri) dari jalan,
danrasa malu merupakan cabang dari iman.'' (HR Bukhari-Muslim)
Apabila seseorang hilang rasa malunya, secara bertahap perilakunya akan
buruk, kemudian menurun kepada yang lebih buruk, dan terus meluncur ke
bawah dari yang hina kepada lebih hina sampai ke derajat paling rendah sehingga
ia tidak bisa mengendalikan dirinya untuk terus menerus melakukan dosa, baik
dosa besar maupun dosa-dosa kecil.
b. Munafik
Munafik adalah sifat yang berpura-pura mengikuti ajaran agama, namun tidak
membenarkan dalam hatinya. Dengan kata lain, munafik berarti tak sinknron
antara lahir dan batin, termasuk dalam hal keyakinan, hatinya kafir akan tetapi
mulutnya mengaku beriman.
Ciri-ciri orang munafik dapat dilihat dalam hadis dari Abu Hurairah, bahwa
Nabi SAW bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia
berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat.”
(HR. Al- Bukhari).
Allah subhanahu wata’ala sangat membenci orang munafik. Bahkan dalam
firmannya surat An-Nisa ayat 145, Allah SWT berfirman balasan dosa bagi orang
munafik akan ditempatkan pada tingkatan neraka yang paling bawah. Mereka
kekal didalamnya dan tidak akan pernah menerima pertolongan.
c. Mencampuri urusan orang lain
Ikut campur urusan orang lain yang tidak ada kepentingan dengan dirinya.
Padahal ikut campur urusan orang lain tidak akan menambah manfaat melainkan
hanya waktu yang habis sia-sia tanpa faedah. Hanya akan membuat hatinya
gelisah, semakin mengacaukan pikirannya, dan ia akan terlupa dengan kewajiban-
kewajiban utamanya. Lebih dari itu, ikut campur urusan orang lain dapat
menjerumuskannya ke dalam dosa-dosa besar seperti ghibah, tajassus (mencari-
cari kesalahan orang lain).
Orang yang selalu mencampuri urusan atau mengomentari orang lain maka
hampir bisa dipastikan ia akan terjatuh ke dalam ghibah, karena aktivitasnya
hanya diisi dengan membicarakan si Fulan dan si Allan. Atau dia akan terjatuh ke
dalam lubang dosa yang lain yaitu tajassus, yang awalnya hanya berupa obrolan-
obrolan ringan tentang saudaranya sesama muslim, tetapi rasa penasarannya
mengantarkan dia mencari-cari sesuatu tentang saudaranya tersebut mengenai
aib-aib dan keburukan-keburukannya. Atau tanpa ia sadari ia telah mengadu
domba diantara saudaranya sesama muslim.

Anda mungkin juga menyukai