Anda di halaman 1dari 12

RESUME AQIDAH AKHLAK

( Muhammad Arsyam, S.Pd.I, M.Pd.)

Nama : Nurfaizah Yusuf

Nim : 70200119112

Email : nurfaizahyusuf1717@gmail.com

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas resume ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan tugas resume sebagai tugas Ujian Tengah
Semester dari mata kuliah Aqidah dan Akhlak.

Bulukumba, 18 Oktober 2020

Penulis
Daftar Isi
Halaman sampul 1
Kata pengantar 2
isi 3-11
• Aqidah dan Akhlak

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [ً‫ﻋَــــ ْﻘـﺪ‬-ُ‫ﯾَــــﻌْـﻘِـﺪ‬-َ‫ ]ﻋَــــﻘَـﺪ‬artinya
adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah
urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam
kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan).
Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi
kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Berdasarkan pengertian-pengertian
di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau
keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh
setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [‫ ]ﺧــﻠﻖ‬jamaknya [‫]أﺧــﻼق‬
yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak
merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan
dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal
dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah.
Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka
disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.

Dalam ajaran Agama Islam sering disebutkan sebagai agama yang dianut oleh kaum
muslimin. Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam surat
Ali Imran 19 dan al -Baqarah 85: "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam" Pengertian:

1. Orang mukmin. Allah Ta’ala memperlakukan mereka sesuai dengan ketaatannya.

2. Orang kafir. Orang yang tidak beriman kepada allah swt atau bisa juga di katakan
orang yang beragama selain dari agama islam.

3. Adapun orang munafik. Dia atau orang ketika berbicara dia berbohong, ketika
dipercaya dia mengingkari,dan ketika berjanji tidak di tepati.

4.Selanjutnya orang musrik. Mereka atau orang yang tidak percaya tentang adanya
tuhan atau orang yang tidak percaya adanya allah swt.

Maka berdasarkan kategori tersebut di atas maka tidak jarang muncul anggapan
bahwa masing-masing sebutan itu berada pada orang yang berlainan di tengah-tengah
masyarakat. Jadi sebutan masing-masing kategori itu disandang oleh orang yang berbeda-
beda pula. Ada kelompok orang yang disebut mukmin, sebagian kafir, munafiq, dan lainnya
musrik.

Namun pada saat lainnya, apa yang dikatakan sendiri ternyata tidak mampu kita
laksanakan. Antara apa yang dipikirkan, katakan, dan lakukan ternyata berbeda. Nah dari
perbedaan itu maka kadangkala sedemikian jauh. Kita merasakan hal tertentu secara sadar
bahwa sebenarnya kita sedang berada dalam keadaan munafiq. Apa yang kita katakan baik,
dan orang lain saya ajak untuk menjalankannya, ternyata diri sendiri tidak berhasil
melakukan kebaikan itu. Secara jujur pada saat yang demikian itu sebenarnya kita berada
dalam keadaan munafiq. Dengan demikian maka artinya, pada suatu saat tergolong mukmin,
dan pada saat lainnya, kita kategori munafiq.

Selain daripada itu, pada saat berbeda lagi, manusia ternyata juga tidak mampu
menghindari perbuatan hati yang terlarang dan buruk, yaitu misalnya ujub, riya, sombong,
hasut, permusuhan, mengadu domba, dan juga melakukan perbuatan jahat yaitu memfitnah.
Perbuatan hati manusia itu sebenarnya pantas disebut ingkar atau kafir. Pengertian kafir
adalah menutup atau kafaro, yaitu menutup keimanan yang ada pada diri saya sendiri, yang
seharusnya selalu saya pelihara atau jauhkan dari sifat tercela dimaksud.

Dalam hal menghindari dan mencegah penyakit hati yang sebenarnya menjadi musuh
diri sendiri itu ternyata bukan pekerjaan mudah bagi umat manusia. karena tidak semua orang
dapat menghindar dan melawan bisikan jahat tersebut. Nah kadangkala kekuatan itu
sedemikian halus sehingga tidak mudah dirasakan oleh semua orang yang sebernarnya
memiliki sifat pelupa dan salah. Dalam keadaan tertentu manusia sedang mengikuti hawa
nafsu yang mencelakakan, akan tetapi manusia tidak semuanya mudah untuk kita ingatkan,
bahkan bisa jadi kita ingatkan hal kebaikan manusia marah. Dimana apa yang dilakukan
dianggapnya paling benar, padahal hal tersebut keliru dan bahkan salah besar. Jadi pada
prinsipnya penyakit hati itu bisa diderita oleh siapa saja dan sebenarnya sangat berbahaya,
oleh karena akan memasukkan yang bersangkutan ke jurang neraka.

Ketikan manusia menyadari akan hal tersebut di atas, maka sebenarnya setiap
manusia telah memiliki musuh yang berada pada dirinya masing-masing. Adapun melawan
musuh yang dimaksudkan itu tidak mudah. Manakala gagal maka derita yang ditanggung
bukan saja di dunia, tetapi juga di akherat kelak, yakni masuk neraka. Oleh karena itu, umat
manusia, tidak terkecuali kaum muslim, sebenarnya sudah selalu menghadapi musuh. Musuh
itu sangat berat ditaklukkan oleh karena berada pada dirinya sendiri. Nabi sepulang dari
Perang Badar mengingatkan kepada para sahabat dan pasukannya tentang musuh yang akan
dihadapi, dan lebih besar dibanding perang yang baru saja dijalani. Oleh karena itu, tanpa
mencari pun, musuh itu sudah ada, dan bahkan sudah sangat sulit dikalahkan. Musuh yang
dimaksudkan itu adalah hawa nafsu yang ada pada diri masing-masing orang. Sama
keadaannya dengan orang Munafik maka orang Musyrik ini juga adanya ditengah tengah
umat Islam. Mereka percaya pada Allah tapi juga percaya pada tuhan dan kekuatan lain selain
Allah. Mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu. Disamping menyembah Allah
mereka juga mengadakan ritual menyembah kekuatan lain seperti bangsa jin, berhala, orang
saleh yang dikeramatkan, makam makam keramat dan lain sebagainya.

Lawan dari musyrik adalah tauhid yaitu mengesakan Allah, menyembah Allah dengan
tulus ikhlas dan tidak mempersekutukan Nya dengan suatu apapun. Ikrar orang yang
bertauhid pada Allah disebutkan dalam surat Al Jin ayat 20 dan Al An aam 79

"Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak


mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya.”

Orang yang beriman dan bertauhid pada Allah , hanya menyembah dan bergantung
pada Allah saja. Mereka menyembah Allah dengan tulus , tidak mempersekutukan atau
menyamakan Allah dengan suatu yang lain. Mereka hanya berdoa dan memohon pada Allah,
tidak pada sesuatu selain Allah.

Dewasa ini banyak kita jumpai orang yang percaya pada Allah, mengaku sebagai
umat Umat Islam. Namun masih menggantungkan hajat dan kebutuhannya kepada kekuatan
yang lain selain Allah. Mereka masih suka menggantungkan jimat dileher atau pinggang
untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya.

Ada juga diantara umat Islam yang mendatangi makam keramat, meminta berkah dan
mohon dibukakan rezekinya, dimudahkan jodohnya, dimudahkan karirnya dan lain
sebagainya. Ada pula yang bertawasul meminta berkah pada kyai dan ulama yang sudah
meninggal .

Ada juga diantara umat Islam yang masih suka mengadakan ritual menyembah atau
memberi sesajen pada bangsa Jin yang menguasai suatu Daerah seperti Nyai Roro Kidul,
Dewi Sri , meminta kekayaan pada Pesugihan Nyi blorong, Pesugihan gunung
kemukus,Pesugihan gunung Merapi dan banyak tempat pesugihan lainnya.

Agama adalah sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang maha kuasa
menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan manusia, baik kehidupan manusia individu
maupun kehidupan masyarakat, baik kehidupan materil maupun kehidupan spiritual, baik
kehidupan duniawi maupun kehidupan ukhrawi.

Sedangkan Manusia adalah makhluk terpercaya dan manusia adalah makhluk yang
paling pandai. Sedangkan para ahli filsafat memahami manusia dengan sebutan animal
rasional (binatang yang berpikir), animal educandum dan animal educable, (makhluk yang
harus di didik dan dapat di didik), animal symbolicum, (makhluk yang bersimbol), homo
laguen (makhluk yang pandai menciptakan Bahasa), homo sapiens (makhluk yang
mempunyai budi), homo faber (makhluk yang pandai membuat alat-alat) homo ekonomicus
(makhluk yang tunduk pada prinsi-prinsip ekonomi), homo relegius (makhluk yang
beragama) dan makhluk yang pandai bersiasat (zoon politicon).

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang ada di muka
bumi dan merupakan satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan berpikir dan
merefleksikan segala sesutau yang ada, termasuk merefleksikan diri serta keberadaanya di
dunia. Inilah yang menentukan dan sebagai tanda dari hakikat sebagai manusia, di mana
makhluk lain seperti binatang tidak memilikinya. Maka sangat layak jika dikatakan bahwa
hakikat manusia adalah makhluk yang berpikir.

Agama merupakan suatu hal yang harus di ketahui makna yang terkandung di
dalamnya, dan agama tersebut berpijak kepada suatu kodrat kejiwaan yang berupa keyakinan,
sehingga dengan demikian, kuat atau rapuhnya agama bergantung kepada sejauhmana
keyakinan itu ketentraman dalam jiwa.

Satu kenyataan yang tampak jelas yang telah modern telah maju atau yang sedang
berkembang ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagian orang
dalam hidup. Kesulitan-kesulitan dan bahaya–bahaya alamiyah yang dahulu yang
menyulitkan dan menghambat perhubungan.sekarang tidak menjadi sosial lagi. Kemajuan
industri telah dapat menghasilkan alat-alat yang memudahkan hidup, memberikan
kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk
memenuhinya.

Seharusnya kondisi dan hasil kemajuan untuk membawa kebahagian yang lebih
banyak terhadap Manusia dalam hidup. Tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah
bahwa kebahagian itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-kesukaran
material berganti dengan kesukaran mental (psychis) atau beban jiwa semakin berat,
kegelisahan dan ketenangan serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan lebih menekan
sehingga mengurangi kebahagian.

Kebutuhan-kebutuhan primer menjadi skunder tetapi kebutuhan skunder itulah yang


menguasainya. Akibat meningkatnya kebutuhan kebutuhan pada masyarakat moderen itu
maka dalam kehidupannya selalu mengejar waktu, mengejar benda, mengejar prestise.
Semuanya ini akan membawa hidup seperti mesin, tidak mengenl istirahat dan ketentraman,
hidupnya di penuhi oleh ketegangan perasaan (tension), karena keinginananya untuk
menghidari perasaan tertekan, jika tidak tercapai semua yang tampaknya menggembirakan.
Akibat lebih lanjut ialah timbulnya kegelisahan-gelisah (anxiety) itu akan menghilangkan
kemampuan untuk merasa bahagia didalam hidup. Dari sinilah orang semakin merasa
semakin jauh dari kegembiraan dan kebahagian, karena ketegangan dan kegelisahan batin
yang selalu menghinggapinya dalam kehidupannya sehari-sehari. Oleh karna itu akan
timbullah pula perubahan dalam cara-cara pergaulan hidupnya selama ini.
• Hubungan Agama dan Manusia

Betapa besarnya pengaruh agama dalam kehidupan Manusia, baik bagi diri sendiri
maupun dalam lingkungan keluarga, ataupun di kalangan masyarakat umum. Karena itu
dapat pula dikatakan bahwa agama itu mempunyai fungsi yang amat penting dalam
kehidupan manusia, tanpa agama manusia tidak mungkin merasakan kebahagian dan
ketenangan hidup. Tanpa agama, mustahil dapat dibina suasana aman dan tentram.
Keagamaan adalah perasaan berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, antara lain takjub,
kagum, percaya yakin keimanan, tawakal pasrah diri, rendah hati ketergantungan pada Ilahi,
merasa sangat kecil kesadaran akan dosa dan lain-lain.

Agama sebagai bentuk keyakinan Manusia terhadap sesuatu yang Maha Kuasa (Adi
Kodrati) menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan Manusia baik kehidupan Manusia
individu maupun kehidupan masyarakat, baik kehidupan materil maupun kehidupan spiritual,
baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi ,Agama (Islam) merupakan a total way of life.
Tidak ada satu ruangan pun dalam kehidupan Manusia yang tidak di jamah oleh ajaran agama
(Islam). Menurut Elizabeth K. Nottingham meskipun perhatian manusia tertuju kepada
adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat) namun agama juga melibatkan dirinya
dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari.
• Agama sebagai Agama pilihan
Banyak orang yang memilih Islam karena merasa lebih rasional dan lebih cocok
dengan hati nuraninya, tetapi tidak sedikit pula yang memilih Islam karena terpaksa, tidak
ada pilihan lain, “ikut-ikutan” pada pilihan orangtua yang sudah Islam lebih dulu. Walaupun
mengikuti tradisi (asal tradisi yang baik) akan berdampak yang baik juga, namun karena
Allah SWT sudah memberikan potensi akal dan nurani kepada manusia, maka akan lebih
baik jika kedua potensi tersebut disyukuri dengan cara memaksimalkan penggunaanya sesuai
keinginan Sang Maha Pemberi dan Pengatur, yakni Allah SWT.

Agama menurut bahasa Arabnya “diin” atau “millah”. Kata diin makna aslinya
ketaatan, hukum, dll. Adapun millah makna aslinya adalah perintah. Millah terutama sekali
bertalian dengan Nabi, yang kepadanya agama itu diwahyukan, sedang diin bertalian dengan
orang yang menganut agama itu (Al-Mufradat fi ghoribil Quran). Adapun Islam artinya
masuk dalam “silm”; kata “salm” atau “silm”, dua-duanya berarti damai (Al-Mufradat fi
ghoribil Quran). Dua perkataan ini digunakan oleh Alquran dalam arti damai (QS 2 : 209 dan
QS 8 : 62).

Kata Islam punya dua makna. Pertama, nash (teks) wahyu yang menjelaskan din
(agama) Allah. Kedua, Islam merujuk pada amal manusia, yaitu keimanan dan ketundukan
manusia kepada nash (teks) wahyu yang berisi ajaran din (agama) Allah.

Islam dalam bahasa Arab, berarti tunduk dan menyerah atau taat. Sebagai satu agama,
Islam berdiri di atas dasar menyerahan diri sepenuhnya dan taat kepada AIlah s.w.t. Itulah
pula sebabnya, makanya agama ini dinamakan Islam. Islam juga berarti selamat dan
sejahtera. Pengertian ini menunjukkan bahwa, manusia tidak akan dapat mencapai
keselamatan dan kesejahteraan yang sebenarnya, kecuali dengan jalan menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah s.w.t. Cara hidup seperti inilah, yang tetap di bawah naungan
ketaatan kepada Allah s.w.t., hidup yang selalu diliputi ketenangan jiwa bagi perseorangan
dan kesejahteraan/ketentraman bagi masyarakat.

Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia, ajaran dari seluruh nabi dan rasulnya
yang penah di utus oleh Allah SWT pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia.
Islam agama bagi Adam a.s, Nabi Ibrahim, Nabi Yakub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi
Sulaiman dan Nabi Isa As, sebagaimana diterangkan dalam QS. As-Syura:13. Agama Islam
adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan
serta diteruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan
keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah) yang
menentukan proses berpikir, merasa, berbuat, dan proses terbentuknya hati. Pada dasarnya
Islam terdiri dari 3 unsur pokok yaitu iman, islam dan ihsan, meskipun ketiganya mempunyai
pengertian yang berbeda tetapi dalam praktek satu sama lain saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan.

Iman artinya membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan


merealisasikannya dalam perbuatan akan adanya Allah SWT, dengan adanya segala Kemaha
sempurnaan-Nya, para Malaikat, Kitab-kitab Allah, para Nabi dan Rasul, hari akhir serta
Qadha dan Qadhar. Islam artinya taat, tunduk, patuh dan menyerahkan diri dari segala
ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT. Ihsan artinya berakhlak serta berbuat shalih
sehingga dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan bermuamalah (interaksi) dengan
sesama mahluk dilaksanakan dengan penuh keikhlasan seakan-akan Allah menyaksikan
gerak-geriknya sepanjang waktu meskipun ia sendiri tidak melihatnya.

Islam bukanlah sebuah agama baru. Pada dasarnya, Islam merupakan pesan yang
sama dan bimbingan dari Allah yang diturunkan kepada semua nabi sebelum Nabi
Muhammad saw. seperti firman Allah Ta'ala dalam Alquran:

"Katakanlah,` Kami percaya kepada Allah dan apa yang telah diturunkan kepada
kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Yakub dan
keturunannya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan sekalian nabi dari Tuhan
mereka . Kami tidak membedakan diantara mereka dan kami menyerahkan diri kepada-Nya.
" (Q.S. Ali 'Imran: 85) Begitu juga dalam firman Allah (Q.S. Asy Syura:13) Dia Telah
mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan
apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

Dari yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa pada agama Islamlah kita temui
ciri-ciri agama wahyu yang lengkap. Sehingga agama Islam, bukan hanya agama yang benar,
tetapi juga agama yang sempurna.
• Iman kepada Allah

Pengertian iman kepada Allah SWT adalah percaya dengan sepenuh hati akan
kehadiran Allah SWT yang ditunjukkan melalui ucapan, pikiran, dan perbuatan. Iman kepada
Allah merupakan rukun iman yang pertama dan prioritas yang wajib dipahami seorang
muslim. Mereka yang yakin Allah SWT itu ada, akan selalu menyadari bahwa segala sesuatu
di kehidupan ini pasti diketahui oleh-Nya.

Kesadaran yang akan jadi kontrol diri untuk mengerjakan semua hal yang diridhoi-
Nya. Untuk cakupannya, iman kepada Allah memiliki empat perkara, Pertama iman tentang
keberadaan (wujud) Allah, kedua iman tentang keesaan Allah dalam rubuiyah, ketiga iman
tentang keeasaan Allah dalam uluhiyah, dan keempat iman terhadap asma’ (nama) dan sifat-
Nya.

Beriman kepada Allah SWT adalah akar atau pokok dari keseluruhan isi dari rukun
iman. Bila seseorang iman kepada Allah, maka orang tersebut juga wajib beriman kepada
malaikat, rasul, kitab Allah, qada, dan qadar, serta hari kiamat.

Semua adalah satu kesatuan, untuk itu beriman kepada Allah haruslah tertanam
dengan benar. Jika tidak, kesalahan juga akan berimbas pada keimanan yang lain. Bila tak
segera dibenarkan akan merusak ibadah seorang mukmin secara keseluruhan.
Contohnya, ditengah masyarakat tak jarang kita menjumpai seorang atau sekelompok
mukmin yang beribadah menyalahi ajaran Islam. Padahal orang tersebut beriman kepada
Allah dan mengaku seorang muslim.Lalu, bagaimana cara beriman yang benar kepada Allah
SWT? Dari beberapa makalah iman kepada Allah, ada dua pandangan umum dan khusus
mengenai cara-cara tersebut. Di antaranya:

1. Ijmali

Cara beriman yang bersifat umum. Kita percaya pada Allah SWT secara garis besar.
Sumbernya berasal dari Al-Quran yang memberikan pedoman dan pemahaman mengenai
Sang Pencipta. Secara umum, Al-Quran menjelaskan bahwa Allah adalah dzat yang Maha
Esa, Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Mendengar, Maha Suci, dan Maha Sempurna.

2. Tafshili

Ini merupakan cara beriman kepada Allah secara lebih terperinci. Maksudnya, kita
wajib percaya bahwa Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluk ciptaan-
Nya. Salah satu buktinya ialah Asmaul Husna.
• Tauhidullah (rububiyah,mulkiyah dan asma' wa sifat)

Kata tauhid berasal dari bahasa arab Wahhada-Yuhawwidu yang secara etimologis berarti ke-
Esaan, sehingga istilah mentauhidkan berarti, “Mengesakan”. Syekh Muhammad Abduh
mengatakan bahwa “Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat
yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-
sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Juga membahas tentang rasul-rasul
Alah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada
mereka, dan apa yang terlarang menghubungkan kepada mereka.”

Sementara Affandi al-Jasr mengatakan, ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas hal-
hal yang menetapkan akidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan. Selain itu
Prof.M.Thahir A.Muin memberikan difinisi : Tauhid ialah ilmu yang menyelidiki dan
membahas soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan bagi sekalian utusan-utusan-
Nya, juga mengupas dalil-dalil yang mungkin cocok dengan akal pikiran sebagai alat untuk
membuktikan ada-Nya zat yang mewujudkan.

Syaikhul islam berkata, “Tauhid yang dibawa oleh para rasul mengandung penetapan
keilahiyahan-Nya semata dengan bersasi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah. Tiada yang disembah kecuali Dia, tidak ada tempat bertawakal kecuali kepadaNya,
Tidak ada tempat berloyal kepada siapapun kecuali karenanya, tidaklah memusuhi siapapun
kecuali dalm rangka mencari keridhaan-Nya dan tidak beramal kecuali karena-Nya. Hal itu
semua mencakup penetapan apa yang telah diteteapkan oleh-Nya terhadap dirinya berupa
asma dan sifat-sifat-Nya.

Allah berfirman, “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang maha Esa tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia yang maha pemurah lagi maha penyayang.” (Qs. Al
Baqarah (2): 163) Firman-Nya, “ Janganlah kamu menyembah dua Tuhan. Sesungguhnya
Dialah Tuhan yang maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.” (Qs. An Nahl
(16): 51) Firman-Nya, “Dan barang siapa menyembah Tuhan yang lain disamping Allah,
padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungnnya
disisi Tuhannya, sungguhnya orang-orang kafir itu tidak beruntung.” (Qs. Al Mu’minun (23):
117) Juga firman-Nya, “Dan tanyakanlah pada rasul-rasul kami yang telah kami utus sebelum
kamu, adakah kami menetukan Tuhan-Tuhan untuk disembah selain Allah maha pemurah?”
(Qs. Az-Zukhruf (43): 45)

Maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa ilmu tauhid ialah ilmu yang
berghubungan dengan masalah ketuhanan (Allah), rasul atau nabi, dan masalah-masalah yang
berkaitan dengannya.

Secara sederhana Tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu Taugid Rububiyah,
Tauhid Ulluhiyyah dan Tauhid Asma’dan Sifat.

Tauhid rububiyah

Tauhid rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala perbuatan-Nya, seperti


menciptakan dan mengatur alam semesta, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan
bahaya dan manfaat, memberi rizqi dan semisalnya. Allah Ta’alaberfirman

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Q.S. Al-Fatihah : 1)

Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Engkau adalah Rabb di langit dan di
bumi” (Mutafaqqun ‘Alaih)

Tauhid uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam ibadah, seperti berdoa, bernadzar,
berkurban, shalat, puasa, zakat, haji dan semisalnya. Allah Ta’ala berfirman

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-Baqarah : 163) Dan
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Maka hendaklah apa yang kamu dakwahkan
kepada mereka pertama kali adalah syahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi
kecuali Allah” (Mutafaqqun ‘Alaih). Dalam riwayat Imam Bukhari, “Sampai mereka
mentauhidkan Allah”.

Tauhid asma’ was shifat

Tauhid asma’ was shifat adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai
dengan apa yang telah disifati oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al-Quran atau yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam As-Sunnah yang shahih
tanpa takwil (menyelewengkan makna), tanpa tafwidh (menyerahkan makna), tanpa tamtsil
(menyamakan dengan makhluk) dan tanpa ta’thil.

Allah Ta’ala berfirman :

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat” (Q.S. Asy-Syuura : 11)

Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala turun ke
langit dunia pada setiap malam” (Mutafaqqun ‘Alaih). Di sini turunnya Allah tidak sama
dengan turunnya makhluk-Nya, namun turunnya Allah sesuai dengan kebesaran dan
keagungan dzat Allah. Ahlussunnah hanya mengimani bahwa Allah memang turun ke langit
dunia. Tapi tidak membahas hakikat bagaimana Allah turun apalagi menyamakan turunnya
Allah dengan turunnya makhluk.

Tauhid Ubudiyah

Yang dimaksud dengan ubudiyah adalah hal penyembahan kepada Allah. Tidak ada
yang lain yang berhak disembah kecuali hanya Allah yang wajib disembah (dipuja), tanpa
sekutu dalam pemujaan-Nya.

Allah berfirman ;

“ iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in(u) ”

hanya kepada Engkau-lah (Allah) kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah
kami memohon pertolongan. (Quran surat Al-Fatihah:5)

Anda mungkin juga menyukai