Anda di halaman 1dari 15

Angger Pribadi XII TITL 1 /07

Makalah Akhlak Tercela

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
agama ini dengan baik.
Penulisan makalah yang  bersifat  sederhana  ini, dibuat berdasarkan tugas kelompok
yang di berikan  oleh  guru  pembimbing kami yaitu Ibu Susilowati, S.Ag  dalam materi yang
berjudul Akhlak Tercela.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun,
menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. Di samping itu, kami
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan telah banyak membantu kami dalam
menyelesaikan pembuatan sebuah  makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun dalam
bentuk materi sehinggadapat terlaksana denan baik.
Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih banyak
kekurangan serta amat  jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami semua telah berusaha
semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping itu, kami sangatt 
mengharapkan kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi tercapainya
kesempurnaan yang di harapkan dimasa akan datang.

,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….…………….         i


Daftar Isi …………………………………………….…………………………………..        
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………..………………………          1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………….          2
1.3. Tujuan Masalah ……………………………………………………….……………          2
1.4. Manfaat Masalah ……………………………………………………………. ……           2
BAB II. PEMBAHASAN
3.1. Buruk Sangka …………………………………………………..……………………        3
3.2. Gibah …………………………………………………….………………………….         5
3.3. Larangan Berbuat Boros…………………………………………………………….         7
3.4. Hasad………………………………………………………………………………..       11
3.5. Namimah ……………………………………………………………………………       12
BAB III. PENUTUP
4.1. Simpulan …………………………………………………………………………..          14
4.2. Saran …………………………………………………….…………………………         14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….…………………………        
15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perilaku Tercela adalah perbuatan yang tidak Diridhoi oleh Allah. Seorang Menganiaya
berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas, mengambil
hak orang lain dengan paksa dan lain-lainnya. Aniaya termasuk perbuatan tercela yang
dibenci Allah SWT bahkan sesama manusia. Berbuat Aniaya berarti berbuat dosa. Oleh
karena itu, aniaya akan mendatangkan akibat-akibat buruk yang akan diterima oleh
pelakunya. Dewasa ini banyak sekali perilaku aniaya bahkan telah menjadi trend dikalangan
orang yang memiliki kedudukan tinggi. Mereka selalu menilai seseorang dan memperlakukan
seseorang sesuai dengan status sosialnya. Bila seorang pejabat telah menilai seseorang itu
jauh lebih rendah dari status sosial yang di jabatnya, bukan tidak mungkin ia akan berbuat
seenaknya sendiri. Sungguh moral manusia sudah sangat rusak akibat perilaku tercela
tersebut.
Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak-akhlak
buruk atau tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan merusak
dirinya serta kehidupan masyarakat. Akhlak buruk itulah yang disampaikan oleh rasulullah
yang ditunjukkan oleh kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran yang
disampaikan rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu
jalal, Walid bin mugirah, Akhnas bin syariq, Aswad bin abdi Yaquts. Oleh karena itu, iman
merupakan suatu pengakuan terhadap kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkat kan
kualitas nya melalui sikap dan perilaku terpuji.
Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri manusia selalu berdampingan dan
terlihat dalam perilaku sehari-hari. Apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan, maka
terpujilah sikap orang tersebut. Sebaliknya, apabila perilaku seseorang menmpilkan kebaikan
atau kejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat tercela sangat dilarang oleh Allah
SWT dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari karena akan merugikan diri sendiri
maupun orang lain.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1.      Jelaskan pengertian dari sifat Ghibah?
1.2.2.      Jelaskan pengertian dari Prasangka Buruk?
1.2.3.      Jelaskan pengertian dari sifat Hasad?
1.2.4.      Jelaskan pengertian dari sifat Boros?
1.2.5.      Jelaskan pengertian dari sifat Namimah?
1.3. Tujuan Masalah
1.3.1.      Untuk mengetahui pengertian dari sifat gibah.
1.3.2.      Untukl mengetahui pengertian dari berprasangka buruk.
1.3.3.      Untuk mengetahui pengertian dari sifat hasad.
1.3.4.      Untukn mengetahui pengertian dari berperilaku boros.
1.3.5.      Untuk mengetahui pengertian dari sifat namimah.

1.4. Manfaat Masalah


1.4.1.      Agar kita dapat mengetahui bagaimana sifat ghibah.
1.4.2.      Agar kita mengetahui bagaimana prilaku buruk.
1.4.3.      Agar kita mengetahui bagaimana sifat hasad.
1.4.4.      Agar kita mengetahui bagaimana sifat boros.
1.4.5.      Agar kita mengetahui bagaikmana penjelasan namimah.

BAB II
PEMBAHASAN
Didalam kehidupan ini banyak sekali kita menjumpai perilaku tercela namun kita akan
membahas sebagian dari perilaku tercela tersebut yaitu sebagai berikut :

2.1              Buruk Sangka


Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek
tanpa adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkanya. Dan perbuatan itu dapat
membuat pelakunya mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang
kotor dan itu sangat di sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati,jika hati seseorang
bersih dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun jika
hatinya kotor maka tubuhnya akan ikut ter kotori karna hati itu yang menyebarkan darah yang
mengalir dari jantung ke setiap sendi-sendi dalam tubuh manusia dan bayangkan jika darah
itu telah terkotori dengan dosa dan noda.
Dalam hadis kudsi bahwasanya dari Abu Dzar Al-Ghifari ra.Rasulullah bersabda tentang apa
yang beliau riwayatkan dari rabb-nya ‘Azza wa Jalla, sesungguhnya Dia berfirman,

     “Wahai hamba-ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman itu haram di antara
kamu. Oleh karna itu, janganlah kamu saling Menzalimi.(H.R Muslim)[1][4].

Buruk sangka itu termasuk perbuatan zalim karna kita telah memberikan perasangka tidak
baik pada sesuatu padahal sesuatu/seseorang itu belum tentu buruk karena yang pantas
mengadili sesuatu baik atau buruknya hanya-lah Allah semata karena kita manusia sangat
banyak kekurangan dalam segala hal dan bagaimana kita mengatakan sesuatu itu buruk
sedangkan kita sendiri tidak tahu apakah kita sudah termasuk orang yang terbebas dari dosa
dan noda serta keburukan dalam hati kita serta hidup kita dalam sehari-hari. Dan Allah juga
telah berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi :

C‫ْض الظَّ ِّن ِإ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسسُوا‬ َ ‫ين آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِم َن الظَّ ِّن ِإ َّن بَع‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
ۚ ُ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا ۚ َأي ُِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموه‬
ُ ‫َواَل يَ ْغتَبْ بَ ْع‬
‫َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ تَ َّوابٌ َر ِحي ٌم‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang”. (Q.S Al-Hujurat :12)
Apalagi kalau kita berperasangka buruk pada masalah-masalah Aqidah yang harus di
yakini apa adanya. Buruk sangka dalam hal ini adalah haram seperti yang telah Allah
gambarkan dalam Al-Qur’an surah Al-hujurat di atas bahwasanya Allah sangat melarang hal
demikian karna dapat menjerumuskan kita pada perbuatan dosa dan perbuatan dosa itu akan
di mintai pertanggung jawaban di akhirat kelak oleh Allah dan sebaiknya kita berperasangka
terhadap masalah-masalah kehidupan agar memiliki semangat untuk menyelidikinya, dan
perkara seperti ini di bolehkan karna dapat membawa seseorang pada sesuatu yang
bermanfaat bagi hidupnya dan orang lain untuk sumber ilmu yang baru.
Rasulullah SAW bersabda :
"Hindarilah prasangka, karena prasangka itu berita yang paling bohong."
(HR. Muslim).

2.2              Gibah
Secara bahasa, gibah (menggunjing) adalah menceritakan keburukan (keaiban) orang lain.
Secara istilah berarti membicarakan kejelakan dan kekurangan orang lain dengan maksud
mencari kesalahan-kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlak ataupun bentuk
lahiriyahnya. Gibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun bisa terjadi dengan tulisan atau
gerakan tubuh. Apabila hal itu berhubungan  dengan agama seseorang, ia akan mengatakan
bahwa ia pembohong, fasik, munafik, dan lain-lain.  Dalam hadist dikatakan :

:‫ َأتَ ْدر ُْو َن بِ ْال ِغ ْيبَ ِة؟ قَالُ ْوا‬:‫ال‬


َ َ‫ ق‬.‫م‬.‫ َأ َّن َرس ُْو َل هللاِ ص‬.‫ض‬.‫َو َع ْن َأبِى هُ َري َْرةَ ر‬
‫ان ِفي‬ َ ‫ْت اِ ْن َك‬ َ ‫ قِي َْل َأفَ َرَأي‬،ُ‫اك بِ َما يُ ْك َره‬ َ ‫ُك َأ َخ‬ َ َ‫ ق‬،‫ َأ ْعلَ ُم‬Cُ‫هللاُ َو َرس ُْولُه‬
َ ‫ ِذ ْكر‬:‫ال‬
‫ َواِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِ ْي ِه َما‬،ُ‫ان فِ ْي ِه َما تَقُ ْو ُل فَقَ ِد ا ْغتَ ْبتَه‬ َ َ‫َأ ِخي َما َأقُ ْولُ؟ ق‬
َ ‫ اِ ْن َك‬:‫ال‬
‫ (رواه مسلم‬،ُ‫تَقُ ْو ُل فَقَ ْد بَهَتَه‬
Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah SAW bersabda: ”Tahukah kamu apakah
gibah itu?”Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasulnya lebih mengetahui”. Lalu Nabi
bersabda: menyebut saudaranya dengan apa yang tidak disukainya. Lalu Rasul ditanya:
“Bagaimanakah pendapat engkau kalau itu memang (kejadian) sebenarnya dan apa
adanya?” Nabi menjawab: “Walaupun yang kamu katakan itu benar begitu, itulah disebut
Gibah. Akan tetapi jikalau menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya, berarti kita telah
menuduhnya dengan kebohongan atau fitnah”. (H.R. Muslim).

Dari hadis diatas dapat kita ambil hikmah bahwasanya kita dilarang menceritakan
kejelekan saudara kita walaupun dibelakangnya, sekalipun sesuatu itu benar-benar terjadi,
sedangkan ia tidak menyukai jika ia mendengar apa yang kita katakan kepada saudara kita
yang lain dan dapat juga mencemarkan nama baik saudara kita dalam bermasyarakat. Allah
SWT menggambarkan bahwa seseorang yang menggunjing itusama dengan memakan daging
bangkai yang tentunya sangat menjijikkan.
Apabila kita mendengar seseorang yang melakukan gibah atau membicarakan hal-hal
yang kotor lainya tentang seseorang maka kita hendaklah menghindar karena kita dapat
resiko yaitu mendapat dosa dari Allah karena kita membiarkan suatu kemungkaran dan tanpa
mencegahnya bahkan kita ikut bergabung dalam perbuatan mungkar tersebut. Seperti Firman
Allah SWT (QS al Qhasshas ayat 55)
Islam melarang perbuatan ghibah tersebut dengan maksud untuk menjaga keimanan serta
menjaga dari perbuatan maksiat kepada Allah SWT, karena sesungguhnya sesama muslim
dilarang membuka aib

Tidak semua jenis gibah dilarang dalam agama. Ada beberapa jenis gibah yang
diperbolehkan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang benar dan tidak mungkin tercapai
kecuali dengan gibah. Gibah yang diperbolehkan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Melaporkan perbuatan aniaya yang dilakukan oleh seseorang.
b.      Usaha untuk mengubah kemungkaran dan membantu sesorang keluar dari perbuatan maksiat.
c.       Gibah untuk tujuan meminta nasihat.
d.      Gibah untuk memperingatkan pada kaum muslim tentang suatu fatwa.
e.       Memberi penjelasan dengan suatu sebutan yang terkenal pada diri seseorang meskipun itu
sesuatu yang buruk, seperti si bisu, si pincang dan lain-lain.

Contoh perilaku gibah antara lain :


a.       Membicarakan kburukan orang lain melaui lisan, seperti antartetangga yang satu dengan
yang lainnya.
b.      Membicarkan keburukan orang lain melalui bahasa isyarat.
c.        Membicarakan keburukan orang lain melalui gerakan tubuh dengan maksud mengolok-
ngolok.
d.      Membicarkan keburukan orang lain melalui media massa tanpa ada maksud untuk kebaikan.
Karena gibah termasuk dosa dan sering membawa kepada permusuhan, maka hindarilah
kebiasaan bergibah. Berikut ini di antara cara supaya terhindar dari perilaku gibah:
a.       Selau mengingat bahwa perbuatan gibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah
SWT.
b.      Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang yang
digunjingnya.
c.       Hendaknya orang yang melakukan gibah mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan
segera berusaha memperbaikinya.
d.      Menjauhi factor-faktor yang menimbulkan terjadinya gibah.
e.       Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan gibah.

Adapun cara taubat bagi orang yang melakukan gibah, yakni sebagai berikut :
a.      Menarik kembali kabar bohong yang dia sampaikan dahulu.
b.      Meminta maaf atau meminta untuk di halalkan kepada yang di fitnah.
c.      Meminta ampun pada Allah atas perbuatanya (melakukan gibah).

Adapun pengaruh negatif yang ditimbulkan dari perilaku ghibah antara lain:
a.       Menimbulkan fitnah
b.      Menyebabkan perpecahan dan permusuhan
c.       Merusak nama baik pada diri sendiri dan orang lain
d.      Dapat merusak keimanan

2.3              Larangan Berbuat Boros (Konsumtif)


     Boros adalah Perbuatan boros adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan dalam
menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan saja. Dengan
terbiasa berbuat boros seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan di
sekitarnya,sulit membedakan antara yang halal dan yang haram,mana boleh mana tidak boleh
dilakukan, dan lain sebagainya. Alloh SWT menyuruh kita untuk hidup sederhana dan hemat,
karena jika semua orang menjadi boros maka suatu bangsa bisa rusak/hancur. Menurut para
sahabat pengertian sikap boros dalam pandangan islam :
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan
sesuatu bukan pada jalan yang benar.”
Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan
yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan satu
mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir
(pemborosan).”

Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah


dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat
kerusakan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8: 474-475).

Ibnul Jauzi berkata bahwa yang dimaksud boros ada dua pendapat di kalangan para ulama:

1. Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat kita lihat
dalam perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas.
2. Boros berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu ‘Ubaidah
berkata, “Mubazzir (orang yang boros) adalah orang yang menyalahgunakan, merusak
dan menghambur-hamburkan harta.” (Zaadul Masiir, 5: 27-28)

Dalam hadist Rasulullah saw bersabda :

،ً‫ضى لَ ُك ْم ثَالَثا‬
َ ْ‫ ِإ َّن هللاَ تَ َعالَى يَر‬:.‫م‬.‫ال َرس ُْو ُل هللاِ ص‬ َ َ‫ ق‬.‫ض‬.‫َع ْن َأبِى هُ َري َْرةَ ر‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬
ِ َ‫ َواَ ْن تَ ْعت‬،ً‫ضى لَ ُك ْم اَ ْن تَ ْعبُ ُد ْوهُ َوالَ تُ ْش ِر ُك ْوا بِ ِه َشيْئا‬
‫ص ُم ْوا بِ َحب ِْل‬ َ ْ‫ فَيَر‬،ً‫َويُ ْك ِرهُ لَ ُك ْم ثَالَثا‬
‫( رواه‬.‫ضا َعةُ ْال َما ِل‬ َ ِ‫ال َوا‬ِ ‫ال َو َك ْث َرةُ ال ُّسَؤ‬
َ َ‫ َويُ ْك ِرهُ لَ ُك ْم قِي َْل َوق‬،‫هللاِ َج ِميْعا ً َوالَ تَفَ َّرقُ ْوا‬
)‫مسلم‬.
Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW.bersabda”sesungguhnya Allah
SWT.menyukai tiga macam yaitu,kalau kamu menyembah kepadan-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.Dan supaya kamu berpegang teguh dengan
ikatan Allah,dan janganlah bercerai-berai.Dan Dia membenci bila kamu banyak bicara dan
banyak bertanya dan memboroskan harta.” (H.R Muslim).

Dari hadist di atas mengandung enam hal ; tiga hal yang Allah sukai dan tiga hal yang
Allah di benci-Nya,yaitu :
1.    Allah suka bila hamba-Nya menyembah padan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.
2.  Allah suka kalau hamba-Nya berpegang teguh dengan ikatan Allah;
3.  Allah suka kalau hamban-Nya  tidak bercerai-berai
4.  Allah membenci hamba-Nya yang banyak bicara
5.  Allah membenci hamba-Nya yang banyak bertanya sesuatu tidak berguna.
6.  Allah membenci hamba-Nya yang memboros kan harta.

Dari isi kandungan hadis di atas kita akan kita fokuskan pada poin enam  yakni sesuai
dengan pembahasan dalam topik yang akan kita bahas tentang pemborosan harta atau
lajimnya di sebut konsumtif karna pembahasan tentang pemborosan ini sangat penting kita
kaji karna dari dulu sampai sekarang sikap pemborosan tidak pernah terlepas dalam
kehidupan manusia yang bermasyarkat karna kecenderungan manusia ingin memiliki sesuatu
walaupun kadang sesuatu itu tidak bermanfaat baginya dan melebihi kebutuhan yang ia
butuhkan,

Disamping mencela sikap kikir,Islam juga mencela orang yang suka memboroskan
hartanya terhadap hal-hal yang tidak berguna  bagi dirinya serta keluarganya karna dalam
islam kita di anjurkan untuk senatiasan membagikan harta kita kepada orang lain yang
membutuhkan harta yang miliki karna tidak semua manusia mendapat keberuntungan seperti
manusia lainya, jadi manusia yang memiliki harta yang lebih seharusnya membagikan kepada
saudaranya karna dalam Islam kita di ajarkan untuk saling melengkapi dan saling memberi
sehingga adanya perintah di wajibkanya jakat bagi orang-orang yang memiliki harta yang
sampai  pada batas nisaf sesuai yang telah di tentukan.
Dalam kitab Al-Qur’an telah di sebutkan larangan tentang bersikap boros :

‫السبِ ِيل َوال ُتبَ ِّذ ْر َتْب ِذ ًيرا‬ ِ ِ ِ


َ ‫َوآت َذا الْ ُق ْرىَب َح َّقهُ َوالْم ْسك‬
َّ ‫ني َوابْ َن‬
‫ورا‬ ‫ف‬
ُ ‫ك‬َ ِِّ‫ني و َكا َن الشَّيطَا ُن لِرب‬
‫ه‬ ِ ‫ِإ َّن الْمب ِّذ ِرين َكانُوا ِإخوا َن الشَّي‬
ِ ‫اط‬
ً َ ْ َ َ َْ َ َُ
Artinya :  “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra’ : 26-27)

ِ ‫ َوا ْش َربُوا َواَل تُس‬C‫ ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلِّ َمس ِْج ٍد َو ُكلُوا‬C‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا‬
‫ْرفُوا ۚ ِإنَّهُ اَل‬
‫ين‬
َ ِ‫ْرف‬ِ ‫ي ُِحبُّ ْال ُمس‬
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS: Al-A'raf Ayat: 31)

Allah sangat melarang perbuatan pemborosan yang dapat merugikan diri sendiri secara
moral dan merugikan saudara semuslim yang membutuhkan harta dari muslim lainnya yang
memiliki harta yang berlebih dan mampu untuk ia lebih ia bagikan, namun dia lebih suka
membelanjakan hal-hal yang tidak ada manfaatnya.
Beberapa Contoh Sifat Boros dalam Kehidupan Sehari-Hari :
1. Gemar beli produk yang mahal-mahal karena gengsi
2. Suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli
3. Boros dalam mengunakan air bersih dan air minum
4. Pengeluaran lebih besar dari penghasilan (kecuali penghasilan rendah)
5. Suka menyisakan dan membuang-buang makanan
6. Senang membeli barang yang tidak perlu
7. Boros listrik, air, pulsa telepon, bensin, gas, dan lain-lain
8. Memiliki hobi yang mahal biayanya
Beberapa Efek/Dampak Buruk Perilaku/Gaya Hidup Boros :
1. Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
3. Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh
4. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
5. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb
6. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
7. Bisa stres atau gila jika hartanya habis
8. Bisa terlilit hutang besar yang sulit dilunasi
9. Sumber daya alam yang ada menjadi habis
10. Tidak punya tabungan untuk saat krisis
Oleh sebab itu mari kita hindari sifat boros dalam hidup kita agar kita bisa hidup bahagia
tanpa harta yang banyak bersama seluruh anggota keluarga kita. Ada peribahasa hemat
pangkal kaya, sehingga dengan menjadi orang yang bergaya hidup sederhana walaupun kaya
raya maka hartanya akan berkah dan terus bertambahdari waktu ke waktu.
2.4     Hasad (Dengki)
   Hasad (dengki) secara bahasa berarti menaruh perasaan benci, tidak suka karena iri yang
amatsangat kepada keberuntungan orang lain. Secara istilah adalah usaha seseorang untuk
mempengaruhi orang lain supaya tidak senang terhadap orang yang memperoleh
keberuntungan atau karunia Allah SWT. Hasad biasanya timbul karena adanya permusuhan
dan persainagn untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan penyakit rohani yang sangat
berbahaya, karenanya harus dijauhi. Apabila dibiarkan, akan dapat merusak dan
menghilangkan semua amal kebaikan seseorang. Orang yang dengki menyimpan sifat rakus,
tamak,dendam, serta rasa permusuhan. Pendengki selalu gelisah karena hatinya tidak rela jika
melihat oranglain mendapat kenikmatan dari Allah swt. Hal ini akan membahayakan
kesehatan rohani maupun jasmani.
Nabi Muhammad saw bersabda :

Artinya: “dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda: “Jauhkanlah dirimu dari sifat
hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan, ibarat api yang membakar kayu”
(H.R. Abu Dawud )
Hadist diatas memberikan pelajaran dan mengingatkan kepada kita, betapa kejinya sifat
hasad. Hasad tumbuh di hati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan orang
lain. Sikap ini biasanya di dahului oleh sikap yang menganggap dirinya paling hebat dan
paling berhak mendapatkan yang terbaik sehingga jika melihat ada orang lain yang kebetulan
beruntung, maka ia merasa disaingi.
Jadi, pada dasarnya hasad ini juga berasal dari sikap membesarkan diri atau sombong.
Apabila penyakit hasad (dengki) telah menghinggapi seseorang, maka akan timbul perilaku
yang berbahaya, sehingga dapat menghancurkan nama baik diri-pribadi, orang tua, keluarga,
dan sekolah.

     Contoh perilaku hasad antara lain :


a.       Tidak mnsyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita.
b.      Tidak senang atas keberhasilan atau kebahagiaan orang lain.
c.       Tertawa diats penderitaan orang lain.
d.      Rasa tidak percaya diri atas kekurangan ataupun kelebihan yang kita miliki.
e.       Timbulnya keinginan untuk mencelakan orang lain.

Cara menghindari perialku hasad :


a.       Berusaha untuk mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT.
b.      Menyadari bahwa perilaku hasad sangat berbahya dan harus dijauhi.
c.       Menyadari bahwa perilaku hasad dapat menghapus segala kebaikan yang telah dilakukan
apabila masih suka menghasud.
d.      Berpikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita.
e.       Tetap percaya diri dan optimis dengan kekurangan yang kita miliki.

2.5       Namimah (Mengadu Domba)


Secara bahasa, namimah berarti mengadu domba. Secara istilah, namimah berarti mengadu
domba atau menyebar fitnah antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan agar saling
bermaafan. Menurut Imam Zakaria Yahya bin Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadus salihin,
namimah didefinisikan sebagai berikut :
“Namimah adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan sesame manusia”.
Namimah termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
sebagaimana larangan Allah SWT dalam Al Quran :
Artinya : “Dan janganlah engkau patuhi orang yang suka bersumpah dan suka menghina,
suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah, yang merintangi segala yang baik,
yang melampaui batas dan banyak dosa, yang bertabiat kasar, selain itu juga terkenal
kejahatannya, karena dia kaya dan banyak anak”.
(QS.  AL Qalam: 10-14)
Hadist nabi Muhammad saw juga mengancam bagi orang yang berperilaku namimah tidak
akan masuk surga.
“Dari Khuzaifah r.a. ia mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk
surga orang yang mengadu domba (menebar fitnah)”. (H Muttfaqun ‘Alaihi)
Dalam hadist lain, nabi Muhammad saw bersabda sebagai berikut :
“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah saw melewati dua makm (kuburan) lalu Nabi
bersabda: “Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang di
antaranya disiksa karena selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi karena
tidak bersih ketika bersuci (dari buang air kecilnya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari dalil-dalil diatas menunjukkan betapa besar dosa orang yang mengadu domba
(memfitnah). Sebab dengan adu domba, seseorang dapat saling bertengkar, membunuh,
bahkan berlanjut dengan permusuhan yang berkepanjangan antarkeluarga, dan
antarkelompok. Oleh karena itu, jangan suka mengadu domba (memfitnah) dengan
sesamanya.
Contoh perbuatan namimah antara lain sebagai berikut :
a.       Mempunyai maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu
domba.
b.      Terlalu mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya.
c.       Suka berkumpul/menggosip.
d.      Menjadi provokator
Di antara cara menghindari perilaku namimah sebagai berikut :
a.         Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun
rajin beribadah.
b.        Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negatif tentang orang lain
c.         Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah, seperti
berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip, dan lain-lain.

Maka dari itu, kita sebagai manusia yang beragama janganlah mendekati perbuatan perbuatan
tercela diatas karena akamn merusak aqidah dan akhlak kita. Dan agar kita bias selamat dunia
dan akhirat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
          Berdasarkan dari referensi yang kami baca, maka dapat di simpulkan bahwa didalam
diri manusia terdapat dua sifat, yaitu sifat terpuji dan sifar tercela. Namun pada makalah ini
kami hanya membahas tentang sifat tertcela yang di larang dalam islam. Banyak sekali sifat-
sifat tercela yang ada tetapi kami hanya mengambil beberapa diantaranya adalah buruk
sangka, gibah, boros, hasad, dan namimah. Perilaku tercela merupakan perilaku yang sangat
di benci oleh Allah Swt dan Nabi Muhammad saw karena sifat ini dapat merusak jasmani dan
rohani dari orang yang melakukan sifat tercela tersebut. Allah telah berfirman di dalan kitab
suci al-Qur’an dan Rasulullah saw pun telah bersbda lewat hadist-hadistnya untuk menjauhi
sifat tercela tersebut. Karena sifat tercela dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
3.2  Saran
Sebaiknya kalian menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, karena dapat merusak aqidah
kita. Dan agar kita bisa selamat dunia dan akhirat.
 
    

Anda mungkin juga menyukai