BUHTHAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hadits
Dosen Pengampu : Dr. H. Mahbub Nuryadien, M.Ag.
Disusun Oleh:
Kelompok : 1
1
KATA PENGANTAR
Dengan izin Allah kami sebagai penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan judul “Tingkah Laku Tercela : Buruk Sangka, Ghibah Dan Buhthan”. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Hadits
yang diampu oleh Bapak. Dr. H. Mahbub Nuryadien, M.Ag.
Makalah ini juga disusun dengan keterbatasan ilmu yang kami miliki oleh karena itu
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kami juga menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca makalah ini agar makalah ini dapat diperbaiki sebagaimana
mestinya.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut andil dalam
penyusunan makalah ini. Kami sebagai penulis mengharapkan supaya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khusunya dan umumnya bagi semua pembaca.
Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................1
PEMBAHASAN........................................................................................................................1
A. Definisi Perilaku Tercela.................................................................................................1
B. Perilaku Buruk Sangka....................................................................................................1
C. Larangan Berbuat Ghibah Dan Buhthan.........................................................................1
D. Larangan Berbuat Boros.................................................................................................1
PENUTUPAN............................................................................................................................1
A. KESIMPULAN...............................................................................................................1
B. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................1
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
perubahan banyak pola perilaku yang berdampak pada perilaku diri sendiri maupun
orang lain.
Iman Ibnul Qayyim berkata: “Akhlak yang murahan atau tercela timbul dari
kesombongan dan rendahnya harga diri. Dari kesombongan muncul sifat keras kepala,
tidak adil, tergila-gila pada nilai, kedudukan dan status, suka dipuji padahal tidak
berbuat apa-apa, dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perilaku Tercela
َاَلْم َتَر ِاَلى اْلَم ِاَل ِم ْۢن َبِنْٓي ِاْس َر ۤا ِء ْيَل ِم ْۢن َبْع ِد ُم ْو ٰس ۘى ِاْذ َقاُلْو ا ِلَنِبٍّي َّلُهُم اْبَع ْث َلَنا َم ِلًك ا ُّنَقاِت ْل ِفْي َس ِبْيِل ِۗهّٰللا َق اَل َه ْل
َع َس ْيُتْم ِاْن ُك ِتَب َع َلْيُك ُم اْلِقَتاُل َااَّل ُتَقاِتُلْو ۗا َقاُلْو ا َو َم ا َلَنٓا َااَّل ُنَقاِتَل ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا َو َقْد ُاْخ ِر ْج َنا ِم ْن ِدَياِرَن ا َو َاْبَنۤا ِٕىَن ۗا َفَلَّم ا
ُك ِتَب َع َلْيِهُم اْلِقَتاُل َتَو َّلْو ا ِااَّل َقِلْياًل ِّم ْنُهْۗم َو ُهّٰللا َع ِلْيٌم ۢ ِبالّٰظ ِلِم ْيَن
Artinya : "Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat,
(yaitu) ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah seorang
raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah.” Dia menjawab, “Jangan-
jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga.”
Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah,
sedangkan sungguh kami telah diusir dari kampung halaman kami dan
(dipisahkan dari) anak-anak kami?” Akan tetapi, ketika perang diwajibkan atas
mereka, mereka berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Allah Maha
Mengetahui orang-orang zalim."
Menurut Wahab Ibn Munabbih, “Akhlak yang buruk itu adalah seperti
tembikar yang pecah. Tidak dapat dilekatan lagi dan tidak dapat
dikembalikan lagi menjadi tanah”.Yang termasuk akhlak tercela
diantaranya yaitu: berbuat zalim, kikir, berdusta, khianat, pemarah,
pendendam, curang, takabur, mengadu domba, hasud (dengki atau iri hati),
memutuskan tali silaturahmi, putus asa, mencuri atau mengambil yang
bukan haknya, Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip),
membunuh, dan segala bentuk tindakan atau perbuatan yang tercela yang
bisa berdampak merugikan terhadap orang lain dalam pandangan Islam hal
tersebut termasuk akhlak yang buruk.
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْج َتِنُبْو ا َك ِثْيًرا ِّم َن الَّظِّۖن ِاَّن َبْع َض الَّظِّن ِاْثٌم َّو اَل َتَج َّسُسْو ا َو اَل َيْغ َتْب َّبْعُض ُك ْم َبْعًض ۗا َاُيِح ُّب
َاَح ُد ُك ْم َاْن َّيْأُك َل َلْح َم َاِخ ْيِه َم ْيًتا َفَك ِرْهُتُم ْو ُۗه َو اَّتُقوا َۗهّٰللا ِاَّن َهّٰللا َتَّواٌب َّر ِح ْيٌم
6
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya
Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”
Pikiran buruk seringkali datang dari dalam diri kita sendiri. Hal ini
berbahaya karena akan menghancurkan hubungan dengan orang yang
dianggap jelek, padahal orang tersebut belum tentu jelek seperti yang
mereka yakini. Inilah sebabnya mengapa keraguan sangat berbahaya.
Beberapa peneliti bahkan mengatakan bahwa curiga lebih berbahaya
daripada berbohong.
1
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563
2
kitab Raudhah Al-‘Uqala, hal.131
7
Dan Abu Hatim Bin Hibban Al-busti berkata: “Tajassus adalah cabang
kemunafikan, sebagaimana prasangka baik adalah cabang keimanan.” 3
Orang yang sensitif akan memperlakukan saudaranya dengan baik dan
tidak ingin membuat mereka sedih. Sedangkan orang bodoh akan selalu
berprasangka buruk terhadap saudaranya dan tidak segan-segan melakukan
kejahatan yang membuatnya menderita.” Lalu terjadilah perbincangan,
Sufyan bin Husain berkata: “Suatu hari, aku menyinggung keburukan
seseorang di hadapan Iyas bin Mu. " 'Awiyyah. Dia menatap wajahku dan
berkata: "Apakah kamu pernah berperang melawan Romawi?" Aku
berkata 'Tidak.' Dia lebih lanjut bertanya: “Apakah Anda melawan India di
Sindh atau Turki? Saya pun menjawab "tidak". Beliau bersabda:
“Pantaskah orang-orang Romawi, India, dan Turki bertahan dari
keburukanmu, sedangkan saudara-saudaramu yang muslim tidak selamat
dari keburukanmu? Setelah kejadian ini, saya tidak pernah melakukan hal
seperti itu lagi.4 Sungguh respon yang baik dari Iyas bin Mu'awiyah yang
terkenal itu, cerdas sekali. Dan jawaban di atas adalah contoh
kecerdasannya.”
َم ا ِم ْن َذْنٍب َأْح َر ى َأْن ُيَع ِّج َل ُهللا ِلَص اِح ِبِه اْلُع ُقْو َبَة ِفي الُّد ْنَيا َم َع َم ا ُيَّد َخُر َلُه ِفي ْاآلِخَرِة ِم َن اْلَبْغ ِي َو َقِط ْيَعِة الَّر ِح ِم
‘’Tidak ada perbuatan dosa yang akan disegerakan siksanya bagi pelakunya oleh
Allah di dunia dan ditangguhkan (disimpan) baginya di akhirat melainkan berbuat
sewenang wenang dan memutuskan tali silaturrahmi.” (HR. Ibn Mâjah)5
3
kitab Raudhah Al-‘Uqala, hal 133
4
Kitab Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir 121
5
rifqoh qudsiah, Studi Hadis-Hadis Akhlak Dalam Kitab Arba’în Al-Nawawi, (Jakarta:Uin Syarif
Hidayatullah, 2018), Hal. 108
8
Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa segala hal yang mengarah
kepada permusuhan dan memutus hubungan diantara kaum muslimin itu
dilarang, termasuk berperilaku tercela seperti berburuk sangka, ghibah,
buhthan dan boros.
Ada beberapa poin yang dapat kita tarik terkait dengan pengertian
ghibah di atas, yaitu: Membicarakan keburukan orang lain tanpa
mengetahui apa yang diucapkan, meski dengan kata-kata, sindiran atau
gerak tubuh. Membicarakan rasa malu orang lain. , meskipun apa yang
kita bicarakan itu benar bagi orang yang kita bicarakan. Jika orang yang
dibicarakan mengetahui hal ini, dia tidak akan suka jika orang lain
membicarakan rasa malunya. mencakup kehidupan pribadi, keluarga, dan
spiritual seseorang. Karena berbicara tanpa mengetahui apa yang
diucapkan berarti mengumpat dan tindakan ini sudah pasti mengandung
unsur keinginan untuk merusak harga diri seseorang. Dan dari hadits ini
juga dapat ditegaskan kembali bahwa perbuatan melawan orang lain
adalah perbuatan keji dan menjijikan sebagaimana digambarkan oleh
Allah, gosip atau ghibah diumpamakan dengan seseorang yang memakan
daging saudaranya yang telah meninggal (tubuh saudaranya).
6
Ibnu Qudamah, Jalan Orang-Orang yang Dapat Petunjuk, terjemahan. Kathur Suhardi, hlm. 213
7
Abullah bin Jarullah, Awas Bahaya Lidah, terj. Abu Haidar dan Abu Fahmi, hlm. 22-23
9
keputusan).menentukan perkaranya adil), dalam Al-Qur'an surat An-
Nisa ayat 148 Allah berfirman:
ال ُيِح ُّب ُهّٰللا اْلَج ْهَر ِبالُّس ْۤو ِء ِم َن اْلَقْو ِل ِااَّل َم ْن ُظِلَۗم َو َك اَن ُهّٰللا َسِم ْيًعا
َع ِلْيًم ا
10
2) Akibat penyakit jantung, misalnya iri terhadap kesuksesan dan
kejayaan teman atau tetangga, sombong terhadap kehebatan
diri, hingga merendahkan orang lain dengan cara bergosip dan
membalas dendam atas kejahatan yang dilakukan orang lain
terhadap Anda.
3) Untuk melampiaskan kemarahannya yang semakin besar,
ketika marah, ia melakukan tindakan yang menjelek-jelekkan
untuk melampiaskan kemarahannya.
4) Terkadang ada lelucon atau gurauan yang merendahkan orang
lain. Setelah mengetahui beberapa faktor yang mendorong
terjadinya tindakan buruk, sebaiknya menghindarinya dengan
tips berikut:
a) Ingatlah selalu bahwa Allah sangat membenci orang
yang menjelek-jelekkan saudaranya, maka kebaikan
akan kembali kepada orang yang kita bicarakan dan
sekalipun orang yang kita bicarakan tidak mempunyai
kebaikan maka keburukan akan kembali kepada orang
yang kita bicarakan. . bicara . fitnah.
b) Jika pikiran untuk menjelek-jelekkan Anda muncul di
benak Anda, maka lakukanlah introspeksi dengan
mencermati kesalahan diri sendiri dan selalu berusaha
memperbaikinya. Kamu akan merasa malu jika
membicarakan aib orang lain padahal aibmu sendiri tak
terhitung jumlahnya.
c) Sekalipun kamu merasa tidak punya rasa malu,
hendaknya kamu selalu mensyukuri nikmat yang Allah
anugerahkan kepadamu, tanpa menajiskan dirimu
dengan melakukan dosa ghibah.
d) Lindungi diri Anda dari sifat-sifat tercela, seperti sifat
iri hati, iri terhadap keberhasilan orang lain,
11
kesombongan terhadap kelebihan diri sendiri, dan
hindari sifat dendam.
e) Jika Anda memfitnah karena pengaruh teman Anda,
atau karena takut dikucilkan karena tidak ikut
memfitnah, maka Anda harus selalu ingat bahwa Allah
murka kepada siapa pun yang mencari keridhaan
manusia dengan sesuatu yang membuat Allah murka.
Sifat boros tidak hanya terdapat pada harta tahta dunia, namun juga
dapat terjadi pada hal-hal lain. Seperti hal nya pemborosan tenaga,
pemborosan listrik, pemborosan air, percuma, pemborosan waktu, dan
sebagainya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang boros. Nabi
muhammad saw memberi contoh untuk tidak boros perihal uang. Mulai
dari atribut pakaian yang kita kenakan dan barang bawaan Anda. Nabi
Muhammad SAW tidak pernah menyia-nyiakan apapun bahkan
menggunakan apa yang masih bisa digunakan. Cara mengatasi sifat boros
tersebut adalah dengan berhemat dan yang lebih penting kita harus sadar
bahwa kita tidak bisa membawa pulang kekayaan, kekayaan (duniawi).
Apa yang telah saya lakukan di dunia. Itu sebabnya kita harus bisa
menghemat uang mulai sekarang. Berhemat tidak sama dengan kikir.
Orang yang hemat tidak akan menyia-nyiakan hartanya untuk keperluan
yang tidak penting. Orang yang pelit adalah orang yang sulit
mengeluarkan uang kecuali terpaksa. Allah melarang terhadap
menggunakan harta secara berlebihan atau boros. Islam jelas melarang
sikap ini. Dalam QS. Al-Isra 27 Allah SWT berfirman:
ِاَّن اْلُمَبِّذ ِر ْيَن َك اُنْٓو ا ِاْخ َو اَن الَّشٰي ِط ْيِۗن َو َك اَن الَّشْيٰط ُن ِلَر ِّبٖه َك ُفْو ًر
12
Artinya : “Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan
setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”8
8
https://nu.or.id/superapp
13
kebiasaan orang-orang Arab menumpuk harta yang mereka peroleh dari
rampasan perang, perampokan, dan penyamunan. Harta itu kemudian
mereka gunakan untuk berfoya-foya supaya mendapat kemasyhuran.
Orang-orang musyrik Quraisy pun menggunakan harta mereka untuk
menghalangi penyebaran agama Islam, melemahkan pemeluk-
pemeluknya, dan membantu musuh-musuh Islam. Ayat itu turun untuk
menyatakan betapa jeleknya usaha mereka.
1) Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
2) Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
3) Malas membantu yang membutuhkan & beramal sholeh
4) Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan.
5) Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer
6) Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
7) Bisa stres atau gila jika hartanya habis
8) Bisa terlilit hutang besar yang sulit dilunasi
9) Sumber daya alam yang ada menjadi habis
10) Tidak punya tabungan untuk saat krisis Oleh sebab itu mari kita hindari
sifat boros dalam hidup kita agar kita bisa hidup bahagia tanpa harta yang
banyak bersama seluruh anggota keluarga kita.
Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari sifat boros, antara lain :
14
2) Memperbanyak bersedekah dan membantu orang yang tidak mampu
seperti fakir miskin
3) Meningkatkan ketaqwaan
4) Membiasakan diri hidup sederhana sehingga merasa tentram hati dan
jiwanya
5) Lebih mendekatkan diri kepada Allah swt serta memperbanyak iktikaf
6) Selalu melihat kondisi ekonomi orang lain sehingga dapat menimbulkan
sikap hati-hati dalam mebelajakan uang agar tidak terjerumus ke dalam
lembah kesengsaraan9
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
9
Muhammad Rafli, Tingkah Laku Tercela
15
Secara terminologi ghibah adalah memebicarakan orang lain tanpa
sepengetahuannya mengenai sifat atau kehidupannya, sedangkan jika ia
mendegar maka ia tidak menyukainya. Dan terlebih jika yang dibicarakan
tidak terdapat dalam diri yang dibicarakan itu berarti dusta (buhtan) atau
mengada ada dan itu merupakan dosa yang lebih besar dari ghibah itu
sendiri.
B. DAFTAR PUSTAKA
Abullah bin Jarullah, Awas Bahaya Lidah, terjemahan. Abu Haidar dan Abu
Fahmi, hlm. 22-23
Ibnu Qudamah, Jalan Orang-Orang yang Dapat Petunjuk, terjemahan. Kathur
Suhardi, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007
Kitab Al-Hilyah karya Abu Nu’aim (II/285)
Kitab Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir 121
Kitab Raudhah Al-‘Uqala, hal 133
Rifqoh qudsiah, Studi Hadis-Hadis Akhlak Dalam Kitab Arba’în Al-Nawawi,
(Jakarta:Uin Syarif Hidayatullah, 2018), Hal. 108
16