Disusun oleh :
Kelompok 8
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya nanti.
Kami ucapkan terimakasih banyak kepada bapak Achmad kholik, LC., M.Ag. yang
telah membimbing dan mengarahkan kami, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
ii
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................iv
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................iv
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................1
A. Pengertian Akhlak Tercela.................................................................................................1
B. Macam-macam Akhlak Tercela.........................................................................................3
C. Bagaimana Cara Menghindari Perbuatan
Tercela..............................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................7
A. Kesimpulan........................................................................................................................7
B. Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak tercela?
2. Apa contoh macam-macam akhlak tercela?
3. Bagaiman cara menghindari akhlak tercela?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian akhlak tercela
2. Mengetahu contoh macam macam akhlak tercela
3. Mengetahui cara menghindari akhlak tercela
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tingkah laku tercela adalah suatu sikap atau tindakan yang
tidak baik dan sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan,
antara lain yaitu buruk sangka, ghibah,dan larangan
berbuat boros. Dalam Kitab Ihya (al-muhlikat) Imam Al-
Ghazali menjelaskan tentang makna akhlak dan
hakikatnya. Akhlak yang tercela seperti itu adalah racun
yang dapat membunuh, noda yang nyata, dan dapat
menjauhkan manusia dari Allah. Meninggalkan amoralitas
yang dilarang dan melakukan ketaatan yang diperintahkan
merupakan bentuk penerapan moral, dan al-Ghazali
menegaskan bahwa meninggalkan amoralitas lebih berat
dan lebih sulit daripada melakukan ketaatan.
3
nikmat yang dimiliki saudaranya, ia berharap nikmat
tersebut hilang dari saudaranya tersebut dan menjadi
miliknya seorang. Sedangkan al-Ghabthu yaitu harapan
seseorang memiliki nikmat seperti yang dimiliki
saudaranya tetapi tidak berharap nikmat tersebut hilang
dari saudaranya. ³Menurut al-Ghazâlî (450-505 H/1058-
1111 M), dalam semua keadaan hukum hasad adalah
haram, kecuali hasad terhadap nikmat yang diperoleh fajir
(yang hanyut dalam kemaksiatan) dan orang kafir yang
mana nikmat tersebut digunakan untuk menyebar fitnah,
menciptakan permusuhan dan menyakiti makhluk.
Kebencian terhadap nikmat yang dimiliki fajir dan kafir
serta keinginan agar nikmat tersebut hilang dari mereka
tidaklah membawa mudharat, karena kita tidak
menginginkan nikmat tersebut hilang dari segi bendanya,
akan tetapi dari segi nikmat tersebut digunakan sebagai alat
untuk kerusakan, andaikan nikmat tersebut bukanlah alat
untuk kerusakan tentulah kita tidak menginginkan nikmat
tersebut.
⁴Keempat, Ghibah menurut bahasa berarti umpatan,
fitnah dan gunjingan. ⁵Kemudian kata “umpatan” dalam
kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perkataan
yang memburuk- burukkan orang lain.
4
1
5
yang dibicarakan tidak senang dan tidak ada di tempat
pembicaraan berlansung. Sesuai batasan yang diberikan
oleh hadis nabi seperti yang telah disebutkan. Informasi
yang membicarakan tentang gosip seseorang dapat
dikategorikan dalam gibah, khususnya yang berhubungan
dengan masalah privatisasi seseorang; pribadi dan
keluarganya, serta semua yang berhubungan dengan
dirinya, seperti agama, harta, keturunan, bahkan termasuk
gibah pembicaraan tentang aib antara kelompok
masyarakat. Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
sesuatu obrolan dapat dikatakan gibah bila orang yang
dibicarakan tidak ada dan obyek pembicaraan tentang
kekurangan atau aib seseorang dan orang tersebut tidak
rela dengan pembicaraan itu.
Kelima, namimah (adu domba) adalah menyebarkan
omongan kepada orang banyak yang berisi provokasi dan
niat jahat.
2
⁷ WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia
⁸ Abu al-Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu‘jam Maqayis al-Lugah (Cet. I; Beirut: Dar al Fikr,
1994), h. 818.
⁹ Jamal al-Din Muhammad ibn Makram al-Mansur, Lisan al-‘Arab, jilid 5 (Cairo: Dar alMa‘arif, t.th.),
h. 3323.
¹⁰ Wahbah Az-Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim: Berakhlak dalam Bermasyarakat, (Jakarta: Mizan
Publika , 2014), h.301.
6
C. Cara Menghindari Akhlak Tercela
7
melakukannya maka Allah mengundangnya pada hari kiamat
di depan para makhluk-Nya yang lain agar memilih bidadari
mana yang dikehendakinya.”(HR. Ahmad, Abu Dawud,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
3. Mengubah posisi ketika marah, Rasulullah bersabda, “jika
salah seorang diantara kamu marah sedang ia berdiri,
hendaknya ia duduk jika dengan kemarahannya tersebut
hilang. Namun jika tidak bisa, maka hendaklah berbaring,”
(HR. Ahamad dan Abu Dawud) hal ini disebabkan orang yang
berdiri lebih siap untuk membalas dari pada orang yang duduk
lalu berbaring.
4. Tidak mengucap apapun karena jika seseorang berkata,
boleh jadi perkataan tersebut bisa menambah kemarahannya
atau membuatnya menyesal ketika marahnya telah reda.
Demikian itu karena ia tidak menginginkan perkataan tersebut
keluar dari mulutnya. Rasulullah bersabda, “jika salah satu
diantara kalian
1. Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan agar tidak
timbul suatu masalah.
2. Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang sesama manusia.
3. Mengamalkan ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
8
4. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah Swt dan merasa cukup atas segala
pemberian Allah.
5. Menjauhi seluruh penyebabnya, seperti mengikuti hawa nafsu, persaingan
duniawi yang tidak bersih dan lain-lain.
6. Berhati-hati dalam berbicara, bertindak dan dalam menerima kebenaran
informasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak tercela merupakan sifat yang sangat merugikan diri sendiri dan orang lain
yang mana seharusnya kita hindari agar kita tetap senantiasa bertakwa kepada Allah Swt.
dan senantiasa dicintai- Nya.
Adapun perilaku tercela yaitu ananiyah, ghadab , hasad , ghibah, dan namimah.
Sedangkan cara untuk menghindarinya yaitu membiasakan diri berakhlak terpuji,
mengendalikan marah, berwundhu dan lainnya.
B. Saran
3
Bugha, Musthafa Died. Al-Wafi Syarah Hadits Arbain Imam Nawawi, (Jakarta : Qisthi
Press, 2014) al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn terjemahan dari Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn Menghidupkan ilmu-
ilmu Agama oleh Ismail Yakub (Jakarta: Dâr Ibn Hazm, 1963), Jilid 3, h.1032
Musthafa Died al-Bugha, Al-Wafi Syarah Hadits Arbain Imam Nawawi, (Jakarta : Qisthi Press, 2014),
Hlm. 110-115
Muhammad Idris Patarai, Bahaya Suudzon,)Makassar : De La Macca, 2016(, Hlm. 16-18)
9
Demikian makalah ini kami buat, tentu masih banyak kesalahan dan kekurangan. Kritik
dan saran senantiasa kami harapkan agar menjadi lebih baik lagi dalam membuat makalah ini
semoga makalah ini bermanfaat dan memberi pengetahuan bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abu al-Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu‘jam Maqayis al-Lugah (Cet. I; Beirut: Dar
al Fikr, 1994)
Abû Ḫâmid al-Ghazâlî, Iẖyâ` ‘Ulûm ad-Dîn, Taẖqîq: Asy-Syaẖât ath-Thahân dan ‘Abdullâh
alMinsyâwî, Jilid 3, (Manshûrah: Maktabah al-Îmân, 1996)
Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir; Kamus Arab Indonesia (Cet. IV; Yogyakarta:
Jamal al-Din Muhammad ibn Makram al-Mansur, Lisan al-‘Arab, jilid 5 (Cairo: Dar alMa‘arif,
t.th.),
10
Khalîl Ibn Aẖmad, Kitâb al-‘Ain, Tahqîq: ‘Abd al-Hamîd Hindâwî, Juz 1, (Beirut: Dâr
alKutub al-‘Ilmiyah, 2003)
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VII; Jakarta: PN. Balai Pustaka,
1985)
11