Anda di halaman 1dari 15

TINGKAH LAKU TERCELA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist


Dosen Pengampu: Akhmad Kholik, LC., M.Ag.

Disusun oleh :
Kelompok 8

Nabil Nauval Kamil 33030220112

PRODI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNEVERSITAS ISLAM NEGRI SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya nanti.
Kami ucapkan terimakasih banyak kepada bapak Achmad kholik, LC., M.Ag. yang
telah membimbing dan mengarahkan kami, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Salatiga, 8 Maret 2023

ii
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................iv
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................iv
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................1
A. Pengertian Akhlak Tercela.................................................................................................1
B. Macam-macam Akhlak Tercela.........................................................................................3
C. Bagaimana Cara Menghindari Perbuatan
Tercela..............................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................7
A. Kesimpulan........................................................................................................................7
B. Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap manusia mempunyai akal dan tingkah laku yang berbeda-beda, terutama bagi
orang yang telah baligh, maka ia mampu membedakan perkara baik dan buruk. Sebagian
dari dari kita telah mengetahui dasar atau ilmunya. Namun, dalam kehidupan ini banyak
sekali orang yang melampaui batas dalam pergaulan, sehingga banyak diantara kita yang
melakukan perilaku tercela. Tingkah laku tercela adalah perbuatan yang tidak Allah ridhoi.
Seseorang yang melakukan perbuatan seperti : ghibah, berburuk sangka, marah dan lain-
lainnya. Semua itu adalah tingkah laku tercela, yang mana apabila melakukannya akan
berdosa.
Perilaku tercela dan terpuji akan ada, selalu berdampingan dalam diri manusia yang
terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Apabila tingkah laku seseorang menampilkan
kebaikan, maka terpujilah sikap orang tersebut. Sebaliknya apabila seorang menampilkan
kejahatannya, maka tercela-lah sikap orang tersebut. Tingkah laku tercela sangat dilarang
oleh Allah SWT dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari kerena akan merugikan
diri sendiri maupun orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak tercela?
2. Apa contoh macam-macam akhlak tercela?
3. Bagaiman cara menghindari akhlak tercela?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian akhlak tercela
2. Mengetahu contoh macam macam akhlak tercela
3. Mengetahui cara menghindari akhlak tercela

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Tercela

‫ّٰل‬ ‫ّٰل ِه‬ ‫ِض ّٰل‬


‫ َال َحَتاَس ُد واَو اَل َتَناَج ُش وا َبِي ُع‬: ‫َعْن َٔايِب هَر ي َر َة َر َي ال ُه َعْن ُه َق اَل َرُس ْو ُل ال صلى ال ه عليه و سلم‬
‫ِذ‬ ‫ِل‬ ‫ِل‬ ‫ِل‬ ‫ِع ّٰل ِه ِا‬
‫َبُعُض ُك ْم َعَلى َبْي ِع َبْع ٍض َو ُك وُنوا َباَداا ل ْح َو اًن اْلُمْس ُم َٔاُخ ْو اْلُمْس ِم اَل َيْظ ُم ُه َو اَل ْخَيُذُل ُه َو اَل َيَك ُبُه‬
‫ِٔا‬
‫َو ُيِش ْيُر ىَل ُص ْد ِرِه َثاَل َث َم َّر اٍت َحِبَس ِب اْم ِر ٔى ِم َن الَّش ِّر ِحَيِق َر َٔاَح اُه ا ْس ِلُم ُك ُّل‬،‫الَّتْق َو ى َهُه َن ا‬.‫َو اَل ْحَيِق ُر ُه‬
‫ُمل‬
‫ِع‬ ‫ٍه‬ ‫ِل‬ ‫ِل‬
‫اُملْس ِم َعَلى اْلُمْس ِم َح َر اُم َدُم َو َم ا ُلُه َو ْر َض ُه‬
‫رواه مسلم‬

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata :


Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling
marah dan Saling memutuskan hubungan. Dan janganlah
kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang
lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang
lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya,
tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu
disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali).
Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia
menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas
muslim yang lain; haram darahnya, hartanya dan
kehormatannya. (Riwayat Muslim)

1
Tingkah laku tercela adalah suatu sikap atau tindakan yang
tidak baik dan sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan,
antara lain yaitu buruk sangka, ghibah,dan larangan
berbuat boros. Dalam Kitab Ihya (al-muhlikat) Imam Al-
Ghazali menjelaskan tentang makna akhlak dan
hakikatnya. Akhlak yang tercela seperti itu adalah racun
yang dapat membunuh, noda yang nyata, dan dapat
menjauhkan manusia dari Allah. Meninggalkan amoralitas
yang dilarang dan melakukan ketaatan yang diperintahkan
merupakan bentuk penerapan moral, dan al-Ghazali
menegaskan bahwa meninggalkan amoralitas lebih berat
dan lebih sulit daripada melakukan ketaatan.

Akhlak tercela adalah tingkah laku yang tercela atau


perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan
menjatuhkan martabat manusia. Sifat yang termasuk
akhlak tercela adalah segala sifat yang bertentangan
dengan akhlak terpuji, antara lain yaitu buruk sangka,
ghibah dan buhtan, boros, kufur, syirik, munafik, fasik,
murtad, takabur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil,
bakhil, dendam, khianat, tamak, ujub, mengadu domba,
sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan
merusak alam. Demikian itulah berbagai macam contoh
dari tingkah laku tercela.

B. Macam-macam Akhlak Tercela

Pertama Ananiyah ini adalah karakter alami


2
yang ada pada diri setiap insan apabila ia diperlakukan
sesuai dengan batas koridor yang ada. Namun apabila
melampaui kadarnya, sehingga menjelma menjadi sebuah
sikap jumawa, sombong, meremehkan orang lain,
menganggap orang lain itu kecil, menyepelekan pendapat
orang lain, serta senantiasa berusaha untuk menguasai
orang lain, maka ini adalah bahaya laten serta penyakit
yang membinasakan. Maka dari itu seorang manusia yang
terkena virus ini tidak akan mau mengakui kesalahan. Dan
ia senantiasa menyangka dirinya selalu benar, merasa
bersih dari kesalahan dan ketergelinciran. Ia tidak
memahami bahwa mengakui kesalahan itu sebagai bentuk
memuliakan akal manusia.
Kedua, ghadab harfiah berarti “marah” atau
“pemarah”, atau disebut juga dengan temperamental.
Ghadab dalam arti pemarah merupakan salah satu sifat
negatif. Bila ditinjau definisi marah merupakan suatu
reaksi terhadap hambatan yang menjadi sebab gagalnya
suatu usaha atau suatu perbuatan dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. Dalam bahasa indonesia “amarah” sama
dengan kata “marah”, yakni suatu keadaan atau sifat dari
seseorang pada saat ia merasakan tidak senang atau tidak
merasa nyaman karena sedang menghadapi suatu hambatan
atau diperlakukan tidak sepantasnya, dapat juga bermakna
gusar atau berang.

¹Ketiga, Hasad dalam kamus al-‘Ain disebutkan lafadz


ẖasad adalah mashdar dari fi’il ẖasada yaẖsudu ẖasadan.
²Dalam kamus Lisân al-‘Arab disebutkan asal kata ẖasad
adalah Qasyr (lapisan kulit luar), Ibn Mandzûr mengutip
perkataan al-Azharî dari Ibn al-A’râbî (w. 543 H) bahwa
hasad menguliti hati seperti kutu menguliti kulit kemudian
menghisap darahnya. Hasad yaitu ketika seseorang melihat

3
nikmat yang dimiliki saudaranya, ia berharap nikmat
tersebut hilang dari saudaranya tersebut dan menjadi
miliknya seorang. Sedangkan al-Ghabthu yaitu harapan
seseorang memiliki nikmat seperti yang dimiliki
saudaranya tetapi tidak berharap nikmat tersebut hilang
dari saudaranya. ³Menurut al-Ghazâlî (450-505 H/1058-
1111 M), dalam semua keadaan hukum hasad adalah
haram, kecuali hasad terhadap nikmat yang diperoleh fajir
(yang hanyut dalam kemaksiatan) dan orang kafir yang
mana nikmat tersebut digunakan untuk menyebar fitnah,
menciptakan permusuhan dan menyakiti makhluk.
Kebencian terhadap nikmat yang dimiliki fajir dan kafir
serta keinginan agar nikmat tersebut hilang dari mereka
tidaklah membawa mudharat, karena kita tidak
menginginkan nikmat tersebut hilang dari segi bendanya,
akan tetapi dari segi nikmat tersebut digunakan sebagai alat
untuk kerusakan, andaikan nikmat tersebut bukanlah alat
untuk kerusakan tentulah kita tidak menginginkan nikmat
tersebut.
⁴Keempat, Ghibah menurut bahasa berarti umpatan,
fitnah dan gunjingan. ⁵Kemudian kata “umpatan” dalam
kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perkataan
yang memburuk- burukkan orang lain.

⁶Dapat pula diartikan penggunjingan yang diidentikkan


dengan kata gosip, yaitu kata negatif tentang seseorang.

4
1

⁷ Gibah diidentikkan dengan umpatan, pergunjingan dan


gosip. Ghibah adalah bahasa Arab dan telah populer di
kalangan masyarakat muslim Indonesia. Kata ini berasal
dari tiga huruf yaitu: ‫ غ ي ب‬yang mempunyai arti dasar
sesuatu yang tersembunyi dari mata. ⁸ Dari kata ini,
terciptalah kata al-ghaib yang berarti sesuatu yang tidak
nampak, dan al- ghibah. merupakan istilah yang
menunjukkan kepada hal yang membicarakan tentang
keburukan atau aib seseorang yang tidak ada. ⁹Dan orang
1
¹ Tim penysun kamus besar bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1990), 26.
² Khalîl Ibn Aẖmad, Kitâb al-‘Ain, Tahqîq: ‘Abd al-Hamîd Hindâwî, Juz 1, (Beirut: Dâr alKutub
al-‘Ilmiyah, 2003), Cet. 1, h. 31
³ Ibn Mandzur, Lisân al-‘Arab, (Kairo: Dâr al-Ma’ârif, t.t.), Jilid 2, h. 868
⁴ Abû Ḫâmid al-Ghazâlî, Iẖyâ` ‘Ulûm ad-Dîn, Taẖqîq: Asy-Syaẖât ath-Thahân dan ‘Abdullâh
alMinsyâwî, Jilid 3, (Manshûrah: Maktabah al-Îmân, 1996), Cet. 1, h. 268
⁵ Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir; Kamus Arab Indonesia (Cet. IV; Yogyakarta: pustaka
rogressif, 1997), h.1025
⁶ WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VII; Jakarta: PN. Balai Pustaka,
1985), h. 1125.

5
yang dibicarakan tidak senang dan tidak ada di tempat
pembicaraan berlansung. Sesuai batasan yang diberikan
oleh hadis nabi seperti yang telah disebutkan. Informasi
yang membicarakan tentang gosip seseorang dapat
dikategorikan dalam gibah, khususnya yang berhubungan
dengan masalah privatisasi seseorang; pribadi dan
keluarganya, serta semua yang berhubungan dengan
dirinya, seperti agama, harta, keturunan, bahkan termasuk
gibah pembicaraan tentang aib antara kelompok
masyarakat. Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
sesuatu obrolan dapat dikatakan gibah bila orang yang
dibicarakan tidak ada dan obyek pembicaraan tentang
kekurangan atau aib seseorang dan orang tersebut tidak
rela dengan pembicaraan itu.
Kelima, namimah (adu domba) adalah menyebarkan
omongan kepada orang banyak yang berisi provokasi dan
niat jahat.

¹⁰ Menurut Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-


Nawawi, definisi namîmah adalah merekayasa omongan,
menghasut, memprovokasi untuk menghancurkan manusia.
2

2
⁷ WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia
⁸ Abu al-Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu‘jam Maqayis al-Lugah (Cet. I; Beirut: Dar al Fikr,
1994), h. 818.
⁹ Jamal al-Din Muhammad ibn Makram al-Mansur, Lisan al-‘Arab, jilid 5 (Cairo: Dar alMa‘arif, t.th.),
h. 3323.
¹⁰ Wahbah Az-Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim: Berakhlak dalam Bermasyarakat, (Jakarta: Mizan
Publika , 2014), h.301.

6
C. Cara Menghindari Akhlak Tercela

Cara menghindari sifat tercela marah :


1. Melatih dan membiasakan diri dengan berakhlak terpuji
seperti lemah lembut, sabar berpendirian kuat dalam segala
urusan, dan berhati-hati dalam segala tindakan dan mengambil
keputusan.
2. Mengendalikan ketika marah, mengingat efek negative
marah dan keutamaan menahan diri dari marah dan
memaafkan. Allah berfirman, “orang-orang yang menahan
dirinya dari marah dan orang-orang yang memaafkan orang
lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat
baik.”(QS. Al-Imran : 134), Rasulullah bersabda, “siapa saja
yang menahan diri dari marah sedang ia mampu

7
melakukannya maka Allah mengundangnya pada hari kiamat
di depan para makhluk-Nya yang lain agar memilih bidadari
mana yang dikehendakinya.”(HR. Ahmad, Abu Dawud,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
3. Mengubah posisi ketika marah, Rasulullah bersabda, “jika
salah seorang diantara kamu marah sedang ia berdiri,
hendaknya ia duduk jika dengan kemarahannya tersebut
hilang. Namun jika tidak bisa, maka hendaklah berbaring,”
(HR. Ahamad dan Abu Dawud) hal ini disebabkan orang yang
berdiri lebih siap untuk membalas dari pada orang yang duduk
lalu berbaring.
4. Tidak mengucap apapun karena jika seseorang berkata,
boleh jadi perkataan tersebut bisa menambah kemarahannya
atau membuatnya menyesal ketika marahnya telah reda.
Demikian itu karena ia tidak menginginkan perkataan tersebut
keluar dari mulutnya. Rasulullah bersabda, “jika salah satu
diantara kalian

marah, diamlah.” Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali.


(HR. Abu Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud)
5. Berwudhu, marah membangkitkan rasa panas dalam jiwa
sehingga darah bisa naik dan jiwa tidak terkontrol. Dalam
keadaan seperti ini, air bisa mendinginkannya dan
mengembalikannya pada keadaan normal. Rasulullah
bersabda dalam salah satu khutbahnya, “ingatlah,
sesungguhnya marah laksana bara api yang menyala dari hati
manusia.”(HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Cara Menghindari Sifat Buruk Sangka diantaranya :

1. Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan agar tidak
timbul suatu masalah.
2. Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang sesama manusia.
3. Mengamalkan ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

8
4. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah Swt dan merasa cukup atas segala
pemberian Allah.
5. Menjauhi seluruh penyebabnya, seperti mengikuti hawa nafsu, persaingan
duniawi yang tidak bersih dan lain-lain.
6. Berhati-hati dalam berbicara, bertindak dan dalam menerima kebenaran
informasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak tercela merupakan sifat yang sangat merugikan diri sendiri dan orang lain
yang mana seharusnya kita hindari agar kita tetap senantiasa bertakwa kepada Allah Swt.
dan senantiasa dicintai- Nya.
Adapun perilaku tercela yaitu ananiyah, ghadab , hasad , ghibah, dan namimah.
Sedangkan cara untuk menghindarinya yaitu membiasakan diri berakhlak terpuji,
mengendalikan marah, berwundhu dan lainnya.
B. Saran

3
Bugha, Musthafa Died. Al-Wafi Syarah Hadits Arbain Imam Nawawi, (Jakarta : Qisthi
Press, 2014) al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn terjemahan dari Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn Menghidupkan ilmu-
ilmu Agama oleh Ismail Yakub (Jakarta: Dâr Ibn Hazm, 1963), Jilid 3, h.1032
Musthafa Died al-Bugha, Al-Wafi Syarah Hadits Arbain Imam Nawawi, (Jakarta : Qisthi Press, 2014),
Hlm. 110-115
Muhammad Idris Patarai, Bahaya Suudzon,)Makassar : De La Macca, 2016(, Hlm. 16-18)

9
Demikian makalah ini kami buat, tentu masih banyak kesalahan dan kekurangan. Kritik
dan saran senantiasa kami harapkan agar menjadi lebih baik lagi dalam membuat makalah ini
semoga makalah ini bermanfaat dan memberi pengetahuan bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Abu al-Husein Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu‘jam Maqayis al-Lugah (Cet. I; Beirut: Dar
al Fikr, 1994)

Abû Ḫâmid al-Ghazâlî, Iẖyâ` ‘Ulûm ad-Dîn, Taẖqîq: Asy-Syaẖât ath-Thahân dan ‘Abdullâh
alMinsyâwî, Jilid 3, (Manshûrah: Maktabah al-Îmân, 1996)

Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir; Kamus Arab Indonesia (Cet. IV; Yogyakarta:

pustaka rogressif, 1997)

Ibn Mandzur, Lisân al-‘Arab, (Kairo: Dâr al-Ma’ârif, t.t.)

Jamal al-Din Muhammad ibn Makram al-Mansur, Lisan al-‘Arab, jilid 5 (Cairo: Dar alMa‘arif,
t.th.),

10
Khalîl Ibn Aẖmad, Kitâb al-‘Ain, Tahqîq: ‘Abd al-Hamîd Hindâwî, Juz 1, (Beirut: Dâr
alKutub al-‘Ilmiyah, 2003)

Patarai, Muhammad Idris. Bahaya Suudzon, (Makassar : De La Macca, 2016)

Wahbah Az-Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim: Berakhlak dalam Bermasyarakat, (Jakarta:


Mizan Publika , 2014)

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VII; Jakarta: PN. Balai Pustaka,
1985)

11

Anda mungkin juga menyukai