OLEH
Akhlak yang buruk merupakan sikap yang tidak baik, baik dari segi agama
maupun pandangan masyarakat. Oleh karenanya tidak dapat dibenarkan suatu
gagasan atau pendapat yang dapat membenarkan perilaku atau sikap terkait
akhlak yang buruk ini. Akhlak bukan hanya memberitahu mana yang baik dan
mana buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong seseorang agar dapat
memahami betul apa itu akhlak yang baik dan apa itu akhlak yang buruk.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama dizaman sekarang ini
dimana mudahnya kita dalam bergaul dan berteman baik itu didunia maya
ataupun didunia nyata. Telah kita lihat bersama banyaknya sikap atau karakter
manusia zaman sekarang ini itu menganggap bahwasanya pergaulan bebas dan
perkataan yang tidak baik itu adalah suatu hal yang tidak masalah atau suatu hal
yang wajar untuk dilakukan, tanpa memikirkan dampak dan larangan agamanya
sendiri.
Bahkan sebagian dari mereka sering beranggapan aneh dengan mereka
yang lebih orientasinya kepada agama dan mengamalkannya secara baik, baik
dari segi pergaulan ataupun ucapan. Mereka sering mengatakan kepada mereka
yang orientasinya kepada ajaran agama “kamu itu ketinggalan zaman hello,
sekarang ini zaman sudah berubah jadi terlalu fanatik dengan agama”, cara
berfikir mereka tentulah tidak dibenarkan. Karena cara berfikir seperti itu tentulah
tidak mencerminkan seorang muslim yang baik dan paham akan agamanya
sendiri.
Oleh karena itu kami disini ingin menguraikan dan menjelaskan apa itu
akhlak yang buruk/tercela, faktor terbentuknya, macam-macamnya, dampak dari
perbuatan itu, dan cara mengatasi atau meminimalisirnya.
PEMBAHASAN
َ َو َّن، گان ُس ْو ُء الْ ُخلُ ِق َر ُجاًل ي َ ْميِش يِف النَّ ِاس لَاَك َن َر ُج َل يِف ُس ْو ٍء
هللا َتَ َعاىَل ل َ ْم خَي ْ لُ ْقيِن َ لَ ْو
ِإ
فَ َّح ًاشا
Artinya: “Seandainya akhlak itu adalah seseorang yang berjalan di
tengah-tengah manusia, ia pasti orang yang buruk, sesungguhnya Allah tidak
menjadikan perangaiku jahat.”
َّن ُس ْو َءالْ ُخلُ ِق يُ ْف ِسدُ الْ َع َم َل اَمَك ي ُ ْف ِسدُ الْ َخ ُّل الْ َع َس َل
ِإ
Artinya: “Sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka
merusak madu.”3
Dapat kita pahami dari apa yang disampaikan Rasulullah bahwasanya
akhlak yang buruk itu adalah akhlak yang sangatlah tidak relevan baik untuk diri
sendiri ataupun diaplikasikan dikhalayak masyarakat. Oleh karena itu kenapa
akhlak yang buruk adalah pangkal dari kesengsaraan, karena sebagaimana yang
dijelaskan Rasulullah bahwasanya akhlak yang buruk akan merusak kebaikan
sebagaimana cuka merusak madu.
Asmaran As mengemukakan bahwa “akhlak buruk sebagai pangkal
kesengsaraan, karena bukan hanya berakibat buruk terhadap diri sendiri
melainkan juga dapat merusak keharmonisan dan kedamaian dalam masyarakat”.4
Akhlak buruk atau biasa disebut madzmumah didefinisikan sebagai akhlak
tercela, segala macam bentuk perbuatan, ucapan, dan perasaan/prasangka
seseorang yang bias merusak iman dan mendatangkan dosa atau mudarat bagi
dirinya sendiri.
3
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya dalam Qadha’ Al-Hawa’ij dan Ath-Thabari dalam
Al-Mu’jam Al-Kabir dan Al-Mu’jam Al-Ausath dari Ibnu Umar.
4
Asmaran, “Pengantar Studi Akhlak”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 62.
1. Akhlak madzmumah dari segi tindakan atau perbuatan
Bila kita lihat dalam kehidupan sehari-hari contohnya yakni zalim
atau menganiaya, bertengkar, mencuri, membunuh, begal, tajassus
(mencari-cari kesalahan orang lain) dan lain sebagainya.
2. Akhlak madzmumah dari segi ucapan
Bila kita lihat dalam kehidupan sehari-hari contohnya yakni
berkata kotor atau kata yang tidak pantas diucapkan, kidzbun atau
dusta, fitnah, namimah atau adu domba, ghibah atau menggunjing dan
lain sebagainya.
3. Akhlak madzmumah dari segi hati
Segala bentuk perasaan atau prasangka tercela yang timbul dalam
hati seseorang yakni khianat, ghadab atau marah, thoma’ atau tamak,
hiqd atau benci, dendam, takabbur, sombong, sum’ah, riya, iri hati,
hasad atau dengki, kufur, nifak atau munafik, syirik, putus asa dan lain
sebagainya.
Ada tiga dosa yang segera dibalas, dalam sebuah hadis:
وب999ن
ٍ لك ذ َ َعن َأيِب بَ ْك
ُّ : ال999صىل هللا عليه وسمل ق ِّ َع ِن النَّيِب،ُه999ر َة َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن999
َ 9 وعق، ِة إ اَّل ال َب َغي9شاء إىل يو ِم القيام
،ر ِمح9َّ 9 َة ال9 أو قطيع،وق الوادلَ ِين9 َ هللا مهنا ما ُ يؤ ِخ ُر
وتِ َ يف ادلُّ نيا قب َل امل9يُعجِ ُل لصاحهِب ا
Dari Abu Bakrah RA, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda,” Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah
Ta’ala hingga hari kiamat, kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada
orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di
dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak No
7345).
Akhlak baik dan buruk tentulah tidak terbentuk secara kebetulan dan
begitu saja adanya, oleh sebab itu disini kami akan memberikan sedikit analisis
kami kenapa bias akhlak yang buruk itu terbentuk:
1. Lingkungan keluarga 5. Kebiasaan kamu sehari-hari
2. Lingkungan Institusional (sekolah) 6. Makanan yang dimakan
3. Buku yang dibaca 7. Perbincangan yang diikuti
4. Orang dalam circle 8. Konten yang sering ditonton
Setelah kita mengetahui apa saja sebagian kecil dari faktor terbentuknya
akhlak yang buruk/tercela, jadi sebagai muslim yang cerdas sudah seharusnya
bagi kita untuk lebih berhati-hati lagi dalam mengambil sikap dalam keseharian.
1. Syirik
Syirik secara bahasa adalah menyekutukan, sedangkan menurut istilah,
dibagi atas definisi umum dan definisi khusus. Definisi umum ada tiga
macam syirik berdasarkan definisi umum, yaitu: (1) Asy-Syirk fi Ar-
Rububiyyah, (2) Asy-Syirk fi Al-Asma’ wa As-Shifat, (3) Asy-Syirk fi Al-
Uluhiyyah. Adapun definisi syirik secara khusus adalah menjadikan sekutu
selain Allah Ta’ala dan menyamakannya seperti Allah Ta’ala, seperti berdoa
dan meminta syafaat.5
2. Uququl Walidain
Durhaka kepada orang tua, dijelaskan didalam Al-Qur’an surah Al-Isra
ayat 23:
َوقَىٰض َرب ُّ َك َااَّل تَ ْع ُبدُ ْوٓا ِآاَّل ِااَّي ُه َواِب لْ َوادِل َ ْي ِن ِا ْح ٰسنًا ۗ ِا َّما ي َ ْبلُغ ََّن ِع ْندَ كَ ْال ِكرَب َ َا َحدُ مُه َٓا َا ْو لِك ٰ هُمَا
{٢٣{ فَاَل تَ ُق ْل لَّهُ َمٓا ُا ّ ٍف َّواَل تَهْن َ ْرمُه َا َوقُ ْل لَّهُ َما قَ ْواًل َك ِريْ ًما
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”(QS. Al-
Isra 17: Ayat 23)
5
Rosihan Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cetakan X, 122.