Anda di halaman 1dari 5

1.

Apa itu ilmu sosial dan apa itu ilmu humaniora dan apa saja rumpun Ilmu yang
terkandung dalam masing-masing ilmu sosial dan humaniora tersebut?

Ilmu sosial pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas manusia
dalam kehidupan bersama. Dengan demikian ilmu sosial mempelajari hubungan manusia
dengan lingkungannya.1 Istilah ilmu sosial dapat dilihat menurut pendapat para ahli ilmu
sosial diantaranya dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf, seorang ahli sosiologi Jerman dan
penulis buku class and class conflict in industrial society, menurutnya bentuk tunggal ilmu
sosial menunjukan sebuah komunitas dan pendekatan yang saat ini hanya diklaim oleh
beberapa orang saja, sedangkan bentuk jamaknya, ilmu-ilmu sosial, mungkin istilah tersebut
merupakan bentuk yang paling tepat. Istilah ilmu sosial tidak begitu saja dapat diterima di
tengah-tengah kalangan akademisi, terutama di inggris. Sciences Sosiale dan
Sozialwissenschaften adalah istilah yang lebih mengena meski keduanya juga membuat
“menderita” karena diinterprestasikan terlalu luas atau terlalu sempit. Ironisnya ilmu sosial
yang dimaksud sering hanya untuk mendefinisikan sosiologi atau hanya teori sosial sintetis.
Kemudian menurut Immanuel Wallerstein, profesor sosiologi yang terkemuka dan Direktur
Fernand Braudel Pusat Studi Ekonomi, Sistem-sistem sejarah dan Peradaban State University
of new york at Birmingham. Ilmu sosial adalah usaha penjelajahan dunia modern. Akarnya
tertanam pada upaya yang mekar sejak zaman abad 16 ,serta merupakan bagian dan bidang
konstruksi dunia modern. Tujuannya untuk mengembangkan pengetahuan sekular secara
sistematis tentang realitas yang hendak dibuktikan secara empiris. Pendapat serupa juga
dikemukakan oleh Bung Hatta atau Muh. Hatta sebagai salah seorang founding father, bahwa
ilmu sosial sebagaimana halnya dengan ilmu pengetahuan yang lain, adalah satu ragam
dimana memiliki peran tiga wajah ilmu sosial, sebagai critical discourse, sebagai academic
ebterprise, dan applied science/knowledge. Pertama, sebagai critical discourse (wacana
kritis) artinya pada kajian ini membahas tentang apa adanya yang keabsahannya tergantung
pada kesetiaan pada prasyarat sistem rasionalitas yang kritis dan pada konvensi akademis
yang berlaku. Kedua, sebagai academic enterprise, memiliki pengertian “bagaimana
mestinya”. Ketiga, sebagai applied science, artinya bahwa dalam ilmu sosial itu diperlukan
untuk mendapatkan atau mencapai hal-hal yang praktis dan berguna entah untuk mewujudkan
atau mencapai hal-hal yang praktis dan berguna entah untuk mewujudkan sesuatu yang dicita-
citakan contohnya kemakmuran, maupun mengurangi atau meniadakan sesuatu yang tidak
diinginkan misalnya kemiskinan. Rumpun ilmu sosial mengkaji dan mendalami hubungan
antar manusia dan berbagai fenomena masyarakat. Rumpun ilmu ini terdiri dari pohon ilmu
antropologi, arkeologi, ekonomika, ilmu politik, kajian gender, kajian wilayah dan budaya,
kependudukan, psikologi, dan sosiologi.2

Sedangkan Humaniora, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Departemen


Pendidikan dan Kebudayan (Balai Pustaka : 1988), adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang
dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih
berbudaya. Di dalam artikel yang berjudul The Nature of Humanities: Historical Perspective
mengatakan bahwa istilah humaniora yang berasal dari program pendidikan yang

1
Supardi, Dasar-Dasar Ilmu Sosial, (Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2011)
2
M. Alie Humaedi, “Pemikiran Islam dalam Jejak Kajian Humaniora,” Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam
12, no. 2 (2016).
dikembangkan Cicero. Penggunaan istilah humanitas oleh Cicero mengarah pada pernyatan
tentang makna dalam cara lain bahwasanya pengertian umum humanitas berarti kualitas,
perasaan dan peningkatan martabat kemanusiaan dan lebih berfungsi normatif daripada
deskriptif. Encyclopedia of britannica mengartikan the humanities sebagai jenis pengetahuan
yang berkenaan dengan nilai kemanusiaan dan ekspresi dari jiwa manusia. 3 Dalam sebuah
artikel Indonesia's International Conference on Cultural Studies (2002 : 1) dikemukakan
bahwa bidang humaniora sebagaimana halnya ilmu sosial telah berperan besar dan menjadi
saksi nyata perkembangan fenomena dari suatu paradigma baru dalam ilmu-ilmu budaya.
Paradigma baru ini mencoba memahami secara kritis bagaimana gerak budaya, dan dasar
kekuatannya terletak pada karya dibalik praktek-praktek budaya. Humaniora bertujuan agar
dapat mengembangkan manusia sehingga mencapai manusia yang sesungguhnya. Pandangan
humanitas menjelaskan terdapat “kesatuan dan kesamaan antara manusia. 4 Rumpun Ilmu
Humaniora mencakup bahasan, ilmu bahasa, kesusastraaan, pendidikan, sejarah, ilmu hukum,
filsafat, arkeologi, seni dan ilmu-ilmu sosial yang mempunyai sisi yang humanistik.5

2. Apa saja urgensi memahami Islam dari perspektif Ilmu Sosial Dan Humaniora dam
sebaliknya?

Ilmu sosial menurut perspektif Islam tentang ilmu sosial dapat dilihat dari ajaran islam
dibidang sosial. Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar dari
pada urusan ibadah. Hal demikian dapat dilihat misalnya bila urusan ibadah bersamaan
waktunya dengan urusan sosial yang paling penting maka diberi keringanan (di qasar atau di
jama’ dan bukan ditinggalkan). Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi
sesuatu yang penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusian di jaman modern ini. Kita
telah mengetahui bahwa didalam situasi dunia yang semakin global manusia menghadapi
berbagai macam persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera sehingga
dalam keadaan demikian, tanpa bahwa kita harus memiliki ilmu pengetahuan sosial yang
mampu.6 Selain itu ilmu sosial harus di kawal oleh akhlaqul kharimah artinya orang-orang
yang mengembangkan, menciptakan dan ada yang menggunakan teknologi harus memiliki
landasan akhlaqul kharimah yang kuat agar teknologi yang diciptakan berorientasi untuk
membangun peradapan yang manusiawi, sehingga teknologi tidak digunakan untuk hal-hal
yang merusak.7 Di dalam ilmu sosial yang dijadikan objek kajian perilaku manusia dan sosial
dalam segala aspeknya, baik perilaku politik, perilaku ekonomi, kebudayaan, perilaku sosial
dan lain sebagainya yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sosial seperti
wawancara, observasi, penelitian terlibat (grounded research), Ilmu-ilmu tersebut pada
hakikatnya berasal dari Allah Ta’ala. Atas dasar pandangan integrated (tauhid) tersebut maka
seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilahnya saja, sedangkan hakikat dan
substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal dari Allah Ta’ala.8
3
M. Alie Humaedi, “Pemikiran Islam dalam Jejak Kajian Humaniora,” Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam
12, no. 2 (2016).
4
H. Anwar Saleh Daulay, “Pendidikan Humaniora untuk Mengembangkan Wawasan Kemanusiaan dan
Kebangsaan,” Jurnal Ilmu Pendidikan 9, no. 1 (2016).
5
M. Alie Humaedi, “Pemikiran Islam dalam Jejak Kajian Humaniora,” Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam
12, no. 2 (2016).
6
Kuntowijoyo,Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi,(Bandung : Mizan, 1991), Cet. I.
7
TimPerumus, Fakultas Teknik UMJ, Jakarta, AL-ISLAM dan iptek I (Jakarta PT.Raja grafindo Persada).
8
H.Abudin Nata dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005),hlm.68-73.
Humaniora dalam perspektif Islam ialah humaniora diartikan sebagai adab atau akhlak dalam
kita berperilaku atau bersikap di kehidupan sehari-hari jadi tujuan dalam pembelajarannya
ialah untuk meluruskan cara berfikir masyarakat agar semakin manusiawi, berbudaya dan
berwatak. Dalam pendidikan humaniora, diharapkan manusia lebih bermoral, berjiwa sosial
dan berperadaban. Dalam sistem pengajaran, para pendidik dianjurkan untuk mendidik
dengan sungguh-sungguh tanpa tekanan materi. Dan iplikasi yang sesungguhnya adalah
adanya jiwa menyayangi anak didik tanpa membedakan kedudukan mereka, dan tidak
membedakan etnis dan agama mereka, antar yang kaya dan yang miskin, yang pintar dan
yang bodoh. Jadi, inti dari humaniora adalah mencerdaskan manusia seutuhnya, sehingga
menjadi warga negara yang bertanggung jawab untuk memakmurkan muka bumi. Maka
pendekatan humaniora diharapkan dapat mencerdaskan akal, hati peserta didik dan dapat
mengimplementasikan dalam bukti nyata, yaitu berupa moral, sehingga bumi ini tentram dan
damai.9 Humaniora itu sendiri bertujuan untuk meluruskan manusia sehingga memiliki
budaya, karakter, dan cara berpikir yang baik. Manusia diharapkan dapat mengembangkan
rasa kemanusiaan dan kasih sayang yang lebih besar kepada orang lain melalui
pengembangan moral. Karena manusia adalah makhluk sosial, maka humaniora harus
dipelajari dan dipahami oleh semua orang. Akibatnya, ilmu humaniora, ilmu komunikasi, dan
ilmu sosial menjadi satu, dan Islam menuntut semua aspek dilakukan dengan baik.10

Memahami Islam dalam perspektif Ilmu sosial dan Humaniora, haruslah didahului dengan
kita memahami ilmu sosial itu sendiri dengan melalui pendekatan sosiologi, antropologi dan
sejarah dalam masyarakat Islam. Sedangkan dalam Ilmu Humaniora didahului melalui
pendekatan sistematik, filologi dan kebudayaan. Dalam pendekatan ilmu sosial “agama”
merupakan ajaran, institusi, simbol dan praktek manusia itu sendiri. Kepercayaan, iman dan
praktek manusia tidak pernah sempurna atau mungkin pasti ada kritik dari orang lain. Lain
hal dengan kehendak Allah, yang maha sempurna. Dalam pandangan ilmu Humaniora agama
adalah fenomena sosio-budaya yang bisa kita pelajari, yaitu kajian yang fokus kepada aspek
kultural atau budaya masyarakat yang meliputi keyakinan, bahasa, kesenian, mata
pencaharian dan lain-lain serta beragam unsur yang mengekspresikan pola hidup dan
kehidupan manusia. Pandangan ini tidak terlalu jauh dari tulisan Nurcholis Madjid tentang
monoteisme Islam (al-Tawhid).11 Ilmu Humaniora sangatlah berperan dalam masyarakat
Islam yaitu sebagai dasar untuk memahami berbagai sifat manusia. Dalam kajian ilmu
Humaniora sebagai salah satu pendekatannya ialah dengan menerjemahkan teks-teks kuno
keislaman dan memberikan tanggapan terhadapnya, memaparkan apa yang ditafsirkan,
menghidupkan kembali pengkajian tentang ajaran-ajaran normatif keislaman,
merekontruksikan ajaran-ajaran normatif keislaman sehingga memperoleh kejelasan dan
ketegasan tentangnya dan membangun kerangka berfikir tentang guna kepentingan
reaktulisasi. Artinya nilai-nilai yang telah digali dari teks-teks kuno keislaman itu dijadikan

9
Bakri Anwar, “Pendidikan Humaniora dalam Al-Qur’an.” Jurnal Pendidikan Humaniora. Vol. 1, No. 2,
Juli-Desember 2020.
10
Malika Puteri Hendriyani dkk., “Komunikasi Ilmu Sosial Dan Humaniora Dalam Presfektif Islam.”
Komunikasi Ilmu Sosial Dan Humaniora Dalam Presfektif Islam. Vol. 1, No. 2 Oktober 2022.
11
Nurcholis Madjid, “Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Intregasi Ummat,” dalam
Nurcholis Madjid et. al., Pembaharuan Pemikiran Islam, (Jakarta: Islamic Research Center, 1970).
sebagai pandangan dunia (worldview) atau spirit (geist) baru untuk mendorang dan mewarnai
kemajuan peradaban masyarakat muslim zaman kekinian khususnya.12

3. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat hubungan langsung antar agama dan budaya
lokal, hal tersebut tergambar dari realita sejarah kehidupan keber-agamaan di
Indonesia. Sebutkan salah satu contoh hubungan antar agama dan budaya lokal
tersebut dan jelaskan bagaimana proses dialektikanya!

Agama identik dengan kebudayaan, karena keduanya merupakan pedoman petunjuk dalam
kehidupan. Bedanya, agama merupakan petunjuk atau wahyu dari Tuhan sedangkan budaya
merupakan petunjuk yang berasal dari kesepakatan manusia.13 Salah satu contoh hubungan
antar agama dan budaya lokal bisa kita lihat bagaimana Walisongo cara berdakwahnya
khususnya Sunan Kalijaga yang menyatukan antara dakwah Islam dan Wayang kulit yang di
mana waktu itu sangatlah digemari masyarakat dikarenakan merupakan budaya turun-
temurun. Cara pendekatan yang beliau gunakan adalah agar terhindar dari yang namanya
konflik terhadap masyarakat pada masa itu, dengan semboyan “Jawa digawa, Arab digarap”,
beliau menyatukan antara agama dan budaya lokal 14 adalah strategi dalam mengenalkan
agama Islam dengan baik, juga sebagai rahmatan lil’alamin, yang mengalami historisasi
dengan kebudayaan.15 Pada saat itu beliau berdakwah sebagai dalang yang berkeliling di
wilayah Pajajaran hingga Majapahit. Apabila masyarakat yang ingin mengadakan
pertunjukan wayang, maka Sunan Kalijaga tidak memungut uang melainkan cukup membaca
dua kalimat syahadat saja, dan menyebabkan Islam dapat berkembang dengan cepat. Di
dalam pertunjukan wayang, lakon yang dibawakan oleh Sunan Kalijaga tidak hanya
mengangkat kisah Mahabarata dan Ramayana, terdapat pula lakon yang digemari oleh
masyarakat yaitu Dewi Ruci. Lakon Dewi Ruci ini menjadi bentuk pengembangan dari lakon
Nawa Ruci. Lakon Dewi Ruci ini mengisahkan Bima yang merupakan salah satu Pandawa
saat mencari kebenaran melalui bimbingan Begawan Drona hingga Bima bertemu dengan
Dewi Ruci. Selain lakon Dewi Ruci, Sunan Kalijaga juga memunculkan tokoh-tokoh wayang
seperti Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang disisipi ajaran-ajaran Islam 16. Dalam menjadi
dalang, Sunan Kalijaga memaparkan ajaran tasawuf saat memainkan wayang terutama saat
lakon Dewi Ruci. Hal ini menyebabkan masyarakat dari seluruh lapisan menjadi senang dan
melalui jalur kesenian inilah terdapat fleksibilitas dakwah yang memberi dampak positif
terhadap penyebaran Islam di Indonesia.17 Hal tersebut menunjukkan keahlian beliau dalam
memadukan unsur ajaran Islam dengan unsur budaya masyarakat Jawa. Oleh karenanya,
kebudayaan dan kesenian merupakan sesuatu yang tidak dapat lepas dari masyarakat. Dari

12
M. Arkoun, Nalar Islami dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru, Penerjemah Rahayu
S. Hidayat, (Jakarata: INIS, 1994), hal. 113.
13
Reza Ahmadiansah Imam Subqi, Sutrisno, Islam dan Budaya Jawa, (Solo: Taujih, 2018), hal. 3.
14
Hilyah Ashoumi, “Akulturasi Dakwah Sinkretis Sunan Kalijaga,” Qalamuna 10, no. 1 (2018): hal. 107.
15
Muhammad Harfin Zuhdi, “Dakwah dan Dialektika Akulturasi Budaya,” Religia: Jurnal Pemikiran dan
Pendidikan Islam 15, no. 1 (2012), hal. 62.
16
Akbar, Syiar 9 Wali di Pulau Jawa: 9 Kisah Seru Pejuang Islam, hal. 23.
17
Nur Kholis, “Syiar Melalui Syiar: Eksistensi Kesenian Tradisional Sebagai Media Dakwah di Era
Budaya Populer,” Al-Balaghah: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 3, no. 1 (2018): hal. 111.
pemaparan di atas dapat kita pahami bahwasanya itu menjelaskan bagaimana penggabungan
atau dialektika dari kedua unsur yang berbeda yang kemudian dipadukan dan menjadi sesuatu
yang tidak menimbulkan konflik di antara keduanya, di mana kedua-duanya dapat diterima
oleh pandangan agama tanpa merendahkan unsur-unsur agama dan dalam pandangan budaya
juga tidak menjatuhkan nilai budaya itu sendiri.18 Maka karenanya Sunan Kalijaga dianggap
sebagai seseorang yang memiliki seni ukir nasional dalam proses akulturasi dakwah Islam di
tanah Jawa dan sekitarnya.19

4. Dari beberapa pembahasan dalam mata kuliah Islam dan Ilmu Sosial Humaniora,
materi apa yang paling menarik? Sebutkan aspek-aspek yang membuat pembahasan
materi tersebut menarik!

Menurut saya sebagai seseorang yang baru belajar Islam dan Ilmu Sosial Humaniora
pembahasan yang menarik, yang telah kita dipelajari ialah pembahasan tentang Islam dan
Ekonomi. Di antara aspek yang menarik adalah masalah-masalah aliran atau paham yang ada
di dunia yang meliputi paham ekonomi Islam, Sosialisme dan Kapitalisme di mana dalam
bahasan dari ketiga kategori tersebut sangatlah menarik melihat dari segi pemaparan dan
dalam kehidupan dunia saat ini. Pastinya sebagai seorang yang terpelajar sudah tidak asing
lagi bagi kita untuk melihat keadaan ekonomi negara kita saat ini, yang di mana isinya
bercampur dari semua paham atau aliran ekonomi tersebut yang membuat banyaknya asumsi
dan pendapat mengenai sebenarnya Negara Indonesia itu menganut sistem atau paham
ekonomi apa? Itulah menurut saya yang menarik dari bahasan yang telah kita pelajari dari
tujuh kali pertemuan.

18
Joko Daryanto, “Gamelan Sekaten dan Penyebaran Islam di Jawa,” Jurnal Ikadbudi: Jurnal Ilmiah
Bahasa Sastra dan Budaya Daerah 4 (2015): hal. 7.
19
Akbar, Syiar 9 Wali di Pulau Jawa: 9 Kisah Seru Pejuang Islam, hal. 21.

Anda mungkin juga menyukai