Malu pada dasarnya adalah sifat yang terpuji dalam Islam. Dengan memiliki
taubat dan sopan santun. Secara istilah syar’i, al hayaa-u berarti sifat yang
keburukan dan kehinaan, serta melakukan amal shalih” (lihat Fathul Baari karya Ibnu
Rajab, 1/102).
Dengan demikian sudah jelas bahwa sifat malu ini adalah hal yang
semestinya dimiliki dan dijaga oleh setiap mukmin. Sifat malu termasuk diantara sifat
terpuji yang mungkin sudah ditinggalkan oleh banyak orang. Padahal sifat ini bisa
mendatangkan banyak kebaikan bagi orang yang memiliki sifat ini dan
Bukhari).
Kadar rasa malu seseorang sangat tergantung dengan kadar kuat dan
lemahnya hati. Sedikitnya rasa malu merupakan indikasi hati dan ruhnya melemah.
Semakin kuat hati seseorang, maka rasa malunya akan semakin sempurna.
Diatara sikap malu yang patut dimiliki setiap mukmin adalah malu kepada
Pertama: Malu kepada Allah maksudnya adalah selalu merasa malu dilihat
Orang yang malu kepada Allâh selalu ikhlas karena Allâh, bukan karena
ingin dipuji manusia lain. dirinya menyadari bahwa yang dapat memberi rahmat dan
Seorang mukmin yang malu kepada Allâh akan lebih banyak bersyukur
daripada mengeluh. Dia menjadikan apa yang diberikan Allâh kepadanya sebagai
sarana untuk menjalankan perintah-Nya. Dia juga menjaga seluruh anggota tubuhnya
dari melakukan sesuatu yang dimurkai-Nya. Karena pada dasarnya dia mengetahui
mana yang menjadi tujuan hidup dan mana yang sekedar sarana.
Rasulullah menjelaskan sifat orang yang tertanam rasa malu kepada Allah
dalam lubuk hatinya, yaitu harus menjaga kepala beserta isinya, menjaga perut
duniawi dan tidak terlena dengan nafsu syahwat.. Barangsiapa melakukan ini berarti
Orang yang merasa malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dia akan menjauhi
semua larangan Allah dalam segala kondisi, baik saat sendiri maupun di tengah
keramaian.
Buah dari rasa malu adalah ‘iffah (menjaga kehormatan). Siapa saja yang
memiliki rasa malu hingga mewarnai seluruh amalnya, niscaya ia akan berlaku ‘iffah.
Dan dari buahnya pula adalah bersifat wafa' (setia/menepati janji). Dengan demikian
akan mampu melalui jalan menuju ma’rifatullah ( mengenal Allah ‘Azza wa Jalla).
Rasa malu yang muncul karena menyadari keagungan dan kedekatan Allah
‘Azza wa Jalla. Rasa malu yang timbul karena tahu Allah itu Maha Mengetahui
terhadap semua perbuatan, yang nampak maupun yang tersembunyi dalam hati.
Rasa malu seperti inilah yang masuk dalam bagian iman tertinggi bahkan
sallam bersabda, yang artinya, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah ‘Azza
hatinya dari segala sesuatu yang dilarang oleh Allah. Menggunakan anggota
Kedua: Di samping rasa malu kepada Allah kita juga harus memiliki sifat
malu kepada sesama manusia. Rasa malu ini akan mencegah kita dari perbuatan yang
tidak layak dan tercela. Rasa malu kepada sesama manusia membuat kita tidak suka
jika aib dan keburukan kita diketahui orang lain. Oleh karena itu, orang yang
memiliki rasa malu kepada sesama manusia tidak akan menyeret dirinya untuk
menjadi tukang cela, penyebar fitnah, tukang gunjing dan berbagai perbuatan maksiat
sekaligus menjaga kehormatan orang lain. Malu kepada diri sendiri menjadikan
dengan percakapan yang dapat mempermalukan dirinya. Puncak dari malu itu adalah
Singkat kata, rasa malu kepada Allah akan mencegah seseorang dari
kerusakan batin, sedangkan rasa malu kepada kepada sesama manusia akan mencegah
dari kerusakan lahiriah bagi dirinya. Dengan demikian, dia akan menjadi orang yang
baik secara lahir dan batin dan akan tetap baik ketika sendiri maupun di tengah
khalayak ramai.
kebaikan-kebaikannya.
Orang yang tidak memiliki rasa malu, berarti dia tidak memiliki benteng
dalam hatinya yang bisa mencegahnya dari perbuatan dosa dan maksiat. Dia akan
4
berbuat semaunya, seakan-akan tidak ada iman yang tersisa dalam hatinya. Orang
yang tidak memiliki rasa malu sedikitpun, dia pasti akan berbuat semaunya, tanpa
peduli maksiat atau bukan. Karena rasa malu yang bisa mencegah seseorang dari
perbuatan maksiat tidak dimiliki. Akibatnya, dia akan terus hanyut dan larut dalam
Setelah mengetahui urgensi rasa malu dan manfaatnya bagi seorang hamba,
cobalah sekarang kita memperhatikan kondisi manusia saat ini atau secara khusus kita
menumbuhkan rasa malu dalam diri. Sehingga kita bisa menghindarkan diri kita dari
perbuatan-perbuatan yang merusak diri, orang lain dan agama serta mendatangkan
murka Allah. Semoga kita mampu mengembangkan budaya malu dan menjadikan
malu sebagi gaya hidup sehingga kita menjadi orang yang baik secara lahir dan batin
dan akan tetap baik ketika sendiri maupun di tengah khalayak ramai.