Anda di halaman 1dari 23

RESUME ILMU AKHLAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri mata kuliah Ilmu Akhlak
Dosen Pengampu : Dr. Isof Syafe’i, M.Ag.

Disusun Oleh
Ainun Azizah 1192060005
3/A Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020

1
2
1. Pertemuan Ke-2 (Konsep Dasar Akhlak dan Ilmu Akhlak, Objek
Kajian Akhlak, Norma Dasar dan Tolak Ukur Akhlak, Urgensi
Akhlak dalam Kehidupan, Hubungan Akhlak dengan Ilmu-ilmu
Lain)
Pada dasarnya setiap manusia memiliki masalah dalam hidupnya,
namun terkadang karena kurangnya support dari lingkungan, dan justru
lingkungannya tersebut yang menyebabkan timbulnya problematika
akhlak dalam diri manusia. dimana adanya tekanan lingkungan
mempengaruhi mental orang tersebut. Di zaman yang semakin maju
saat ini terkadang sifat individualis yang terbangun semakin tinggi
sehingga kepedulian terhadap orang lain pun berkurang dan terkadang
mengabaikan perasaan orang lain saat bersikap,tidak peduli apakah itu
akan mempengaruhi seseorang atau keluarganya. makin marak di era
modern seperti saat ini manusia abai dengan manusia lainnya. hal yang
lebih dikenal apatis ini membuat orang enggan membantu orang lain
dan abai akan lingkungan sekitar, orang dengan tingkat kepedulian
rendah akan berdampak pada diri sendiri yang akan merasa hampa.
karena manusia saling membutuhkan satu sama lain maka alangkah
baiknya mulai memperhatikan lingkungan sekitar, barangkali ada yang
membutuhkan uluran tangan kita, insyaallah akan bermanfaat bagi diri
kita sendiri dan orang lain, akhlak sangat berperan penting dalam
kehidupan manusia, dimana akhlak sendiri akan menentukan bagaimana
alur kehidupan kita kedepannyaa, jika misal pekerjaan seseorang hanya
bermalas-malasan maka jangan merasa rugi jika dimasa depan akan
tertinggal jauh dari orang yang penuh semangat menjalani hari-harinya
dan senantiasa selalu melakukan kegiatan positif. segala sesuatu yang
menjadi tingkah laku (akhlak ) kita kelak akan mendapat hisab di
akhirat kelak jadi hati-hati dalam bertingkah laku, semua orang pernah
mengalami keterpurukan dan itu wajar namun ingat satu hal jika sedang
terpuruk Allah selalu menemanimu dan selalu melihat tingkah laku kita.

Pada hakikatnya, akhlak sebagaimana pendefinisian di atas,

3
bukanlah hanya satu gambaran perbuatan. Sebab sebuah perbuatan
tidak dapat secara perinci mencerminkan jati diri. Karena suatu
pekerjaan terkadang bertentangan dengan perikeadaan jiwanya. Selain
itu, akhlak juga bukan pengetahuan. Karena pada dasarnya
(pengetahuan) selalu berusaha atau berkaitan dengan eksplorasi
keindahan dan keburukan dalam satu waktu.

2. Pertemuan Ke-3 (Problematika Akhlak dalam Kehidupan)


  Unsur unsur taqwa, sebagaimana yang kita ketahui taqwa adalah
menjalankan perintah Allah dan juga menjauhi larangannya, dan derajat
manusia terletak dalam ketaqwaannya
unsur taqwa diantaranya :
1.Takut kepada Allah, dalam hal ini bukan takut dalam makna seram atau
sebagainnya namun takut disini adalah rasa khauf kepada Allah agar kita
jika melakukan maksiat takut jika Allah akan menghukum kita dan juga
kita takut jika Allah akan berpaling dari kita sebagai hamba-Nya yang
tidak kekuasaan apapun jika Allah berpaling dari kita maka tiada
kekuatan dan upaya bagi diri kita untuk dapat menjalani kehidupan di
dunia dan di akhirat nanti.
2. Menjalankan perintah Al Qur’an, perintah al-qur'an disini
dimaksudkan adalah al- qur'an berisi firman Allah dan tentu saja kita
harus menjalani perintahnya yang ada dalam kalamnya
3. Mempersiapkan diri untuk Hari Akhir, hari akhir disini adalah alam
akhirat dan juga ketika kiamat nanti pasti kita akan meninggalkan alam
dunia ini, maka dari itu agar kita selamat di penghisaban kelak mari
menabung kebaikan dari sekarang
4. Ikhlash menerima apa yang ada, qonaah dan senantiasa bersyukur akan
menjadi kunci bahagia, ikhlas itu tidak definisikan sebagaimana surat Al-
Ikhlas yang membahas ke esaan Allah, maka sebagai hamba-Nya kita
harus senantiasa ikhlas atas ketetapan yang ada tanpa berprasangka buruk
pada Allah Subhanahu Wata'ala untuk nomor 4 mengenai keutamaan
taqwa.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
4
dalam keadaan beragama Islam.” (Surat 3. Ali ‘Imran– Ayat 102)
sebenarnya banyak sekali keutamaan taqwa itu akan tetapi saya akan
berusaha menjelaskan satu saja, disini taqwa merupakan perintah
langsung dari Allah Subhanahu Wata'lla jikalau kita meninggalkan
ketaqwaan kita niscaya kita akan merugi di dunia dan akhirat. karena
dengan taqwa Allah akan memberi rahmat pada hambanya. Oleh sebab
itu perlu bagi kita senantiasa bertaqwa sampai ajal menjemput kelak
seperti perintah Allah dalam surah Ali-Imran ayat 102 untuk keutamaan
ikhlas juga sangat banyak, saya akan menekankan pada intinya, apakah
ikhlas akan membuat kita bahagia? kita hidup di dunia ini adalah untuk
bahagia karena meskipun melewati pahit getirnya kehidupan maka selalu
ada kebahagiaan, apa kunci kebahagian dalam hidup itu adalah ikhlas
seberat apapun hidup dengan ikhlas insyaallah ringan, jika merasa lelah
bersandarnya kepada Allah dengan seraya berdoa dan bersujud
kepadanya, tiada tempat mengeluh dan tempat meminta selain kepada
Allah subhanahu Wataalla tapi jangan sampai kita menjadi orang yang
lupa daratan saat bahagia kita lupa bersyukur pada pemberi kebahagian
kita yaitu Allah Subhanahu Wata'alla coba perhatikan lebih jeli lagi surat
Al-Ikhlas maka kita akan terpana akan kekuasaan Allah yang tidak ada
apa-apanya dibanding diri kita, dengan Ikhlas maka Allah juga akan
ringankan hati kita dengan kekuasaanya
Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Malu berasal dari kata
hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata
al-hayaa (hujan), tetapi makna ini tidak masyhûr. Hidup dan matinya hati
seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula
dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan
ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa
malu menjadi lebih sempurna.Perasaan malu didalam hati dikala akan
melanggar larangan agama, malu kepada tuhan bahwa jika ia
mengerjakan kekejian akan mendapat siksa yang pedih.perasaan ini
menjadi pembimbing jalan menuju keselamatan hidup, perintis mencapai
kebenaran dan alat yang menghalangi terlaksananya perbuatan yang
rendah. Orang yang memiliki sifat ini, semua anggotanya dan gerak

5
geriknya akan senantiasa terjaga dari hawa nafsu, karna setiap ia akan
mengerjakan perbuatan yang rendah, ia tertegun, tertahan dan akhirnya
tiada jadi, karna desakan malunya, takut mendapat nama yang
buruk,takut menerima siksaan Allah subhanahu wa'taalla kelak diakhirat.
Tetapi janganlah malu itu hanya kepada manusia saja, maka berbuat yang
baik kalau diketahui manusia tetapi kalau ditempat sunyi ia berbuat
buruk sebab orang tidak melihat. Maka hendaknya malu terhadap
makhluk, juga lebih-lebih lagi malu terhadap kholik.
pada intinya malu merupakan hal yang dapat mencegah kita dari
perbuatan maksiat dan malu sendiri dapat bermanfaat jika kita malu
melakukan hal yang buruk
3. Pertemuan Ke-4 (Akhlak Kepada ALLAH : Beriman, Bertaqwa,
Ikhlas)
1) Iman

Menurut bahasa Iman diambil dari kata kerja aamana yukminu yang
berarti percaya atau membenarkan,sedangkan menurut istilah iman
berarti pengakuan didalam hati baik yang diucapkan ataupun dengan
dikerjakan. Seperti dalam hadist : "Iman adalah pengakuan dengan
hati,pengucapan dengan lisan, dan pengalaman dengan badan" (HR
Thabrani). Unsur-unsur iman kepada Allah atau rukun iman memiliki 6
rukun yaitu:

a) Iman kepada Allah berarti kita meyakinkan bahwa Allah wajib


adanya karena dzatnya sendiri, tunggal dan esa, raja yang maha
kuasa, hidup sendri yang qodim dan azli untuk selamanya.
b) Iman kepada malaikat berarti percaya bahwa ada nya malaikat yaitu
makhluk Allah yang selalu tunduk padanya dan beribadah.
c) Iman kepada kitab kitab Allah yaitu dengan mempercayai kalam
Allah yang Dia wahyukan kepada Rasul pilihan-Nya, kemudian
disatukan dan dsusun menjadi lembaran-lembaran atau kitab-kitab
suci.
d) Iman kepada rasul yaitu percaya bahwa Allah mengutus rasul untuk
menjadi petunjuk bagi manusia.

6
e) Iman kepada hari akhir adalah mempercayai bahwa hari akhir itu ada
dimana hari akhir itu termasuk kebangkitan atau keluarnya manusia
dari kubur dengan jazad yang utuh seperti kala didunia.
f) Iman kepada takdir (qodho dan qodar) adalah percaya bahwa Segala
sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan datang semua
tidak akan keluar dari ketetapan Allah Ta’ala, sesuai dengan ilmu-
Nya dan hikmah-Nya.
2) Takwa
Secara etimologi berasal dari kata waqa – yaqi – wiqayah yang
artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Sedangkan
pengertian takwa secara terminologi adalah takut kepada Allah
berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan
tidak melanggar dengan menjauhi segala larangan-Nya serta takut
terjerumus dalam perbuatan dosa. Berikut ini ada empat unsur takwa
sebagai berikut :

a) Takut kepada Allah dalam artian kita menanamkan rasa bahwa Allah
itu mutlak adanya, Esa, dimana gerak kita selalu terlihat oleh-Nya.
b) Menjalankan perintah Al Qur’an. Setelah kita melaui proses pertama,
barulah kita beranjak pada tahapan yang kedua yaitu menjalankan
perintah al-Qur`an dan menjauhi apa yang jelas-jelas di larang dalam
kitab-Nya.
c) Mempersiapkan diri untuk Hari Akhir. Tahapan takwa ini merupakan
tolak ukur dimana kita melakukan semua aktifitas di dunia ini dalam
rangka mempersiapkan diri untuk bertemu dengan-Nya.
d) Ikhlas menerima apa yang ada. Tahapan terakhir, setelah kita
melakukan proses takwa di atas, kita harus menyertakan rasa rela. Rela
di sini dalam artian kita sepenuhnya ridha (ikhlas) dengan ketetapan
Allah yang digariskan kepada kita baik lahir maupun batin, rela pada
kuantitas bentuk materi yang sedikit.
3) Ikhlas

Secara etimologi makna ikhlas adalah jujur, tulus dan rela. Dalam
Bahasa Arab, kata ikhlas merupakan bentuk mashdar dari akhlas yang

7
berasal dari akar kata khalasa. Kata khalasa mengandung beberapa
makna sesuai dengan kontek kalimatnya. Ia biasa berarti shafaa (jernih),
najaa wa salima (selamat), washala (sampai) dan I’tazala (memisahkan
diri) atau berarti perbaikan dan pembersihan sesuatu.

4. Pertemuan Ke-5 (Akhlak Kepada ALLAH : Tawakal, Syukur,


Haya)
I. Tawakal

Tawakal secara etimotogi berasal dari akar kata bahasa Arab yakni
“Tawakkul” yang artinya bersandar atau mempercayakan diri. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, tawakal adalah pasrah diri kepada
kehendak Allah dan percaya sepenuh hati kepada Allah. Orang yang
mempunyai sifat tawakal tentunya akan senantiasa bersyukur tatkala
mendapatkan keberhasilan dari usahanya karena ia yakin bahwa semua
keberhasilannya itu atas kehendak Allah. Macam-macam tawakal
adalah sebagai berikut.

a) Tawakal kepada Allah

Sikap tawakal kepada Allah dalam hal mendapatkan kebutuhan hidup


seorang hamba dalam urusan duniawi atau mencegah dari sesuatu yang
tidak diinginkan berupa musibah dan bencana, seperti orang yang
bertawakal untuk mendapatkan rezeki atau kesehatan atau mendapatkan
kemenangan atas musuhmusuhnya. Sikap tawakal seperti ini tentunya
akan mendapatkan kecukupan bagi dirinya dalam.

b) Tawakal kepada selain Allah

Pertama, tawakal syirik ialah tawakal kepada selain Allah dalam


urusan yang tidak bisa dilakukan kecuali Allah, seperti orang-orang
yang bertawakal kepada orang yang sudah mati, kepada pohon dan
sebaganya untuk meminta pertolongan mereka yang berupa
kemenangan, perlindungan, rezeki dan syafa’at.

Kedua, tawakal kepada selain Allah yang dibolehkan, yakni ia

8
menyerahkan suatu urusan kepada yang mampu dikerjakannya sehingga
dapat tercapai beberapa keinginannya atau dikenal dengan istilah
mewakilkan. Mewakilkan menurut syariat ialah seseorang
menyerahkankepada orang lain untuk menggantikan kedudukannya baik
secara mutlak ataupun terikat.

II. Syukur

Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas
apa yang dilakukan kepadanya. Syukur merupakan kebalikan dari kufur.
Hakikat sebenarnya dari syukur ialah menampakkan nikmat sedangkan
hakikat ke kufur-an ialah menyembunyikannya. Adapun maksud dari
menampakkan nikmat ialah menggunakannya pada tempatnya dan sesuai
dengan yang dikehendaki oleh pemberinya serta menyebutnyebut nikmat
dan pemberiannya dengan lidah. Menurut istilah syara‟, syukur merupakan
pengakuan terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah dengan disertai rasa
ketundukan kepada-Nya serta mempergunakan nikmat tersebut sesuai
dengan kehendak Allah.

Manfaat syukur adalah mensucikan jiwa, mendorong jiwa untuk


beramal saleh, menjadikan orang lain ridha, memperbaiki dan
memperlancar interaksi sosial.

III. Haya (Malu)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, malu berasal dari kata


hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-
hayaa (hujan), tetapi makna ini tidak masyhur. Hidup dan matinya hati
seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Kesimpulan
definisi di atas ialah bahwa malu adalah akhlak (perangai) yang
mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang
buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang dari
melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang
lain. Malu memiliki keutaman sebagai berikut.

a. Malu pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Malu

9
mengajak pemiliknya agar menghias diri dengan yang mulia dan menjauhkan
diri dari sifat-sifat yang hina.
b. Malu adalah cabang keimanan.
c. Allah Azza Wa Jalla cinta kepada orang-orang yang malu.
d. Malu sebagai pencegah pemiliknya dari melakukan maksiat.
e. Malu senantiasa seiring dengan Iman, bila salah satunya tercabut hilanglah
yang lainnya.

10
5. Pertemuan Ke-6 (Akhlak Kepada ALLAH : Taubat, Berdzikir,
Berdo’a)
A. Taubat

Adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan
yang jauh dari allah ke jalan yang lebih dekat ke pada allah dan meninggalkan
seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu, dan
berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada
waktu yang kan datang.

B. Dzikir

Menurut bahasa berasal dari kata “dzakaro” yang artinya ingat. Kata dzikir
mengambil dari masdarnya dzikron, kemudian terkenal dengan istilah dzikir.
Sedangkan dzikir menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan etika
tertentu yang sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits dengan tujuan
mensucikan hati dan mengagungkan Allah. Dzikir ialah menyebut allah dengan
tasbih (subhanallah), membaca tahlil (lailaha illallahu), membaca tahmid
(alhamdulillahi), baca tqdis (quddusun), membaca taqbir (allahu akbar),
membaca hauqalah (la haula wala quata illa billahi), membaca hasbalah
(hasbiyallahu), membaca basmalah (bismillahirrohmanirrohim) membaca Al-
Qur’an dan membaca do’a-do’a yang di terima dari allah SAW. Manfaat
berdzikir adalah sebagai berikut.

1. Mendapat ketenangan hati dan bebas dari perasaan jengkel, kecewa, sedih,
duka, dendam dan stress berkepanjangan.
2. Dikeluarkan Allah dari kegelapan (hidup yang penuh kesukaran,
kesempitan,kepanikan, kekalutan ,kehinaaan dan serba kekurangan ) kepada
cahaya yang terang benderang ( hidup bahagia,nyaman, aman, mulia, sejahtera
dan berkecukupan).
3.Terpelihara dan terhindar dari melakukan perbuatan keji dan
mungkar. 4.Terpelihara dari kelicikan dari tipu daya syetan yang
menyesatkan.

11
5. Selalu mendapat jalan keluar dari berbagai kesulitan yang datang
menghadang dan mendapat rezeki dari tempat yang tidak pernah diduga,
serta selalu dicukupkan semua kebutuhan hidupnya.

C. Doa
Menurut bahasa “ad-du’aa” artinya memanggil, meminta tolong, atau
memohon sesuatu. Sedangkan doa menurut pengertian syariat adalah
memohon sesuatu atau memohon perlindungan kepada Allah SWT
dengan merendahkan diri dan tunduk kepadaNya. Doa merupakan bagian
dari ibadah dan boleh dilakukan setiap waktu dan setiap tempat, karena
Allah SWT selalu bersama hamba-hambaNya.

6. Pertemuan Ke-7 (Akhlak Kepada Rasulullah : Taat,


Menghidupkan Sunnah, Membaca Shalawat, dan Salam)
 Taat

Secara etimologi, kata taat berasal dari bahasa Arab “tha’ah” yang
berakar pada kata “tha’a” yang berarti tunduk, patuh, atau taat. Sedangkan
secara terminologi, taat adalah sikap orang yang tunduk dan patuh kepada
Allah SWT dan Rasulullah SAW atau kepada orang yang selalu
dihormatinya. Taat merupakan salah satu bentuk perintah Allah terhadap
orang-orang yang beriman kepada yang pantas untuk ditaati. Taat kepada
Rasul dapat diartikan sebagai sikap mentaati atau tunduk dan patuh atas
semua yang Rasul ajarkan kepada kita yang dilandasi Al-Qur’an dan hadits
serta melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan Rasullulah
SAW. Hikmah taat pada Rasulullah adalah sebagai berikut.

o Mampu meningkatkan ketaqwaan dan kecintaan kepada Allah


Subhanallahu Wata‟ala.
o Menyempurnakan rukun Iman kepada Rasul-Rasul Allah, dengan kita
taat kepada Rasulallah SAW itu berarti kita sudah dapat menyempurkan
keimanan kita.

12
o Mendapatkan pahala sunnah yang mampu membuat timbangan amal
menjadi lebih berat di Yaumul Hisab atau hari dimana amal kebaikan
diperhitungkan.
o Apabila mengikuti Sunnah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, terhindar
dari Bid‟ah dalam perkara-perkara baru yang dilarang oleh Nabi
Muhammad SAW.
 Menghidupkan sunnah

Petunjuk dan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam. Di dalamnya tercakup perkara-perkara yang hukumnya wajib
ataupun sunnah, yang berkaitan dengan akidah ataupun ibadah, dan yang
berkaitan dengan muamalah ataupun akhlak. Sebagai umat nabi
Muhammad SAW sangat wajib bagi kita untuk senantiasa berpegang teguh
pada dua hal yakni Al-Quran dan As-sunnah, itu merupakan pedoman
hidup yang wajib kita taati, akhir-akhir ini marak terjadi penginkaran
sunnah, miris memang, mari kita hidupkan sunnah nabi yang senantiasa
akan bermanfaat bagi kita semua mohon maaf apabila ada kesalahan.

 Membaca shalawat dan salam

Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah
agar mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan
para malaikat-Nya telah bershalawat kepada beliau dan Allah
memerintahkan kepada para hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan
taslim kepada beliau. Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata
bershalawat berarti memohonkan rahmat dengan demikian shalawat berarti
rahmad dari Allah sedang shalawat malaikat berarti pengagungan dan
permohonan rahmad Allah untuknya. Beberapa manfaat membaca
shalawat, diantaranya:

a. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.

13
b. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali
untuk beliau.

c. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.

d. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi


permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang
tinggi) kepada beliau pada hari kiamat.

e. Sebab diampuninya dosa-dosa.

f. Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang


mengucapkan shalawat dan salam kepadanya.

7. Pertemuan Ke-9 (Akhlak Kepada Diri Sendiri : Adil, Jujur,


Amanah, dan Sabar)
 Adil

Merupakan perilaku yang menempatkan sesuatu atau memperlakukan


sesuatu sesuai dengan porsinya

 Jujur
Adalah perilaku dimana mengucapkan sesuatu sesuai dengan
kenyataannya

 Amanah
Bermakna menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak
mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain.

 Sabar
Kata sabar berasal dari bahasa arab yaitu as-Shabru, merupakan masdar
dari fi’il madhi yang berarti menahan diri dari keluh kesah. Ada juga yang
mengatakan as-Shibru dengan mengkasrahkan shadnya yang berarti obat
yang sangat pahit dan tidak enak. Imam Jauhari memahami kata sabar yang

14
bentuk jamaknya berupa lafad ‫ص‬ dengan menahan diri ketika dalam
‫ُب‬
‫ر‬
keadaaan sedih atau susah. Kata sabar sebagaimana dalam Kamus Al-
Quran aw Ishlah al-Wujuh wa an-Nadlair fi Al-Quran Al-Karim
mempunyai lima makna, yaitu menahan, ketabahan, ridha, berani, dan
sabar bermakna sabar itu sendiri.

8. Pertemuan Ke-10 (Akhlak Kepada Diri Sendiri : Iffah, Zuhud, dan


Tawadhu)
 Iffah
Iffah secara bahasa yaitu menahan. Sedangkan secara istilah,
menahan diri sepenuhnya dari hal-hal yang Allah Subhanahu wa ta'ala
telah haramkan. Hakikat muslimah adalah menutup auratnya, menjaga
kehormatannya, menjaga kesucian dirinya dan lain sebagainya. Banyak
dalil yang memerintahkan perempuan untuk menjaga 'iffah' nya ini.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah


menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu
dengan karunia- Nya.”(QSAn-Nur:33) dapat disimpulkan iffah berarti
menahan diri dari segala hal yang bersifat negatif yang dilarang oleh
Allah SWT

 Zuhud

Zuhud adalah menjauhkan diri dari gemerlap dan kemewahan dunia


(hidup sederhana). Hal ini dilakukan untuk melatih dan membersihkan
diri dan untuk mendahulukan kepentingan orang lain dari kepentingan
diri sendiri. Zuhud bukan berarti tidak berhasrat terhadap sesuatu yang
mubah karena tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh atau
mengerjakannya. Keinginan yang berlebihan terhadap kehidupan dunia

15
yang menyebabkan dirinya lupa kepada Allah sangat tidak disenangi Allah,
sebagaimana FirmanNya yang artinya kurang lebih: "Dan tidalah dunia ini
melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhhnya akhirat itulah
yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui". (Al Ankabut : 64).

 Tawadhu

Tawadhu adalah perilaku manusia yang memiliki watak rendah hati,


tidak sombong, atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong.
Tawadhu bukan hanya sekadar tata kerama belaka, namun perilaku ini
memiliki makna yang jauh lebih dahulu dari sopan santun, yaitu sikap batin
yang menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana. Salah
satu manfaat tawadhu yaitu mengangkat derajat hamba, sebagaimana
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini, yang
artinya: "Tidaklah seorang bertawadhu yang ditunjukkan semata-mata
karena Allah SWT, melainkan Allah Azza wa Jalla akan mengangkat
derajatnya." (HR Imam Muslim)

9. Pertemuan Ke-11 (Akhlak Kepada Diri Sendiri : Hubbul Amal,


dan Istiqomah)
o Hubbul
Hubbul amal ialah mencintai apa yang kerjakan atau bekerja keras.
Hubbul Amal adalah salah satu akhlak islami. Bekerja keras merupakan
melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu
yang diinginkan atau cita-citakan. Kerja keras dapat dilakukan dalam
segala hal, mungkin dalam bekerja mencari rizki, menuntut ilmu,
berkreasi, membantu orang lain, atau kegiatan yang lain.
o Istiqomah

Istiqomah adalah kata dalam Bahasa Arab yang merupakan bentuk kata
kerja dari kata istaqâma yang berarti “tegak lurus.” Bentuk lain dari kata
istaqâma adalah mustaqîm yang sering diartikan lurus, misalnya dalam kata
“ash-shirâtul mustaqîm” yang diartikan dengan “jalan yang lurus.” Dalam

16
KBBI kata istiqamah diartikan dengan sikap teguh pendirian dan selalu
konsekuen. Istiqomah menurut Ali Bin Abi Thalib adalah sebagai tindakan
melakukan suatu kewajiban. Selain diartikan sebagaimana di atas istiqamah
juga diartikan dengan “konsistensi” atau “keajekan.” Konsisten sendiri
bermakna tetap (tidak berubah-ubah), taat asa, ajek, selaras, sesuai.
Contohnya ketika ada seorang perempuan yang sebelumnya tidak berhijab
atau berjilbab dan ingin berubah dengan selalu menutup aurat. Maka arti
istiqomah dalam berhijab adalah menerima konsekuensi untuk diledek
bahkan dibully teman karena pilihannya tersebut. Bahkan bukan hanya
teman, bisa jadi ada saudara atau orang tua marah atas pilihannya tersebut.
Selain itu dia harus selalu konsisten untuk berusaha berhijab, bukan
kambuh-kambuhan. Sekarang pakai hijab, besok tidak.

10. Pertemuan Ke-12 (Akhlak Kepada Orangtua : Norma Etis dan


Tehnis Birul Walidain)

Akhlak kepada orangtua, norma etis dan juga teknis birul walidain
merupakan tiga hal yang saling berhubungan dalam pedoman pola pikir
anak, norma etis adalah suatu nilai yang dijadikan pedoman bagi setiap
orang sedangkan teknis birul wallidain adalah tindakan berbakti (berbuat
baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada orang tua ini
hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim.

1. Menghormati orang tua menghormati dan memuliakan kedua


orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-
jasanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. Allah SWT
berwasiat kepada kita untuk berterima kasih kepada ibu bapak sesudah
bersyukur kepada-Nya.
2. Mentaati kedua orangtua selama tidak mendurhakai Allah SWT
3. Berbakti dan merendahkan diri dihadapam orang tua
4. Berbicara lembut kepada orangtua

17
5. mendoakan orang tua agar diberi ampunan dan rahmat oleh Allah
SWT. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an, ketika doa Nabi Nuh
memintakan ampunan untuk orang tuanya, dan perintah kepada setiap anak
untuk memohonkan rahmat bagi orang tuanya.
11. Pertemuan Ke-13 (Akhlak Kepada Sesama : Norma Etis dan
Tehnis Berbuat Ihsan)
 Norma Etis
Norma atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau
dipatuhi, sementara menurut Kansil Artinya norma merupakan sesuatu
yang dapat memberikan petunjuk kepada manusia sebagaimana seseorang
hams yang berperilaku dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana
yang harus dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan mana yang harus
dihindari. Norma-norma tersebut mempunyai dua macam menurut isinya,
yaitu: yang pertama Perintah, yang merupakan sebuah keharusan bagi
seseorang untuk berbuat sesuatu karena akibatnya dipandang baik. Dan
yang kedua larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk
tidak berbuat sesuatu karena akibatnya dipandang tidak baik. Sedangkan
Etis adalah sesuatu yang berhubungan dengan etika, etika sendiri
digunakan sebagai suatu sistem nilai-nilai yang berlaku sesuai dengan yang
telah disepakati secara umum . Etika sendiri tidak mempermasalahkan
keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana manusia harus
berperilaku, berdasarkan norma yang berlaku.

 Berbuat ihsan
1. Takafulul Ijtima’

Dalam bahasa arab,jaminan sosial adalah terjemahan dari “at-takaful al-


ijtima`i “. Adapun kata at-takaful diambil dari kata kerja “kafala” yang
secara etimologi bisa menunjukan arti berlipat ganda, pengawas atau
penanggung. Sedangkan menurut terminologi fukaha, at-takaful al-ijtima`i
(jaminan sosial) adalah :solidaritas dan sikap saling tolong menolong

18
diantara komunitas masyarakat, baik individu maupun kolektif, pejabat
ataupun rakyat untuk mengambil langkah-langkah positif dengan motivasi
perasaan (emosional) Islami, supaya masing-masing dapat mewujudkan
kehidupan masyarakat yang harmonis. Secara garis besar, takafulul
ijtima’i ini antara lain meliputi: solidaritas, kepedulian, dan pengorbanan
untuk kepentingan sosial (masyarakat). Munculnya konsep takafulul
ijtima’i ini karena dalam pandangan Islam pada dasarnya setiap individu
yang ada dalam masyarakat merupakan satu kesatuan umat yang utuh yang
harus terjaga hak dan kewajibannya secara seimbang.

2. Tasamuh
Tasamuh berasal dari kata yang artinya toleransi. Tasamuh berarti sikap
tenggang rasa saling menghormati saling menghargai sesama.manusia untuk
melaksanakan hak-haknya Tasamuh dapat menjadi pengikat persatuan dan
kerukunan, mewujudkan suasana yang harmonis, dapat menjalin dan
memperkuat tali silaturrahmi kepada sesama, mempererat tali persaudaraan
dengan semua kalangan, menjalin kasih sayang antar umat beragama, dan
memperoleh banyak kemudahan.

3. Ta’awun (Saling Menolong)

Lahir dari proses tafahum. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling
mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan amal
( saling Bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah
kebahagiaan tersendiri. Karena manusia adalah makhluk sosial yang butuh
berinteraksi dan butuh bantuan orang lain.

12. Pertemuan Ke-14 (Akhlak Kepada Lingkungan Alam :


Mentafakuri Keberadaan Alam, Mengkulturkan Nature,
Menaturkan Kultur, dan Islamisasi Kultur)
o Tafakur

19
Secara bahasa berasal dari kata “Tafakkara” dalam Bahasa Arab yang
menurut KBBI artinya renumgan, perenumgan, merenung, menimbang
dengan sungguh-sungguh, dan pengheningan cipta. Sedangkan menurut
istilah, tafakur adalah merenungkan sesuatu melalui melihat, analisa,
kemudian meyakini tandatanda kekuasaan dan kebesaran Allah dalam
menciptakan, mengatur, menjaga dan memelihara alam semesta dan isinya,
berdasarkan akal pikiran dan hati yang suci sehingga, meningkatkan
keyakinan bahwa hanya Allah dzat Maha Pencipta satusatunya yang layak
disembah dan ditakuti. Menurut kesepakatan ulama, terdapat lima jenis
tafakur diantaranya sebagai berikut :

a. Tafakur terhadap ayat-ayat Allah yang harus diyakini dengan


sungguhsungguh serta tawajuh. Contohnya dalam merenungkan penciptaan
matahari, bumi, dan bulan yang selalu berputar pada porosnya. Sehingga
terjadi pergantian siang dan malam. Pada siang hari, manusia dapat beraktivitas
dengan bantuan cahaya matahari dan pada malam hari, manusia dapat
beristirahat dalam suasana tentram.

b. Tafakur terhadap nikmat Allah yang dapat meningkatkan mahabbah


seseorang kepada Allah Subhanahu Wata‟ala.

c. Tafakur terhadap janji-janji Allah yang dapat membakar semangat dan


menyalakan keikhlasan dalam menjalankan perintah-Nya.

d. Tafakur terhadap peringatan Allah sehingga timbul rasa takut akan azab-Nya

e. Tafakur terhadap kelalaian diri, sehingga timbul rasa malu dalam diri
seseorang ketika melakukan perintah-Nya dengan lalai.

o Mengelola Alam (mengolah alam, mengelola budaya, budaya Islam)

Mengkulturkan nature (membudidaya alam) ketersediaan alam alangkah


baiknya digunakan dan dibudidayakan, yang demikian ini dapat menciptakan
karya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Menaturkan kultur

20
(experience culture), yaitu budaya atau karya manusia harus disesuaikan dalam
kondisi alam, diharapkan jangan merusak alam atau lingkungan agar tidak
menimbulkan kerusakan dan bencana bagi manusia dan lingkungannya.
Mengislamkan Kultur (Islamizing culture) yaitu dalam proses berbudaya
seseorang harus selalu berkomitmen nilai-nilai keislaman adalah rahmatan
lil'alamin, maka dibina berarti menggunakan segenap tenaga, kreatifitas dan
rasa dan niat, serta bakat yang mencari dan menemukan kebenaran Islam Ayat-
ayat ini dan keagungan dan kebesaran Tuhan.

13. Pertemuan Ke-15 (Model Pembinaan Akhlak Terpuji)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pembinaan merupakan


proses, cara dan perbuatan. Pembinaan berarti suatu proses yang dilakukan
dengan cara membimbing individu dalam mempelajari hal-hal baru dengan
tujuan memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan pembinaan akhlak terpuji
dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk merubah atau mengembangkan
kebiasaan yang telah dimiliki menjadi lebih baik, sehingga terbentuk akhlak
terpuji yang sesuai dengan ajaran islam. Model-model pembinaan yang dapat
dilakukan sesuai dengan ajaran islam, yaitu:

a. Uswah (teladan)

Pendidikan melalui keteladanan berarti memberi contoh yang baik


dalam cara berfikir, berperilaku, berucap, dan sebagainya. Manusia yang
patut dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW. Keteladanan
merupakan salah satu model yang menentukan keberhasilan dalam
membentuk sikap. Karena dengan meniru, kita lebih cepat mempelajarinya.
Apalagi dengan anak-anak, disadari atau tidak segala sesuatu yang ia lihat
akan ditirunya.

b. Ta‟widiyah (pembiasaan)

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Pembiasaan


dirasa sangat efektif jika dilakukan terhadap anak-anak, karena memiliki

21
ingatan yang kuat dan kepribadian yang belum matang, sehingga akan lebih
mudah terlarut dalam kebiasaan sehari-hari.

c. Mau‟izhah (nasehat)

Tujuan dari pemberian nasehat yaitu menghindarkan orang yang


dinasehati dari bahaya dan menunjukkan jalan yang memberikan
kebahagiaan dan manfaat. Model ini digunakan untuk memberikan
pengaruh yang baik kedalam jiwa seseorang.

d. Qishshah (cerita)

Model cerita dalam pengaplikasiannya merupakan model yang penting,


karena model kisah mampu mengikat pendengar untuk merenungkan
maknanya, ikut menghayati dan seolah-olah menjadi tokoh dalam
ceritanya. Juga bertujuan untuk menggugah dan mendorong seseorang
untuk meyakini dan mencontoh hal-hal baik dalam cerita

22
23

Anda mungkin juga menyukai