Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

RASA MALU

Mata Kuliah:

HADIS HADIS KEJIWAAN

Dosen Pengampu:

Dr. H. Akhmad Sagir, M. Ag

Disusun Oleh:

Lu’luatun Nafisah 200103040021

Vivi Listia Ningsih 200103040076

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM

2021/2022
PEMBUKAAN

A. Latar Belakang
Jika makna malu adalah mencegah dari melakukan sesuatu yang tercela,maka
seruan untuk memiliki malu pada dasarnya adalah seruan untuk mencegah segala
maksiat dan kejahatan. Di samping itu rasa malu adalah ciri khas dari kebaikan, yang
senantiasa diinginkan oleh setiap manusia. Mereka melihat bahwa tidak memiliki rasa
malu adalah kekurangan dan suatu aib. Pada dasarnya, islam dalam keseluruhan
hukum dan ajarannya, adalahajakan yang bertumpu pada kebaikan dan kebenaran.
Juga merupakan seruan untuk meninggalkan setiap hal yang tercela dan memalukan.
Manusia sekarang sudah jarang yang memilikirasa malu contohnya dalam
kehidupan sehari-hari kita kita sering menyaksikan manusia yang sudah tidak lagi
memiliki rasa malu bila melanggar hati nurani dan aturan hidup. Cobalah anda lihat
dan baca melalui media masa. Tidak sedikit manusia yang dengan
bebasnyamelakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hati nurani dan norma
masyarakat yang berlaku. Dari mulai mereka berpakaian, bersikap dan bertingkah
laku. Jadi sebagai orang tua dan para pendidik juga ikut berkewajiban untuk
menanamkan rasa malu secara sungguh-sungguh. Untuk itu, hendaknya mereka
menggunakan berbagai metode pendidikan yang baik, seperti mengawasi perilaku
anak-anak dan segera meluruskan jika melihat perbuatan yang bertentangan dengan
rasa malu, memilihkan teman bermain yang baik, memilihkan buku-buku yang
bermanfaat, menjauhkan dari berbagai tontonan yang merusak, danmenjauhkan dari
omongan yang tidak baik.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasa Malu


Malu adalah salah satu bentuk emosi manusia. Malu memiliki arti beragam,
yaitu sebuah emosi, pengertian, pernyataan, atau kondisi yang dialami manusia akibat
sebuah tindakan yang dilakukannya sebelumnya, dan kemudian ingin ditutupinya.
Penyandang rasa malu secara alami ingin menyembunyikan diri dari orang lain karena
perasaan tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain.
Dalam beberapa buku, misalnya buku berjudul Shame: Theory, Therapy,
Theology karya Stephen Pattison dan Shame: Exposed Self karya Michael Lewis,
malu identik dengan perasaan yang dialami Hawa di Surga ketika ia habis melanggar
perintah Tuhan untuk tidak memakan buah Khuldi. Pada saat itu dikisahkan Hawa
merasa malu karena dia sadar bahwa dirinya telanjang setelah ia melakukan perbuatan
dosa, yaitu memakan buah khuldi yang dilarang oleh Tuhan sendiri.
Malu adalah sifat atau perasaan yang membentengi seseorang dari melakukan
yang rendah atau kurang sopan. Agama Islam memerintahkan pemeluknya memiliki
sifatmalu karena dapat meningkatkan akhlak seseorang menjadi tinggi. Orang yang
tidak memiliki sifat malu, akhlaknya akan rendah dan tidak mampu mengendalikan
hawa nafsu.
Sifat malu merupakan ciri khas akhlak dari orang beriman. Orang yang
memiliki sifat ini jika melakukan kesalahan atau yang tidak patut bagi dirinya makan
akan menunjukkan rasa penyesalan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki rasa malu,
merasa biasa saja ketika melakukan kesalahan dan dosa walaupun banyak orang lain
yang mengetahui apa yang telah dilakukannya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Malu berasal dari kata hayaah
(hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan),
tetapi makna ini tidak masyhûr. Hidup dan matinya hati seseorang sangat
mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu,
dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati
hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.
B. Keutamaan Rasa Malu
Malu adalah suatu perkara yang telah diketahui manusia sejak zaman kenabian
terdahulu, dan bahkan kalimat kenabian yang pertama sampai kepada manusia adalah
mengenai perkara malu.
Dari Abu Mas’ud, ia berkata bahwa Uqbah berkata, Rasulullah SAW. pernah
bersabda: “Sesungguhnya diantara kalimat kenabian pertama yang sampai ketengah-
tengah manusia adalah : “Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.” (HR.
Bukhari). Berikut beberapa keutamaan nmalu menurut Islam :
1. Malu merupakan salah satu cabang keimanan
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. pernah bersabda : “Iman adalah pokoknya,
cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu termasuk cabangnya iman.” (HR.
Muslim). Dari hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa malu adalah termasuk
cabang iman. Itu berarti orang yang tidak punya malu dia tidak beriman kepada

2
Allah SWT, karena orang yang tidak memiliki rasa malu tidak akan sungkan
untuk melakukan perbuatan maksiat dan dosa.
2. Malu merupakan sebuah hal yang mendatangkan kebaikan
Malu tidak akan membuat seseorang terjerumus dalam kejelekan justru
sebaliknya, malul dapat memberi kebaikan pada diri seseorang dan
menghindarkannya dari perbuatan hina. Rasullullah SAW. bersabda : Malu tidak
mendatangkan sesuaatu melainkan kebaikan semata-mata.”
3. Malu adalah akhlak para Malaikat
Rasulullah SAW. bersabda : “Apakah aku tidak pantas merasa malu terhadap
seseorang, padahal malaikat merasa malu terhadapnya.” Dalam hadits tersebut
dimaksudkan para malaikat malu kepada hamba-hamba Allah yang taat kepada-
Nya.
4. Malu merupakan salah satu akhlak dalam Islam
Rasulullah SAW. bersabda : “Sesungguhnya setiap agama memilliki akhlak dan
malu merupakan akhlaknya Islam.”
5. Malu merupakan salah satu sifat Allah SWT.
Allah SWT. akan merasa malu ketika ada hambanya yang bersujud lalu
menengadahkan tangan berdoa memohon kepadanya lalu menurunkan tangan
dengan keadaan kosong. Allah malu ketika hambanya berdoa memohon
kepadanya namun tidak mengabulkannya.
6. Malu dapat mengantarkan seseorang menuju surge
Rasulullah SAW. bersabda : “Malu adalah bagian dari iman, sedang iman
tempatnya disurga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang
tempat untuk tabiat kasar adalah neraka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
7. Malu senantiasa bersama dengan iman
Rasulullah SAW. bersabda : “Malu dan iman senantiasa bersama, apabila salah
satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.” (HR. Al-Hakim dan At-Thabrani).
Maksud dari hadits tersebut adalah, ketika seseorang tidak memiliki rasa malu
maka ia pun akan kehilangan imannya, dan begitu juga sebaliknya, ketika
seseorang tidak memiliki iman, maka ia pun itdak memiliki rasa malu.
8. Malu merupakan warisan para nabi terdahulu
Dari Abu Mas’ud, ia berkata bahwa Uqbah berkata, Rasulullah SAW. pernah
bersabda : “Sesungguhnya diantara kalimat kenabian pertama yang sampai
ketengah-tengah manusia adalah : “Jika engkau tidak malu, berbuatlah
sekehendakmu.” (HR. Bukhari). Dari hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa
perkara malu sudah aada sejak zaman kenabian terdahulu.
9. Malu merupakan sifat Rasulullah SAW.
Nabi Muhammad SAW. merupakan sosok yang sangat pemalu, bahkan didalam
hadits dikatakan bahwa beliau lebih pemalu daripada wanita yang sedang dipingit.
10. Malu dapat menghindarkan manusia dari dosa
Sifat malu dapat mencegah manusia untuk melakukan maksiat dan perbuatan yang
mengakibatkan dosa. Karena ketika seseorang masih memiliki rasa malu, itu
artinya ia masih memiliki iman.

3
Jadi, malu dalam Islam merupakan sifat yang baik. Sebagai muslim kita harus
menjaga sifat malu agar terus tertanam didalam diri, karena ketika banyak manusia
yang telah kehilangan rasa malunya, itu merupakan salah satu ciri-ciri akhir zaman
menurut Islam. Dan sebagai muslim yang baik alangkah baiknya agar kita berperilaku
dan berakhlak sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah dalam sumber syariat Islam
dan sesuai dasar hukum Islam. Malu memang dianjurkan demi mencegah keburukan
dan kemaksiatan, namun, janganlah pula kita merasa malu dalam melakukan
kebaikan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda , “Sesungguhnya salah satu
perkara yang telah diketahui manusia dari kalimat kenabian terdahulu…".
Maksudnya, ini sebagai hikmah kenabian yang sangat agung, yang mengajak
kepada rasa malu, yang merupakan satu perkara yang diwariskan oleh para Nabi
kepada manusia generasi demi generasi hingga kepada generasi awal umat Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antara perkara yang didakwahkan oleh
para Nabi terdahulu kepada hamba Allah Azza wa Jalla adalah berakhlak malu.
Sesungguhnya sifat malu ini senantiasa terpuji, dianggap baik, dan
diperintahkan serta tidak dihapus dari syari’at-syari’at para nabi terdahulu.
C. Hadis Yang Berkaitan Dengan Rasa Malu

ُ‫الح َيا ُء الَ َيأْتِي إِاَّل ِب َخي ٍْر» َف َقا َل ُب َش ْي ُر بْن‬


َ « :‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ُّ‫ َقا َل ال َّن ِبي‬:‫ َقا َل‬،‫ان‬
َ ‫َعنْ عِ م َْر‬
َ ِ‫الح َيا ِء َسكِي َن ًة ” َف َقا َل َل ُه ع‬
: ُ‫مْران‬ َ ‫ َوإِنَّ م َِن‬،‫الح َيا ِء َو َقارً ا‬ َ ‫ إِنَّ م َِن‬:ِ‫ ” َم ْك ُتوبٌ فِي ال ِح ْك َمة‬:ٍ‫َكعْ ب‬
َ ْ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َو ُت َح ِّد ُثنِي َعن‬
َ ‫صحِي َف ِت‬
‫ك‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ك َعنْ َرس‬ َ ‫»«أ ُ َح ِّد ُث‬
Artinya:

Dari Imran ia berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Rasa malu itu tidak
mendatangkan kecuali kebaikan.” Berkata Busyair bin Ka’ab, “Tertulis dalam Al-Hikmah bahwa
diantara malu, ada yang merupakan kewibawaan dan diantara rasa malu itu ada yang merupakan
ketenangan.” Maka Imran marah dan berkata “Aku sampaikan kepadamu hadits Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sementara kamu menyampaikan kepadaku dari sahifah kamu sendiri.”

Malu merupakan akhlak yang sangat dianjurkan oleh Islam. Dalam hadits yang dikeluarkan
oleh Ibnu Majah dari hadits Anas, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

َ ‫ْال‬
ُ‫ح َياء‬ ‫ َو ُخلُ ُق اإْل ِسْ اَل ِم‬،‫ِين ُخلُ ًقا‬
ٍ ‫إِنَّ لِ ُك ِّل د‬
Artinya: “Setiap agama mempunyai ciri khas akhlak dan ciri khas akhlak Islam itu rasa
malu.” (HR. Ibnu Majah)

Allah mensifati diri-Nya sebagai pemalu. Diantara sifat Allah adalah Al-Hayyiyu (Yang Maha
Pemalu). Disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Tirmidzi dan Baihaqi, dari Salman Al-Farizi
bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِ ‫إِنَّ هَّللا َ َح ِييٌّ َك ِري ٌم َيسْ َتحْ ِيي إِ َذا َر َف َع الرَّ ُج ُل إِ َل ْي ِه َيدَ ْي ِه أَنْ َي ُر َّد ُه َما صِ ْفرً ا َخا ِئ َب َتي‬
‫ْن‬
Artinya:

4
“Sesungguhnya Allah Maha Hidup dan Maha Mulia, Dia merasa malu apabila seseorang
mengangkat kedua tangannya kepadaNya dan kembali dalam keadaan kosong tidak membawa
hasil.” (HR. Tirmidzi & Baihaqi)

Anda mungkin juga menyukai