Anda di halaman 1dari 21

hamdan hairin

Kajian Hadits
ARBA'IN NAWAWI
Hadits ke - 20
RASA MALU
KEUTAMAAN MEMILIKI RASA MALU
KEUTAMAAN MEMILIKI RASA MALU
KEUTAMAAN MEMILIKI RASA MALU
KEUTAMAAN MEMILIKI RASA MALU
KEUTAMAAN MEMILIKI RASA MALU
Dari Abu Mas’ud Al-Badri RA. berkata:
Rasulullah SAW. bersabda:
“Sungguh di antara perkara yang diketahui
oleh manusia dari perkataan kenabian
terdahulu adalah:
"JIKA ENGKAU TIDAK MALU,
BERBUATLAH SESUKAMU”
(HR. Bukhari)
1. Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan
tidak terhapus ajarannya.

2. Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap


lagi kebaikan darinya sedikitpun.

3. Malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada


kebaikan. Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan
siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya.

4. Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.


5. Rasa malu merupakan prilaku dan dapat dibentuk.
Maka setiap orang yang memiliki tanggung jawab
hendaknya memperhatikan bimbingan terhadap mereka
yang menjadi tanggung jawabnya.

6. Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukumhukum agama


serta menuntut ilmu dan kebenaran. Allah SWT. berfirman:

“Dan Allah tidak malu dari kebenaran“ (Q.S. Al-Ahzab: 53).

7. Di antara manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari


perbuatan tercela) dan Wafa’ (menepati janji).
Suatu ketika Malaikat Jibril AS pernah memberikan lima nasihat
kepada Rasulullah SAW. seperti yang dijelaskan dalam hadits:
Rasulullah SAW. telah bersabda, telah datang kepadaku
Malaikat Jibril AS. dan Ia berkata:

"Wahai Muhammad, Hiduplah sesukamu (tapi ingatlah)


sesungguhnya engkau akan mati. Berbuatlah sesukamu
(tapi ingatlah) sesungguhnya engkau akan diberi balasan
karenanya. Cintailah siapa yang kamu suka (tapi ingatlah)
sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.
Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin terletak pada
shalat malamnya dan kehormatannya terletak pada
ketidak-butuhannya kepada manusia."
(HR. Ath-Thabrani)
Abu Sa'id al-Khudriy berkata,

”Nabi SAW. adalah sosok yang lebih pemalu daripada


seorang gadis yang dipingit dalam rumah, apabila beliau
melihat sesuatu yang tidak disukainya, maka kami akan
mengetahui dari raut muka Beliau."
(HR. Al-Bukhari)
Pada dasarnya rasa malu selalu membawa pada kebaikan, sebab malu
itu sendiri adalah hal yang baik.
rasa malu ada yang terpuji dan tercela.
Rasa malu yang terpuji adalah rasa malu untuk melakukan maksiat dan
larangan-larangan-Nya. Baik yang membawa dampak pada kehidupan
agama maupun sosial. Seperti malu zina, mabuk, gunjing, membuka
aurat, dan sebagainya.
Rasa malu yang tercela adalah rasa malu yang tidak pada tempatnya.
Malu untuk menampakkan syiar-syiar Islam. Malu beribadah dan hadir
di majelis ta’lim karena takut dikatakan sok alim.
1. Malu merupakan bagian dari Iman
Dari Abu Hurairah RA., bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

Rasa malu merupakan cabang dari keimanan.


(HR. Bukhari No. 9, Muslim No. 57, 58)
2. Malu mendatangkan kebaikan

"Rasa malu tidaklah mendatangkan


melainkan kebaikan"
(HR. Bukhari No. 6117, Muslim No. 37, 60)
3. Malu senantiasa bersama Iman

“Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah


satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.”
(HR. Al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrod)
4. Malu merupakan akhlaq Islam

Dari Ibnu Abbas RA. dia berkata, "Rasulullah SAW.


bersabda: "Sesungguhnya setiap agama itu memliki
akhlaq, sedangkan akhlak Islam adalah rasa malu."
(HR. Ibnu Majah)
5. Malu adalah perhiasan

Dari Anas RA. ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda:


"Tidak ada perbuatan atau perkataan keji dalam sesuatu
melainkan hal itu akan memperburuknya, dan tidak ada
malu dalam sesuatu melainkan hal itu akan menghiasnya."
(HR. Ahmad)
6. Rasa malu dicintai Allah SWT.

Dari Ya'la bin Umayyah RA. ia berkata, "Rasulullah


SAW. bersabda, "Sesungguhnya Allah 'azza wajalla
menyukai sifat malu dan As Satr (tertutup)."
(HR. Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai