Anda di halaman 1dari 5

22 Tanda Iman Anda Sedang Lemah

1
Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan iman sedang lemah. Setidaknya ada 22 tanda yang dijabarkan dalam artikel ini.
Tanda-tanda tersebut adalah:
1. Ketika Anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa.
Hati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka
segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda. Akibatnya, Anda akan berani melakukan perbuatan durhaka dan
dosa secara terang-terangan.
Ketahuilah, Rasululllah saw. pernah berkata, Setiap umatku mendapatkan perlindungan afiat kecuali orang-orang yang
terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseorang melakukan suatu perbuatan pada
malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, Hai fulan, tadi
malam aku telah berbuat begini dan begini, padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak
sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya. (Bukhari, 10/486)
Rasulullah saw. bersabda, Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang di saat
mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman. (Bukhari,
hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)
2. Ketika hati Anda terasa begitu keras dan kaku.
Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati Anda. Bahkan, ketika
ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai Anda masuk ke dalam ayat ini,
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (Al-Baqarah:74)
3. Ketika Anda tidak tekun dalam beribadah.
Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Quran. Melamun dalam doa. Semua dilakukan sebagai
rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah!
Rasulullah saw. berkata, Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main. (Tirmidzi, hadits nomor 3479)
4. Ketika Anda terasa malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah.
Bahkan, meremehkannya. Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury time, waktu shalat
sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jumat dan
lebih suka barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling
duluan. Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff
pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka. (Abu Daud, hadits nomor 679) Allah swt.
menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri
dengan malas.
Jadi, hati-hatilah jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak
bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan azan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau
mengentar-entarkan utang puasa Ramadhan.
5. Ketika hati Anda tidak merasa lapang.
Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sumpek dengan tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal
kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, Rasulullah saw. berkata, Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati. (As-Silsilah
Ash-Shahihah, nomor 554)
6. Ketika Anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Quran.
Tidak bergembira ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar
ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan dan
malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Quran. Jangan sampai Anda membuka mushhaf, tapi di saat yang sama
melalaikan isinya.
Ketahuilah, Allah swt. berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal. (Al-Anfal:2)
7. Ketika Anda melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya.
Sehingga Anda merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula
Anda menangkupkan tangan dan menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab, Allah telah
mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali. (An-
Nisa:142)
8. Ketika Anda tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang
diharamkan Allah.
Ghirah Anda padam. Anggota tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan nahyi munkar. Bahkan, raut muka Anda pun tidak
berubah sama sekali.
Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang menyaksikannya dan dia
membencinya dan kadang beliau mengucapkan: mengingkarinya, maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan,
siapa yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha kepadanya, maka dia seperti orang yang
menyaksikannya. (Abu Daud, hadits nomor 4345).
Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah
kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan
ini adalah selemah-lemahnya iman. (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70)
9. Ketika Anda gila hormat dan suka publikasi.
Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain
berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang.
Narsis banget!
Allah berfirman, Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(Luqman:18)
Nabi saw. pernah mendengar ada seseorang yang berlebihan dalam memuji orang lain. Beliau pun lalu bersabda kepada si
pemuji, Sungguh engkau telah membinasakan dia atau memenggal punggungnya. (Bukhari, hadits nomor 2469, dan Muslim
hadits nomor 5321)
Hati-hatilah. Ingat pesan Rasulullah ini, Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal
itu akan menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang
terakhir. (Bukhari, nomor 6729)
Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada
awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hati kiamat, kecuali orang yang adil.
(Shahihul Jami, 1420).
Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, Iman mempunyai tujuh
puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan Laa ilaaha illallah, dan yang paling rendah
adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan. (Bukhari,
hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50)
Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka? tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, Ya. Rasulullah saw.
bersabda, Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong. (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)
10. Ketika Anda bakhil dan kikir.
Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.
(Shahihul Jami, 2678)
11. Ketika Anda mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat.
Ingat, Allah swt. benci dengan perbuatan seperti itu. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu perbuat. (Ash-Shaff:2-
3)
Apakah Anda lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.
12. Ketika Anda merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan. Anda merasa sedih
jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam beberapa hal.
Ingatlah! Kata Rasulullah saw, Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah
berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu
itu dan mengajarkannya kepada orang lain. (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352)
Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., Orang Islam yang manakah yang paling baik? Rasulullah saw. menjawab,
Orang yang muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya. (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits nomor 57)
13. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, Anda
akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama.
Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang
haram, seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah
untuk merumput di dalamnya. (Muslim, hadits nomor 1599)
Iman Anda pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan, Gak apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang
melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa! Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan ragu
untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi.
14. Ketika Anda mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan kecil.
Ini pesan Rasulullah saw., Jangan sekali-kali kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di
embermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudaramu sedangkan
wajahmu tampak berseri-seri kepadanya. (Silsilah Shahihah, nomor 1352)
Ingatlah, surga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan sepele! Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang
menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan barangsiapa yang
diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga. (Bukhari, hadits nomor 593)
15. Ketika Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan-urusan
mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi keselamatan mereka pun tidak mau.
Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah ini, Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang
yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan
orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala. (Silsilah Shahihah,
nomor 1137)
16. Ketika Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara Anda.
Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karena Allah atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh
permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya, begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401)
17. Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam.
Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para
ulama. Padahal, Allah swt. berfirman, Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah.
(Ash-Shaff:14)
18. Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat.
Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. Anda kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari
kenyataan. Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji. (Al-Ankabut:2)
Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil. Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman.
Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan
kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu
menjadi kebaikan baginya. (Muslim)
19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat.
Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku. Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada
petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan. (Shahihul Jami, nomor 5633)
20. Ketika Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia.
Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, Dunia itu penjara bagi orang
yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir. (Muslim)
21. Ketika Anda senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan
keimanan ada dalam hatinya. Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan Anda.
Bukankah Allah swt. telah berfirman, Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia. (Al-Israa:53)
Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat,
mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas
dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil. (Al-Qashash:55)
Nabi saw. bersabda, Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam. (Bukhari dan
Muslim)
22. Ketika Anda berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan.
Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling Anda sangat membutuhkan sedikit
harta untuk menyambung hidup.
Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini, Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan. (Al-Araf:31). Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah
memerintahkan kita untuk, Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (Al-Isra:26)
Rasulullah saw. bersabda, Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah.
(Al-Silsilah Al-Shahihah, nomor 353).

20 Cara Menguatkan Iman Anda

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. (Ali Imran: 102)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah
menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah mengembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kami saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An-Nisa: 1)
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan, barangsiapa menaati Allah dan Rasul-
Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapatkan kemenangan yang besar.
Begitulah perintah Allah kepada kita agar kita bertakwa. Namun, iman di dalam hati kita bukanlah sesuatu yang statis. Iman
kita begitu dinamis. Bak gelombang air laut yang kadang pasang naik dan kadang pasang surut.
Ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu kita masih ada dalam kebaikan, kita beruntung. Namun, bila ketika
kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu membuat kita ada di luar koridor ajaran Rasulullah saw., kita celaka. Rasulullah
saw. bersabda, Engkau mempunyai amal yang bersemangat, dan setiap semangat mempunyai kelemahan. Barangsiapa yang
kelemahannya tertuju pada sunnahku, maka dia telah beruntung. Dan, siapa yang kelemahannya tertuju kepada selain itu, maka
dia telah binasa. (Ahmad)
Begitulah kondisi hati kita. Sesuai dengan namanya, hati dalam bahasa Arab qalbanselalu berubah-ubah (at-taqallub)
dengan cepat. Rasulullah saw. berkata, Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya hati itu ialah laksana bulu yang
menempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin secara terbalik. (Ahmad dalam Shahihul Jami no. 2365)
Karena itu Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa agar Allah saw. menetapkan hati kita dalam ketaatan. Ya
Allah Yang membolak-balikan hati-hati manusia, balikanlah hati kami untuk taat kepada-Mu. (Muslim no. 2654)
Hati kita akan kembali pada kondisi ketaatan kepada Allah swt. jika kita senantiasa memperbaharui keimanan kita. Rasulullah
saw. bersabda, Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu sekalian sebagaimana pakaian
yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu. (Al-Hakim di Al-
Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-Shahihain no. 1585; Thabrany di Al-Kabir)
Bagaimana cara memperbaharui iman? Ada 20 sarana yang bisa kita lakukan, yaitu sebagai berikut.
1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran
Al-Quran diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia. Dan Kami turunkan dari Al-
Quran sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-Isra: 82).
Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran,
Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di
akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Quran, memikirkan
dan memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu
ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh.
2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Quran dan Sunnah
Al-Quran dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan
keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.
Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asmaul
husna). Dialah Al-Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muthali. Dia yang
menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.
Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-
Nya. (Az-Zumar: 67)
3. Carilah ilmu syari
Sebab, Al-Quran berkata, Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang-orang yang
berilmu. (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.
Allah berfirman, Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Az-Zumar: 9).
Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang diturunkan Allah sebagai tata cara hidup
manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya
dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.
Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang
tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu
tidak akan pernah punya rasa rindu untuk meraihnya.
4. Mengikutilah halaqah dzikir
Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah? Hanzhalah menjawab,
Hanzhalah telah berbuat munafik. Abu Bakar menanyakan apa sebabnya. Kata Hanzhalah, Jika kami berada di sisi
Rasulullah saw., beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala
sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan istri, anak-anak, dan kehidupan, lalu
kami pun banyak lupa.
Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-
Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam dzikir, tentu para malaikat akan menyalami
kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, saatah, saatan, saatan. (Shahih Muslim
no. 2750)
Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan
halaqah dzikir. Duduklah bersama kami untuk mengimani hari kiamat, begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa
melaksanakan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Quran, membaca hadits, atau mengkaji ilmu
pengetahuan lainnya.
5. Perbanyaklah amal shalih
Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini? Abu Bakar menjawab, Saya. Lalu
Rasulullah saw. bertanya lagi, Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab, Saya.
Lalu Rasulullah saw. bersabda, Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang melainkan dia akan masuk surga.
(Muslim)
Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal
shalih. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan surga. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari
Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Al-Hadid: 21)
Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., Mereka sedikit sekali tidur pada waktu
malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk
orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Adz-Dzariyat: 17-19)
Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu dengan amal-amal shalih, Allah akan mencintai kita.
Dalam sebuah hadits qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahwa Allah berfirman, Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-
Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya. (Shahih Bukhari no. 6137)
6. Lakukan berbagai macam ibadah
Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa, ibadah materi seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan
dzikir. Ada juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk
menyembuhkan lemah iman kita.
Puasa membuat kita khusyu dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah). Shalat rawatib dapat
menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitasnya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-
dunya. Tahajjud menambah kekuatan.
Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga
menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga. Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang menafkahi dua
istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: Wahai hamba Allah, ini adalah baik. Lalu barangsiapa
yang menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa menjadi orang yang
banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan puasa, maka dia
dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu
sedekah. (Bukhari no. 1798)
7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan suul khatimah
Rasa takut suul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab suul khatimah adalah
lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat
Izrail, lidah kita tidak mampu mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.
8. Banyak-banyaklah ingat mati
Rasulullah saw. bersabda, Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang ziarahilah kubur karena hal itu bisa
melunakan hati, membuat mata menangis mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.
(Shahihul Jami no. 4584)
Rasulullah saw. juga bersabda, Banyak-banyaklah mengingat penebas kelezatan-kelezatan, yakni kematian. (Tirmidzi no.
230)
Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah; dan dapat melunakkan
hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya
akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat. (Shahihul Jami no. 4109)
Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan
orang yang sudah mati. Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.
Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan
apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.
9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat
Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqiah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat,
An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadits-hadits Rasulullah saw.
Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang
dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafaat
Rasulullah saw., hisab, pahala, qishas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau neraka; semua itu
menambah tebal iman kita.
10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam
Aisyah pernah berkata, Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira karena
berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu. Rasulullah
saw. menjawab, Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab
dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan
kepada kami. (Muslim no. 899)
Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah
beliau. Kata Abu Musa, Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena
gerhana itu merupakan tanda kiamat.
11. Berdzikirlah yang banyak
Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara.
Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. Dan
ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa. (Al-Kahfi: 24) Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram. (Ar-
Rad: 28)
Ibnu Qayim berkata, Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang
harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah.
12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya
Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., Saat seseorang
paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa. (Muslim no. 428)
Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu
imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita.
Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.
13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk
Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara
diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.
Allah swt. berfirman, Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun,
kemudian datang kepada mereka adzab yang telah dijanjikan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang
mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syuara: 205-207)
Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. (Yunus: 45)
14. Memikirkan kehinaan dunia
Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia
adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan
kata Allah swt., Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya. (Ali Imran)
Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu bisa
dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-
rempah serta lemaknya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah ia. (Thabrani)
Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan
segala kenikmatan yang ada di dalamnya.
15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah
Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati. (Al-Hajj: 32)
Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.
(Al-Hajj: 30)
Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah,
misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.; tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-
Aqha), dan waktu-waktu tertentu seperti bulan-bulan haram.
Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka
menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw., Jauhilah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bisa
berhimpun pada diri seseorang hingga ia bisa membinasakan dirinya.
16. Menguatkan sikap al-wala wal-bara
Al-wala adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas
diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah,
tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.
Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman adalah hal yang bisa menghidupkan iman di dalam
hati kita.
17. Bersikap tawadhu
Rasulullah saw. bersabda, Merendahkan diri termasuk bagian dari iman. (Ibnu Majah no. 4118)
Rasulullah juga berkata, Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu
mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi
kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya. (Tirmidzi no. 2481)
Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf sahabat yang kayatidak beda dengan yang dikenakan para
budak yang dimilikinya.
18. Perbanyak amalan hati
Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha
dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat
kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara, dan mawas diri. Inilah halawatul
iman (manisnya iman)
19. Sering menghisab diri
Allah berfirman, Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). (Al-Hasyr: 18)
Umar bin Khattab r.a. berwasiat, Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab. Selagi waktu kita masih longgar, hitung-
hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah swt.? Sungguh ini
sarana yang efektif untuk memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.
20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman
Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, Iman
itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah
agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.
Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat kepadamu. Tidak ada daya dan
upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.

Anda mungkin juga menyukai