Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil
merubah keadaan duni dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan
iman masyarakat mereka menjadi masyarakat adil dan makmur. Para umara
melaksanakan perintah Allah para ulama beramar maruf dan nahi mungkar
dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan. Kalimatul
Haq mereka junjung tinggi tiada yg mengikat antar mereka selain tali
persaudaraan iman.
Namun setelah redup cahaya iman di hati kita lenyaplah nilai-nilai
kebaikan diantara kita. Masyarakat kita pun menjadi masyarakat yg penuh dgn
kebohongan kesombongan kekerasan individualisme keserakahan kerusakan
moral dan kemungkaran.
Yang demikian itu adl krn sesungguhnya Allah sekali-kali tidak
merubah sesuatu nikmat yg telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum
sehingga kaum itu merubah apa yg ada pada diri mereka sendiri?..
Dalam makalah ini, pemakalah akan memaparkan tentang salah satu
iman yang sangat disukai Allah dan bahkan Rasulullah memiliki karakter
tersebut, yaitu al-haya yang sering di sebut dengan malu.
Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing
dalam hidup ini mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan
kesejahteraan. Namun di manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal itu
semua?
Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yg disertai dgn amal
shaleh yg dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat
ke arah itu.
Barangsiapa yg mengerjakan amal shaleh baik laki-laki-laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yg baik dan sesungguhnya akan Kami beri

balasan kepada mereka dgn pahala yg lbh baik dari apa yg telah mereka
kerjakan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian haya (Malu)?
2. Bagaimana Macam-Macam Malu?
3. Bagaimana Manfaat Haya (Malu)?
4. Bagaimana Keutamaan Malu ?
5. Bagaimana Malu adalah warisan para Nabi terdahulu ?
6. Bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salllam Adalah Sosok
Pribadi Yang Sangat Pemalu ?
7. Bagaimana Malu Yang Tercela ?
8. Bagaimana Buah Dari Rasa Malu ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian haya (Malu)
2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Malu
3. Untuk Mengetahui Manfaat Haya (Malu)
4. Untuk Mengetahui Keutamaan Malu
5. Untuk Mengetahui Malu adalah warisan para Nabi terdahulu
6. Untuk Mengetahui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salllam Adalah
Sosok Pribadi Yang Sangat Pemalu
7. Untuk Mengetahui Malu Yang Tercela
8. Untuk Mengetahui Buah Dari Rasa Malu

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian haya (Malu)
Seorang pegawai tidak malu meminta uang pelicin kepada anggota
masyarakat, seorang pejabat tidak malu melakukan korupsi, seorang
pedagang tidak malu mengurangi timbangan. Seorang mahasiswa tidak malu
mencontek, seorang suami tidak malu semena-mena terhadap istri demikian
juga seorang istri tidak malu selalu melawan suami. Dan lain sebagainya.
Haya atau malu adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan
keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik.
Rasa malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang dari
segala sikap dan perbuatan yang dilarang agama. Tanpa kontrol rasa malu,
seseorang akan bebas melakukan apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsu.
Dia akan menjadi manusia lepas kendali tidak memperhatikan hal yang haram
atau yang halal, baik atau buruk, serta manfaat atau madharat setiap
perbuatanya.
Oleh karena itu hilangnya rasa malu adalah awal dari kehancuran dan
kebinasaan. Rasulullah saw bersabda
Sesungguhnya Nabi Saw bersabda: Sesungguhnya Allah swt
berfirman apabila Allah ingin membinasakan seorang hamba maka dicabut
darinya rasa malu. Apabila telah dicabut rasa malunya maka ia akan
menjadi pembenci dan dibenci. Dan apabila telah menjadi seperti itu maka
akan dicabut darinya amanah. Dan apabila dicabut darinya amanah maka
dia akan menjadi penghianat dan dikhianati.dan apabila telah menjadi
seperti itu maka akan dicabut rasa kasih-sayangnya. Apabila dicabut darinya
kasih sayang maka dia akan menjadi orang yang terkutuk dan mengutuk.
Dan apabila telah menjadi seperti itu maka akan dicabut didalam dirinya
Islam (HR. Ibnu Majah)
B. Macam-Macam Malu
1. Malu kepada Allah

Yaitu malu yang bersumber dari iman. Dengan keyakinan bahwa Allah
swt. Selalu melihat, mendengar dan mengawasi apa saja yang ia lakukan.
Rasulullah saw bersabda:


,
,
( 2458 : )
malulah kalian semua kepada Allah. Dengan sungguh-sungguh
malu, barang siapa yang malu kepada Allah dengan sungguhsungguh maka hendaklah ia menjaga apa yang dipikirkan oleh
kepalanya, apa yang dihimpun oleh perutnya, dan hendaklah dia
mengingat mati, dan barang siapa yang mengingginkan akhirat maka
hendaklah meninggalkan perhiasan dunia, maka barang siapa telah
melakukan itu semua berarti telah malu kepada Allah. (HR.Tirmidzi
No: 2458)
2. Malu kepada manusia
Seperti malunya anak kepada orang tuanya, istri kepada suaminya,
murid kepada gurunya, orang yang bodoh kepada orang yang alim, yang
kecil kepada yang besar, dan malunya seorang gadis ketika ingin menikah.
3. Malu kepada diri sendiri
Selain malu kepada Allah dan malu kepada manusia ketika sendiri dan
ingin mengerjakan sesuatu yang tidak baik. Maka ia harus malu kepada
dirinya sendiri. Seakan-akan orang mumin itu mempunyai dua jiwa. Dia
malu terhadap jiwa yang lainya apabila melakukan kesalahan. Apabila
dengan dirinya saja malu apalagi dengan orang lain. terlebih lagi kepada
Allah. Imam Nawawi membagi malu menjadi dua :
a. Rasa malu yang berkaitan dengan jiwa seperti malu untuk membuka
aurat, malu untuk meminta-minta dan lain-lain. Rasa malu ini
diciptakan Allah swt bagi seluruh mahluknya.
b. Rasa malu yang berkaitan dengan iman seperti malu untuk berbuat
maksiat. Rasa malu ini diberikan khusus kepada orang-orang mukmin.
C. Manfaat Haya (Malu)
1. Malu adalah kunci segala kebaikan
4

Rasul bersabda:

( )
segala macam malu adalah baik(Muslim)

( )
Malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan (Bukhari Muslim)
2. Malu menjadikan seseorang meninggalkan maksiatan kepada Allah
Karena pada hakekatnya kemaksiatan dilakukan oleh seseorang
akibat rasa malu kepadaAllah yang rendah. Ia tidak menyadari akan
besarnya kenikmatan yang ia terima dariNya.
3. Malu adalah sebaik-baik perhiasan
Rasulullah saw bersabda:


( )
Tidaklah kejahatan dalam segala sesuatu kecuali akan memburukkan
pelakunya. Dan tidaklah malu dalam segala sesuatu kecuali menghiasi
pelakunya(HR.Ahmad dan Tirmidzi dishahihkan oleh Al-Bani dalam
shahih Jami)
Seorang ulama berkata:

Iman itu telanjang. Bajunya adalah Taqwa sedangkan perhiasanya


adalah malu
4. Malu kepada Allah menjadikan Allah malu kepadanya
Seorang Zahid Yahya bin Muadz berkata :

Barang siapa yang malu kepada Allah dengan melakukan


ketaatan,maka Allah akan malau kepadanya ketika bersalah
5. Malu akan melindungi seseorang dari kehinaan

Kemuliaan dan kehinaan seseorang diukur oleh seberapa besar ia


dapat mengendalikan hawa nafsunya. Berapa banyak orang yang
terhormat menjadi hina disebabkan tidak mampu mengendalikan hawa
nafsu. Sedangkan nafsu dapat terkendali dengan baik jika seseorang tadi
memiliki sistem kontrol rasa malu yang tinggi dalam dirinya.
D. Keutamaan Malu
1. Malu pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan.
Malu mengajak pemiliknya agar menghias diri dengan yang mulia
dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang hina. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan sematamata. (Muttafaq alaihi)
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Malu itu kebaikan
seluruhnya.

Malu adalah akhlak para Nabi , terutama pemimpin

mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang lebih


pemalu daripada gadis yang sedang dipingit.
2. Malu adalah cabang keimanan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang.
Cabang yang paling tinggi adalah perkataan L ilha illallh, dan
yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari
jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.
3. Allah Azza wa Jalla cinta kepada orang-orang yang malu.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi,
Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah seorang
dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup diri.
4. Malu adalah akhlak para Malaikat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Apakah aku tidak pantas merasa malu terhadap seseorang,
padahal para Malaikat merasa malu kepadanya.
5. Malu adalah akhlak Islam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam
adalah malu

6. Malu sebagai pencegah pemiliknya dari melakukan maksiat.


Ada salah seorang Shahabat Radhiyallahu 'anhu yang mengecam
saudaranya dalam masalah malu dan ia berkata kepadanya, Sungguh,
malu telah merugikanmu. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
Biarkan dia, karena malu termasuk iman.
Abu Ubaid al-Harawi rahimahullh berkata, Maknanya, bahwa
orang itu berhenti dari perbuatan maksiatnya karena rasa malunya,
sehingga rasa malu itu seperti iman yang mencegah antara dia dengan
perbuatan maksiat.
7. Malu senantiasa seiring dengan iman, bila salah satunya tercabut
hilanglah yang lainnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya
dicabut, maka hilanglah yang lainnya.
8. Malu akan mengantarkan seseorang ke Surga.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga
dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat
kasar tempatnya di Neraka
E. Malu adalah warisan para Nabi terdahulu
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda , Sesungguhnya salah
satu perkara yang telah diketahui manusia dari kalimat kenabian terdahulu"
Maksudnya, ini sebagai hikmah kenabian yang sangat agung, yang
mengajak kepada rasa malu, yang merupakan satu perkara yang diwariskan
oleh para Nabi kepada manusia generasi demi generasi hingga kepada
generasi awal umat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antara
perkara yang didakwahkan oleh para Nabi terdahulu kepada hamba Allah
Azza wa Jalla adalah berakhlak malu.
Sesungguhnya sifat malu ini senantiasa terpuji, dianggap baik, dan
diperintahkan serta tidak dihapus dari syariat-syariat para nabi terdahulu.
F. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salllam Adalah Sosok Pribadi Yang
Sangat Pemalu
Allah Azza wa Jalla berfirman yang Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumahrumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan dengan tidak
menunggu-nunggu waktu masak (makanannya, tetapi jika kamu
diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu
tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian
itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh
kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar." [AlAhzb/ 33:53]
Abu Said al-Khudri rahimahullah berkata,
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang
dipingit di kamarnya.
Imam al-Qurthubi rahimahullh berkata, Malu yang dibenarkan adalah
malu yang dijadikan Allah Azza wa Jalla sebagai bagian dari keimanan dan
perintah-Nya, bukan yang berasal dari gharzah (tabiat). Akan tetapi, tabiat
akan membantu terciptanya sifat malu yang usahakan (muktasab), sehingga
menjadi tabiat itu sendiri. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki dua
jenis malu ini, akan tetapi sifat tabiat beliau lebih malu daripada gadis yang
dipingit, sedang yang muktasab (yang diperoleh) berada pada puncak
tertinggi.
G. Malu Yang Tercela
Qdhi Iydh rahimahullh dan yang lainnya mengatakan, Malu yang
menyebabkan menyia-nyiakan hak bukanlah malu yang disyariatkan, bahkan
itu ketidakmampuan dan kelemahan. Adapun ia dimutlakkan dengan sebutan
malu karena menyerupai malu yang disyariatkan.
Dengan demikian, malu yang menyebabkan pelakunya menyia-nyiakan
hak Allah Azza wa Jalla sehingga ia beribadah kepada Allah dengan
kebodohan tanpa mau bertanya tentang urusan agamanya, menyia-nyiakan
hak-hak dirinya sendiri, hak-hak orang yang menjadi tanggungannya, dan
hak-hak kaum muslimin, adalah tercela karena pada hakikatnya ia adalah
kelemahan dan ketidakberdayaan.
Di antara sifat malu yang tercela adalah malu untuk menuntut ilmu
syari, malu mengaji, malu membaca Alqur-an, malu melakukan amar maruf

nahi munkar yang menjadi kewajiban seorang Muslim, malu untuk shalat
berjamaah di masjid bersama kaum muslimin, malu memakai busana
Muslimah yang syari, malu mencari nafkah yang halal untuk keluarganya
bagi laki-laki, dan yang semisalnya. Sifat malu seperti ini tercela karena akan
menghalanginya memperoleh kebaikan yang sangat besar.
Tentang tidak bolehnya malu dalam menuntut ilmu, Imam Mujahid
rahimahullah berkata,
Artinya : Orang yang malu dan orang yang sombong tidak akan
mendapatkan ilmu.
Ummul Mukminin isyah radhiyallhu anha pernah berkata tentang
sifat para wanita Anshr,
Artinya : Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshr. Rasa malu tidak
menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu Agama.
Para wanita Anshr radhiyallhu anhunna selalu bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam jika ada permasalahan agama yang
masih rumit bagi mereka. Rasa malu tidak menghalangi mereka demi
menimba ilmu yang bermanfaat.
Ummu Sulaim radhiyallhu anha pernah bertanya kepada Rasulullah,
Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ! Sesungguhnya Allah Azza
wa Jalla tidak malu terhadap kebenaran, apakah seorang wanita wajib mandi
apabila ia mimpi (berjim)? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab, Apabila ia melihat air.
H. Buah Dari Rasa Malu
Buah dari rasa malu adalah iffah (menjaga kehormatan). Siapa saja
yang memiliki rasa malu hingga mewarnai seluruh amalnya, niscaya ia akan
berlaku iffah. Dan dari buahnya pula adalah bersifat wafa' (setia/menepati
janji).
Imam Ibnu Hibban al-Busti rahimahullaah berkata, Wajib bagi orang
yang berakal untuk bersikap malu terhadap sesama manusia. Diantara berkah
yang mulia yang didapat dari membiasakan diri bersikap malu adalah akan
terbiasa berperilaku terpuji dan menjauhi perilaku tercela. Disamping itu
berkah yang lain adalah selamat dari api Neraka, yakni dengan cara
senantiasa malu saat hendak mengerjakan sesuatu yang dilarang Allah.

Karena, manusia memiliki tabiat baik dan buruk saat bermuamalah dengan
Allah dan saat berhubungan sosial dengan orang lain.
Bila rasa malunya lebih dominan, maka kuat pula perilaku baiknya,
sedang perilaku jeleknya melemah. Saat sikap malu melemah, maka sikap
buruknya menguat dan kebaikannya meredup.
Beliau melanjutkan, Sesungguhnya seseorang apabila bertambah kuat
rasa malunya maka ia akan melindungi kehormatannya, mengubur dalamdalam kejelekannya, dan menyebarkan kebaikan-kebaikannya. Siapa yang
hilang rasa malunya, pasti hilang pula kebahagiaannya; siapa yang hilang
kebahagiaannya, pasti akan hina dan dibenci oleh manusia; siapa yang
dibenci manusia pasti ia akan disakiti; siapa yang disakiti pasti akan bersedih;
siapa yang bersedih pasti memikirkannya; siapa yang pikirannya tertimpa
ujian, maka sebagian besar ucapannya menjadi dosa baginya dan tidak
mendatangkan pahala. Tidak ada obat bagi orang yang tidak memiliki rasa
malu; tidak ada rasa malu bagi orang yang tidak memiliki sifat setia; dan
tidak ada kesetiaan bagi orang yang tidak memiliki kawan. Siapa yang sedikit
rasa malunya, ia akan berbuat sekehendaknya dan berucap apa saja yang
disukainya.

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang
tinggi dan sempurna dan membedakan dengan makhluk makhluk yang lain.
Etika dan moral memiliki perbedaan, yaitu: kalau dalam pembicaraan etika,
untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan
tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak
ukur yang digunakan adalah norma-norma yang berkembang dan berfungsi di
masyarakat.
Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Etika, moral,
susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua
istilah tersebut sama sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang
baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan
lahiriahnya.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat saya sampaiakan kurang lebihnya mohon
di maafkan, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan, jika ada
kesalahan mohon di ingatkan dan dibenarkan, sebagai perbaikan saya ke
depan. Semoga apa yang tertera disini bisa membawa manfaat untuk kita
semua dan bisa menambah wawasan kita semua dalam kompeterensi terkait.

11

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu,

April 2015

Penyusun

i
12

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................

1
2
2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian haya (Malu)..............................................................

B. Macam-Macam Malu..................................................................

C. Manfaat Haya (Malu).................................................................

D. Keutamaan Malu ........................................................................

E. Malu adalah warisan para Nabi terdahulu...................................

F. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salllam Adalah


Sosok Pribadi Yang Sangat Pemalu.............................................

G. Malu Yang Tercela ......................................................................

H. Buah Dari Rasa Malu..................................................................

10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran .....................................................................................................

12
12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

iii

13
ii

DAFTAR PUSTAKA
Djatnika, Rakhmat. Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), Jakarta, Pustaka Panjimas.
1992.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak, Yogyakarta, LPPI UMI. 1999.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Jakarta, RajaGrafindo Persada. 2010
Mustofa, A. 2010, Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Mustofa, A. 2007, Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia

iii
14

MAKALAH
AKHLAK TASAWUF
AL-HAYA (MALU)

Di Susun Oleh :
Erni Muhasanah
1416323203

Dosen :
Drs. Nur Ibrahim, M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BENGKULU
2015
15

TUGAS MANDIRI STRUKTUR


AKHLAK TASAUF

AL-HAYA (PEMALU)

Di Susun Oleh :
Riko Purnando
1416323246

Dosen :
Drs. Nur Ibrahim, M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BENGKULU
2015

16

17

Anda mungkin juga menyukai