2. Dalil tentang al-Haya' Salah satu landasan sifat malu ini adalah
merasa melihat Allah atau merasa dilihat Allah. Sebagaimana konsep
ihsan yang dijelaskan oleh Rasulullah sebagai berikut: ِ
Umar ra. Berkata, Nabi Saw. bersabda: Malu dan iman senantiasa
bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang
lainnya. (HR. Hakim)
seseorang dan bahkan sumber utama kebaikan. Maka dari itu, sifat
ini perlu dimiliki dan dipelihara dengan baik. Sifat malu dapat
meneguhkan iman seseorang.
B. al-Khauf (Takut)
ُ ع ْن شَ َم ۤا ِٕى ِل ِه ْۗ ْم َو َال ت َِجد َ ث ُ َّم َ ٰالتِ َينَّ ُه ْم ِِّم ْۢ ْن َبي ِْن ا َ ْي ِد ْي ِه ْم َو ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم َو
َ ع ْن ا َ ْي َمانِ ِه ْم َو
َا َ ْكث َ َرهُ ْم ٰش ِك ِريْن
3. Contoh ar-Rahiim
D. Pemaaf
َس َع ِة ا َ ْن يُّؤْ ت ُ ْْٓوا اُو ِلى ْالقُ ْر ٰبى َو ْال َمسٰ ِكيْن َّ ض ِل ِم ْنكُ ْم َوال ْ ََو َال َيأْت َ ِل اُولُو ْالف
صفَ ُح ْو ْۗا ا َ َال ت ُ ِحب ُّْونَ ا َ ْن يَّ ْغ ِف َر ه
َُّللا ْ َّللا َۖو ْليَ ْعفُ ْوا َو ْل َي
ِ س ِب ْي ِل هَ ي ْ َِو ْال ُمهٰ ِج ِريْنَ ف
غفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم لَكُ ْم َْۗو ه
َ َُّللا
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak)
akan member (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang
miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan
hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah
kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. an-Nur [24]: 22)
Selain kisah khalifah Abu Bakar, ada juga kisah dari Rasulullah
saw.. Banyak kisah hidup beliau yang dapat diambil sebagai
pelajaran hidup, termasuk salah satu sifat pemaafnya. Seperti
kisah seorang wanita Yahudi yang mencoba meracuni Rasulullah
dengan menabur racun di makanan beliau, namun Rasulullah
terselamatkan. Hingga wanita itu mengakui perbuatannya
kepada Rasulullah, dan beliau memaafkan wanita itu tanpa
menghukumnya. Memberi maaf kepada orang lain yang bersalah
merupakan cara bagaimana kita bisa membangun kembali
tatanan masyarakat yang rusak. Terutama dalam proses
membangun keluarga di antara kita yang tentunya tidak luput
dari kesalahan-kesalahan. Allah Swt. berfirman:
ۤ
ۡ َعد ًُّوا لَّكُ ۡم ف
احذ َ ُر ۡوه ُۡمۚ َوا ِۡن ِ ٰياَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا ا َِّن ِم ۡن ا َ ۡز َو
َ اجكُ ۡم َوا َ ۡو َال ِدكُ ۡم
غفُ ۡو ٌر َّر ِح ۡي ٌم َ ت َعۡ فُ ۡوا َوت َصۡ فَ ُح ۡوا َوت َۡغ ِف ُر ۡوا فَا َِّن ه
َ َّللا
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-
istrimu dan anakanakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan
dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Q.S. at-Taghabun [64]:14)
E. Ikhlas
َ ص ٰلوة
َّ صيْنَ لَهُ ال ِدِّيْنَ ە ُحنَفَ ۤا َء َويُ ِق ْي ُموا الِ َّللا ُم ْخ ِل َ َو َما ْٓ ا ُ ِم ُر ْْٓوا ا َِّال ِل َي ْعبُد ُوا ه
الز ٰكوة َ َو ٰذلِكَ ِديْنُ ْالقَ ِيِّ َم ْۗ ِة َّ َويُؤْ تُوا
F. Toleransi
ࣖ ََو ِم ْن ُه ْم َّم ْن يُّؤْ ِمنُ بِ ٖه َو ِم ْن ُه ْم َّم ْن ََّّل يُؤْ ِمنُ بِ ٖ ٖۗه َو َربُّكَ اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْف ِس ِديْن
“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman
kepadanya (Al-Qur'an), dan di antaranya ada (pula) orang-
orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu
lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat
kerusakan”. (Q.S. Yunus [10]: 40)
Maksud dari ayat ini adalah pengajaran sikap dan mental dari Allah
kepada Nabi Muhammad bahwa di antara umatnya ada yang beriman
dengan Al-Qur’an ini. Mereka mengikutimu dan mengambil manfaat
dengan Al-Qur’an. Di saat yang bersamaan, di antara mereka ada
juga yang tidak mempercayaimu dan apa yang kau bawa. Mereka
akan mati dalam keadaan seperti itu dan dibangkitkan dalam keadaan
seperti itu pula. Allah lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat
petunjuk, maka Allah memberinya petunjuk; dan siapa yang berhak
mendapatkan kesesatan, maka Allah menyesatkannya. Allah lah
yang Maha Adil yang tidak berbuat zalim. Allah memberi masing-
masing sesuai haknya. Pada lanjutan ayatnya, secara lebih konkret
Allah mengajari Nabi untuk bersikap toleransi. Nabi diminta untuk
bersikap bebas jika orang-orang musyrik itu mendustakannya, maka
berlepas dirilah dari mereka dan amal mereka. Ayat tersebut sebagai
berikut: