Artikel Ini Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah
AHLAK TASAWUF II
Dosen Pengampu : Hasan Marwiji, M.Pd
Disusun oleh:
Muahamad Aris Munandar ( 4.2020.1.0394 )
Maya ( 4.2020.1.0396 )
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan artikel dengan tepat waktu tanpa kurang satu
apapun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang tetap istiqomah hingga yaumil akhir.
Penulisan artikel yang berjudul “Khouf Wa Raja’” ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ahlak Tasawuf II. Harapan penulis semoga artikel ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya semoga amal baik yang telah
diberikan oleh semua pihak kepada penulis, balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis,
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai manusia kita pastinya pernah merasakan yang namanya takut, sedih,
gelisah dan selalu berharap. Allah SWT menciptakan manusia lebih mulia di banding
ciptaanNya yang lain seperti hewan, jin, tumbuh-tumbuhan. Allah SWT pastinya
sudah memikirkan tujuan kenapa di ciptakan manusia. Dan salah satu tujuannya
adalah agar manusia beribadah kepadaNya.
Kita pasti pernah merasakan yang namanya takut dan berharap. Untuk lebih
mengetahui apa itu takut dan berharap, makah kami susun makalah ini yang berjudul
khauf dan raja’, agar kita lebih mengetahui secara mendalam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perngertian tentang khauf dan raja’?
2. Apa ciri-ciri Khauf dan Raja’?
3. Apa saja dalil-dalil yang menjelaskan tentang khauf dan raja’?
4. Bagaimana tingkatan-tingkatan khauf dan raja’?
5. Apa korelasi antara khauf dan raja’?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang khauf dan raja’
2. Mengetahui ciri-ciri khauf dan raja’
3. Mengetahui dalil-dalil yang menjelaskan tentang khauf dan raja’
4. Mengetahui tingkatan-tingkatan khauf dan raja’
5. Mengetahui korelasi khauf dan raja’
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khauf dan Raja’.
Secara bahasa Khauf berasal dari kata khofa yakhofu khoufan yang artinya
takut. Yang dimaksud disini adalah sikap jiwa yang menunggu sesuatu yang tidak
disenangi oleh Allah, atau kegalauan hati yang membayangkan hilangnya sesuatu
yang disukainya.
Al-Ashfahani menyatakan bahwa kha’uf adalah:
ب ع َْن َأ َم<<ا َر ٍة ْ <ار ٍة َم
ٍ ْظنُوْ نَ < ٍة َأوْ َم ْعلُوْ َم< ٍة َك َم< ا َ َأ َّن ال َّر َج< ا َء َو الطَ َم< َع ت ََوقُّ ُع َمحْ بُ<<و َ <تَ َوقُّ ُع َم ْك< رُوْ ِه ع َْن َأ َم
ظنُوْ نَ ٍة َأوْ َم ْعلُوْ َم ٍة فِ ْي اُأل ُموْ ِر ال ُّد ْنيَ ِويَّ ِة َواُأل ْخ َر ِويَّ ِة
ْ َم
“ Perkiraan akan terjadinya sesuatu yang dibenci karena bertanda yang diduga atau
yang diyakini, sebagaimana harapan dan hasrat tinggi itu adalah perkiraan akan
terjadinya sesuatu yang disenangi karena pertanda yang diduga atau diyakini, baik
dalam urusan duniawi maupun ukhrawi”.
Ia pun melihat ada dua istilah yang berkaitan dengan masalah ini, yakni al-
khauf minallah (takut dari Allah) dan al-takhwif minallah (seseorang takut akan
Allah). Al-khauf minallah (takut kepada Allah) bukanlah berupa ketakutan kepada
Allah yang bergetar dan terasa di dada manusia seperti takut kepada singa. Yang
dimaksudkan dengan hal ini adalah diri dan perbuatan maksiat dan selanjutnya
mengarahkannya untuk tunduk dan patuh kepada Allah. Oleh karena itu, tidaklah
ٌ )خَ اِئ, bila belum sanggup menghilangkan perbuatan-
disebut sebagai seorang takut ( ف
perbuatan dosa. Adapun at-takwif minallah (Membuat seseorang takut akan Allah)
adalah perintah agar tetap melaksanakan dan memelihara kepatuhan kepada-Nya
seperti firman-Nya di dalam QS.Az-Zumar [39]:16 yang berbunyi:
َ ِعبَا َدهُ يَ ِعبَا ِد فَاتَّقُوْ ن,ك يُ َح ِّوفُ هللاُ بِ ِه
َ َِذل
Terjemah:
“Demikianlah Allah membuat takut hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka
bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku”.
Raja’ secara etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti berharap atau
optimism. Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang
diinginkan dan disenangi. Secara terminology Raja’ diartikan sebagai suatu sikap
2
mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang disediakan bagi
hamba-hambaNya yang Shaleh.
Raja’ (pengharapan) berbeda dengan tamanni (angan-angan). Sebab, orang
yang beharap adalah orang yang megerjakan sebab, yakni ketaatan, seraya
mengharapkan ridha dan pengabulan dari Allah. Sedangkan orang yang berangan-
angan meninggalkan sebab dan usaha, lalu dia menunggu datangnya ganjaran dan
pahala dari Allah. Orang semacam inilah yang terekam dalam sabda Nabi, “ dan
orang yang lemah adalah orang yang selalu menurutkan hawa nafsunya dan
berangan-angan terhadap Allah.” (HR.Tirmidzi).
Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan
bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan.
QS al imron :175
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu)
dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.” (QS. Ali ‘Imraan: 175)
QS Yusuf : 87
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
."dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
Dan Allah menyifati orang yang selalu mengharap rahmat-Nya dalam firman-Nya,”
(QS.Al-Baqarah :218.).
Hadis-hadis Nabi juga banyak yang menganjurkan untuk selalu mengharap rahmat
Allah. Diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik :
ُ ْ يَا ا ْبنَ آ َد َم ِإنَّكَ َما َدعَوْ تَنِي َو َر َجوْ تَنِي َغفَر:ك َوتَ َعالَى
ت َ قَا َل هَّللا ُ تَبَا َر:ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُول ُ َس ِمع
َ ِْت َرسُو َل هللا
يَا، َوالَ ُأبَالِي،ك ُ ْك َعنَانَ ال َّس َما ِء ثُ َّم ا ْستَ ْغفَرْ تَنِي َغفَر
َ َت ل َ َُت ُذنُوب ْ يَا ا ْبنَ آ َد َم لَوْ بَلَغ،ك َوالَ ُأبَالِي َ لَكَ َعلَى َما َكانَ فِي
<َ ُك بِي َش ْيًئا َألتَ ْيت
ًك بِقُ َرابِهَا َم ْغفِ َرة ِ ْب اَألر
ُ ض َخطَايَا ثُ َّم لَقِيتَنِي الَ تُ ْش ِر ِ ك لَوْ َأتَ ْيتَنِي بِقُ َرا
َ َّا ْبنَ آ َد َم ِإن.
Artinya:
“Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sesungguhnya selama kamu bermohon
kepada-Ku dan ber-raja’ pada-Ku, Aku pasti mengampunimu atas segala keadaanmu
dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, kalaulah dosa-dosamu mencapai langit
kemudian kamu memohon ampunan kepada-Ku, niscya Aku mengampunimu. Wahai
anak Adam, jika sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa/
kesalahan sebanyak isi bumi tetapi kamu tidak menyekutukan-Ku dengan
4
sesuatupun, niscaya Aku akan datang dengan kemampuan sebanyak isi bumi pula”
(HR. Turmudzi).
a) Khouf thabi’i seperti halnya orang takut hewan buas, takut api, takut
tenggelam, maka rasa takut semacam ini tidak membuat orangnya dicela akan
tetapi apabila rasa takut ini menjadi sebab dia meninggalkan kewajiban atau
melakukan yang diharamkan maka hal itu haram.
b) Khouf ibadah yaitu seseorang merasa takut kepada sesuatu sehingga
membuatnya tunduk beribadah kepadanya maka yang seperti ini tidak boleh
5
ada kecuali ditujukan kepada Allah ta’ala. Adapun menujukannya kepada
selain Allah adalah syirik akbar.
c) Khouf sirr seperti halnya orang takut kepada penghuni kubur atau wali yang
berada di kejauhan serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya akan
tetapi dia merasa takut kepadanya maka para ulama pun menyebutnya sebagai
bagian dari syirik.
2. Macam-macam Raja’.
Dua bagian termasuk termasuk raja` yang terpuji pelakunya sedangkan satu
lainnya adalahraja` yang tercela. Yaitu:
a) Seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah di atas cahaya
Allah, ia senantiasa mengharap pahala-Nya
b) Seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa
mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya.
c) Adapun yang menjadikan pelakunya tercela ialah seseorang yang terus-
menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa
dibarengi amalan. Raja`yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah
harapan yang dusta.
Berbicara tentang relasi antara khauf dan raja’ ibarat berbicara tentang
Romeo dan Juliet. Karena setiap orang yang raja’ pastilah ia orang yang khauf.
Seorang pejalan, jika ia takut, ia pasti mempercepat langkahnya, kalau–kalau ia tidak
mendapatkan yang ditujunya. Dalam hal ini penulis mengutip pendapat Ibnu Qayyim
yang mengatakan bahwa dalam perjalanan menujun Tuhan, cinta, takut, dan harapan
merupakan inti. Setiap orang yang mencintai tentu berharap dan takut.
Mengharapkan apa yang ada pada diri kekasih dan takut tidak diperhatikan oleh
kekasih atau yang ditinggalkan, sehingga setiap cinta disertai dengan rasa takut dan
harapan, karena setiap perjalanan menuju Tuhan tidak terlepas dari dosa dan
mengharapkan ampunan, tidak terlepas dari amal saleh, dan mengharapkan diterima,
tidak lepas dari istiqamah ,dan mengharapkan kekekalannya dan tidak lepas dari
kedekatan dengan Tuhan dan mengharapkan pencapaiannya. Jadi, harapan (raja’)
merupakan sebab tercapaianya apa yang diinginkan.
6
Jika seseorang hamba sedang menghadap kepada Tuhannya dan berjalan untuk
mencapai kedekatan di sisi-Nya, maka sebaiknya dia menggabungkan antara khauf
dan raja’. Jangan sampai khaufnya mengalahkan raja’nya, sehingga dia berputus asa
dari rahmat dan ampunan Allah. Dan jangan pula raja’nya mengalahkan khaufnya,
sehingga di terjerumus ke jurang maksiat dan kejahatan. Dia harus terbang dengan
kedua sayap itu (khauf dan raja’) di udara yang jernih, sehingga dia dapat mencapai
kedekatan di hadirat Allah.
Relasi antara khauf dan raja’ digambarkan dengan takut kepada neraka-Nya
dan mengharap surga-Nya, takut jauh dari-Nya dan mengaharap untuk berada di
dekat-Nya, takut ditinggalkan-Nya dan mengharap ridha-Nya, takut putus hubungan
dengan-Nya dan berharap agar dapat terus berinteraksi dengan-Nya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Secara bahasa Khauf berasal dari kata khofa yakhofu khoufan yang artinya
takut. Yang dimaksud disini adalah sikap jiwa yang menunggu sesuatu yang tidak
disenangi oleh Allah, atau kegalauan hati yang membayangkan hilangnya sesuatu
yang disukainya.
Raja’ secara etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti berharap atau
optimism. Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang
diinginkan dan disenangi. Secara terminology Raja’ diartikan sebagai suatu sikap
mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang disediakan bagi
hamba-hambaNya yang Shaleh.
8
DAFTAR PUSTAKA.
Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan Masalah.............................................................. 1
BAB II Pembahasan
A. Perngertian Tentang Khauf dan Raja’............................................... 2
B. Ciri-Ciri Khauf dan Raja’.…………………………………………… 3
C. Dalil-Dalil Yang Menjelaskan Tentang Khauf dan Raja’................... 3
D. Tingkatan-Tingkatan Khauf dan Raja’.............................................. 5
E. Korelasi Antara Khauf dan Raja’...................................................... 6
ii