DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. PENUTUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
Terjemah:
“Demikianlah Allah membuat takut hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka
bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku”.
Raja’ secara etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti berharap atau
optimism. Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang
diinginkan dan disenangi. Secara terminology Raja’ diartikan sebagai suatu
sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang
disediakan bagi hamba-hambaNya yang Shaleh.2
1
Rosidi, Pengantar Akhlak Tasawuf, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 12.
2
Rosidi, Pengantar Akhlak Tasawuf, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 11,12
2
Raja’ (pengharapan) berbeda dengan tamanni (angan-angan). Sebab,
orang yang beharap adalah orang yang megerjakan sebab, yakni ketaatan,
seraya mengharapkan ridha dan pengabulan dari Allah. Sedangkan orang yang
berangan-angan meninggalkan sebab dan usaha, lalu dia menunggu datangnya
ganjaran dan pahala dari Allah. Orang semacam inilah yang terekam dalam
sabda Nabi, “ dan orang yang lemah adalah orang yang selalu menurutkan
hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah.” (HR.Tirmidzi).
Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah
dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan.
QS al imron :175
QS Yusuf : 87
3
Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an Kajian Kosakata Cet. I, (Jakarta: Letera Hati, 2007), hlm 473
3
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
."dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
Dan Allah menyifati orang yang selalu mengharap rahmat-Nya dalam firman-
Nya,” (QS.Al-Baqarah :218.).
َيا اْبَن آَد َم ِإَّنَك َم ا َدَعْو َتِني َو َر َج ْو َتِني: َقاَل ُهَّللا َتَباَر َك َو َتَع اَلى:َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل
، َيا اْبَن آَد َم َلْو َبَلَغ ْت ُذ ُنوُبَك َع َناَن الَّسَم اِء ُثَّم اْسَتْغ َفْر َتِني َغ َفْر ُت َلَك،َغ َفْر ُت َلَك َع َلى َم ا َك اَن ِفيَك َو َال ُأَباِلي
َيا اْبَن آَد َم ِإَّنَك َلْو َأَتْيَتِني ِبُقَر اِب اَألْر ِض َخ َطاَيا ُثَّم َلِقيَتِني َال ُتْش ِرُك ِبي َشْيًئا َألَتْيُتَك ِبُقَر اِبَها،َو َال ُأَباِلي
َم ْغ ِفَر ًة.4
Artinya:
“Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sesungguhnya selama kamu
bermohon kepada-Ku dan ber-raja’ pada-Ku, Aku pasti mengampunimu atas
segala keadaanmu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, kalaulah dosa-
dosamu mencapai langit kemudian kamu memohon ampunan kepada-Ku,
niscya Aku mengampunimu. Wahai anak Adam, jika sekiranya kamu datang
kepada-Ku dengan membawa dosa/ kesalahan sebanyak isi bumi tetapi kamu
tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku akan datang dengan
kemampuan sebanyak isi bumi pula” (HR. Turmudzi).5
5
Muhammad Ibn ‘Isa Ibn Saurah Ibn Musa Ibn al-Dahaq al-Turmuziy, Sunah al-Turmuiy, Juz 5 (Beirut:
Dar al-Garbi al-Islamiy, 1998), hal. 440.
4
3) Tampak berani menghadapi setiap rintangan,sepannjang untuk membela
kebenran .
4) Jika di sebutkan nama allah kepadanya,hatinya bergetar dan jiwanya
khusuk mengagumi keagungan allah.
5) Senantiasa menjauhi dan menghindari perbuatan yang di larang oleh allah
SWT.
a) Khouf thabi’i seperti halnya orang takut hewan buas, takut api, takut
tenggelam, maka rasa takut semacam ini tidak membuat orangnya dicela
akan tetapi apabila rasa takut ini menjadi sebab dia meninggalkan
kewajiban atau melakukan yang diharamkan maka hal itu haram.
b) Khouf ibadah yaitu seseorang merasa takut kepada sesuatu sehingga
membuatnya tunduk beribadah kepadanya maka yang seperti ini tidak
boleh ada kecuali ditujukan kepada Allah ta’ala. Adapun menujukannya
kepada selain Allah adalah syirik akbar.
c) Khouf sirr seperti halnya orang takut kepada penghuni kubur atau wali
yang berada di kejauhan serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya
akan tetapi dia merasa takut kepadanya maka para ulama pun
menyebutnya sebagai bagian dari syirik.
2. Macam-macam Raja’.
Dua bagian termasuk termasuk raja` yang terpuji pelakunya sedangkan satu
lainnya adalahraja` yang tercela. Yaitu:
5
c) Adapun yang menjadikan pelakunya tercela ialah seseorang yang terus-
menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah
tanpa dibarengi amalan. Raja`yang seperti ini hanyalah angan-angan
belaka, sebuah harapan yang dusta.6
Berbicara tentang relasi antara khauf dan raja’ ibarat berbicara tentang
Romeo dan Juliet. Karena setiap orang yang raja’ pastilah ia orang yang khauf.
Seorang pejalan, jika ia takut, ia pasti mempercepat langkahnya, kalau–kalau ia
tidak mendapatkan yang ditujunya. Dalam hal ini penulis mengutip pendapat
Ibnu Qayyim yang mengatakan bahwa dalam perjalanan menujun Tuhan, cinta,
takut, dan harapan merupakan inti. Setiap orang yang mencintai tentu berharap
dan takut. Mengharapkan apa yang ada pada diri kekasih dan takut tidak
diperhatikan oleh kekasih atau yang ditinggalkan, sehingga setiap cinta disertai
dengan rasa takut dan harapan, karena setiap perjalanan menuju Tuhan tidak
terlepas dari dosa dan mengharapkan ampunan, tidak terlepas dari amal saleh,
7
[21] dan mengharapkan diterima, tidak lepas dari istiqamah ,dan
mengharapkan kekekalannya dan tidak lepas dari kedekatan dengan Tuhan dan
mengharapkan pencapaiannya. Jadi, harapan (raja’) merupakan sebab
tercapaianya apa yang diinginkan.
Jika seseorang hamba sedang menghadap kepada Tuhannya dan berjalan
untuk mencapai kedekatan di sisi-Nya, maka sebaiknya dia menggabungkan
antara khauf dan raja’. Jangan sampai khaufnya mengalahkan raja’nya,
sehingga dia berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Dan jangan pula
raja’nya mengalahkan khaufnya, sehingga di terjerumus ke jurang maksiat dan
kejahatan. Dia harus terbang dengan kedua sayap itu (khauf dan raja’) di udara
yang jernih, sehingga dia dapat mencapai kedekatan di hadirat Allah.
Relasi antara khauf dan raja’ digambarkan dengan takut kepada neraka-
Nya dan mengharap surga-Nya, takut jauh dari-Nya dan mengaharap untuk
berada di dekat-Nya, takut ditinggalkan-Nya dan mengharap ridha-Nya, takut
putus hubungan dengan-Nya dan berharap agar dapat terus berinteraksi dengan-
Nya.8
6
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1; Mukjizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah suci. (Jakarta : Kalam
Mulia, 2009)
7
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Secara bahasa Khauf berasal dari kata khofa yakhofu khoufan yang
artinya takut. Yang dimaksud disini adalah sikap jiwa yang menunggu sesuatu
yang tidak disenangi oleh Allah, atau kegalauan hati yang membayangkan
hilangnya sesuatu yang disukainya.
Raja’ secara etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti berharap atau
optimism. Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang
diinginkan dan disenangi. Secara terminology Raja’ diartikan sebagai suatu
sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang
disediakan bagi hamba-hambaNya yang Shaleh.
7
DAFTAR PUSTAKA.
Muhammad Ibn ‘Isa Ibn Saurah Ibn Musa Ibn al-Dahaq al-Turmuziy, 1998,
Sunah al-Turmuiy, Juz 5 Beirut: Dar al-Garbi al-Islamiy.