Anda di halaman 1dari 8

Definisi Nifaq

َ ِّ َ ََ َ ً َ َ َ َ َ َ َّ
Nifaq (‫ )النفاق‬berasal dari kata ‫ ِنفاقا ومنافقة‬-‫ين ِافق‬-‫ نافق‬yang diambil dari kata ‫الن ِافقاء‬
(naafiqaa’). Nifaq secara bahasa (etimologi) berarti salah satu lubang tempat keluarnya
yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang satu,
َ َّ
maka ia akan keluar dari lobang yang lain. Dikatakan pula, ia berasal dari kata ‫النفق‬
(nafaq) yaitu lobang tempat bersembunyi.[2]

Nifaq menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan


tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia
masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Karena itu Allah
memperingatkan dengan firman-Nya:

َ َْ َ‫إ َّن ْالم َنافق ن‬


‫اسقون‬
ِ ‫ي هم الف‬ ِِ ِ

“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu mereka adalah orang-orang yang fasiq.” [At-
Taubah: 67]

Yaitu mereka adalah orang-orang yang keluar dari syari’at. Menurut al-Hafizh Ibnu
Katsir mereka adalah orang-orang yang keluar dari jalan kebenaran masuk ke jalan
kesesatan. [3]

Allah menjadikan orang-orang munafiq lebih jelek dari orang-orang kafir. Allah
berfirman:

َ َ َ َ َ َّ َ َْ َّ ‫نَ ن‬ َ ْ َّ
‫ي ِ يف الد ْر ِك اْل ْسف ِل ِم َن الن ِار َولن ت ِجد له ْم ن ِصيا‬ ‫ِإن المن ِاف ِق‬

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling


bawah dari Neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun
bagi mereka.” [An-Nisaa’: 145]

Allah Azza wa Jalla berfirman:


َ َ ‫ون ه‬
َ َ َ‫ن‬ َ ْ َّ
‫اَّلل َوه َو خ ِادعه ْم‬ ‫ي يخ ِادع‬ ‫ِإن المن ِاف ِق‬

“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah dan Allah akan membalas
tipuan mereka…” [An-Nisaa’: 142]

Jenis Nifaq
Nifaq ada dua jenis: Nifaq I’tiqadi dan Nifaq ‘Amali.

Nifaq I’tiqadi (Keyakinan)


Yaitu nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi
menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar dari agama
dan dia berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan
berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencaci
agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung
dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafiq jenis ini senantiasa ada
pada setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak
mampu membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk
ke dalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap agama dan pemeluknya
secara sembunyi-sembunyi, juga agar mereka bisa hidup bersama ummat Islam dan
merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Karena itu, seorang munafiq
menampakkan keimanannya kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya
dan Hari Akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan
mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat macam, yaitu:

Pertama : Mendustakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mendustakan


sebagian dari apa yang beliau bawa.
Kedua : Membenci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau membenci sebagian
apa yang beliau bawa.
Ketiga : Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.
Keempat : Tidak senang dengan kemenangan Islam.
Nifaq ‘Amali (Perbuatan).
Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi
masih tetap ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama,
tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam
iman dan nifaq. Lalu jika perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab
terjerumusnya dia ke dalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam:

َ َ َ َ ِّ َ ٌ َ ْ َ ْ ْ َ َ َّ ْ ٌ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ َ ً َ َ َ ْ َّ ُ ْ َ ٌ َ ْ َ
‫ ِإذا‬،‫اق َح ََّّت َيدع َها‬
ِ ‫ ومن كانت ِفي ِه خصلة ِمنهن كانت ِفي ِه خصلة ِمن النف‬،‫أرب ع من كن ِفي ِه كان من ِافقا خ ِالصا‬
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ
‫اص َم ف َج َر‬ ‫ وِإذا خ‬،‫ وِإذا عاهد غدر‬،‫ وِإذا حدث كذب‬،‫اؤت ِمن خان‬.

“Ada empat hal yang jika terdapat pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang
munafiq sejati, dan jika terdapat padanya salah satu dari sifat tersebut, maka ia
memiliki satu karakter kemunafikan hingga ia meninggalkannya: 1) jika dipercaya ia
berkhianat, 2) jika berbicara ia berdusta, 3) jika berjanji ia memungkiri, dan 4) jika
bertengkar ia melewati batas.” [4]

Terkadang pada diri seorang hamba terkumpul kebiasaan-kebiasaan baik dan


kebiasaan-kebiasaan buruk, perbuatan iman dan perbuatan kufur dan nifaq. Karena
itu, ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai konsekuensi dari apa yang ia lakukan,
seperti malas dalam melakukan shalat berjama’ah di masjid. Ini adalah di antara sifat
orang-orang munafik. Sifat nifaq adalah sesuatu yang buruk dan sangat berbahaya,
sehingga para Sahabat Radhiyallahu anhum begitu sangat takutnya kalau-kalau dirinya
terjerumus ke dalam nifaq. Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata: “Aku bertemu
dengan 30 Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka semua takut kalau-
kalau ada nifaq dalam dirinya.” [5]

Perbedaan antara Nifaq Besar dengan Nifaq Kecil


1. Nifaq besar mengeluarkan pelakunya dari agama, sedangkan nifaq kecil tidak
mengeluarkannya dari agama.
2. Nifaq besar adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal keyakinan,
sedangkan nifaq kecil adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal
perbuatan bukan dalam hal keyakinan.

3. Nifaq besar tidak terjadi dari seorang Mukmin, sedangkan nifaq kecil bisa terjadi dari
seorang Mukmin.

4. Pada umumnya, pelaku nifaq besar tidak bertaubat, seandainya pun bertaubat,
maka ada perbedaan pendapat tentang diterimanya taubatnya di hadapan hakim. Lain
halnya dengan nifaq kecil, pelakunya terkadang bertaubat kepada Allah, sehingga Allah
menerima taubatnya. [6]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ َ َ ٌ ْ ٌ ْ ٌّ
‫م فه ْم َل َي ْر ِجعون‬
‫صم بكم ع ي‬

“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang
benar).” [Al-Baqarah: 18]

Juga firman-Nya:

َ ‫َّ ه‬ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َّ َ َ ْ َ َ َ َ َ
‫ون نف ُك ِّل َعام َّم َّرة أ ْو َم َّرَت ْ ن‬
‫ي ث َّم َل َيتوبون َوَل ه ْم َيذكرون‬ِ ٍ ‫أوَل يرون أنهم يفتن ِ ي‬

“Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji


sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak
(pula) mengambil pe-lajaran?” [At-Taubah: 126]

Pengertian Marah

Pemarah adalah sifat yang setiap menghadapi sesuatu yang tidak cocok dengan
dirinya dihadapi dengan marah. Marah dalam bahasa arab disebut dengan ghodob.
Marah merupakan sifat yang muncul dari nafsu sang tidak bisa dikendalikan. Biasanya
orang yang sedang marah akan menampakkan wajah yang tidak enak dipandang.
Bahkan dengan ulah orang yang sedang marah akan menimbulkan kerugian, entah itu
untuk dirinya atau orang disekitarnya dan juga benda-benda disekitarnya. Orang yang
sedang marah biasanya mukanya akan terlihat merah.

Sifat pemarah merupakan sifat tercela yang harus dihindari oleh kita semua. Hal ini
sesuai dengan dengan sabda Rasulullah Saw.

َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ : َ َ ْ ‫ َ ْ ن‬: َ ‫َ َ ْ َ َ ه‬ ‫َ َ َّ ِّ ه‬ َ َّ َ
‫ َل تغض ْب‬: ‫ال‬‫قال َل تغضب فردد ِمرارا ق‬،‫ّت َصَّل هللا علي ِه وسلم او ِص ِ يّت‬
‫ان رجل قال ِللن ِ ي‬

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra : Bahwa seorang laki-laki telah berkata berkata kepada
Nabi Saw : “Berilah aku nasihat”. Maka Nabi menjawab,”Janganlah engkau jadi
pemarah”, Laki-laki itu bertanya lagi beberapa kali, dan Nabi bersabda: “janganlah
engkau jadi pemarah”. (HR Bukhari)

Baca Juga : Pengertian Egois Dan 5 Akibat Sifat Egois Dalam Islam

Orang yang sedang marah tidak bisa mengendalikan emosi. Jalan pikiran orang yang
sedang marah tidak jernih lagi sehingga bertindak sesukanya, tanpa
mempertimbangkan akibat dari perbuatannya. Seharusnya kita harus bisa
mengendalikan diri dari marah, karena marah itu merupakan rayuan setan. Allah Swt
berfirman :

َ‫اَّلل يحب ْالم ْحسن ن‬


‫ي‬
‫َ ه‬
‫اس ۗ و‬
َّ َ َ‫نَ ْ َ ْ َ َ ْ َ ن‬ َ ْ َ َّ َّ‫َ ن َّ َّ َ ن‬ ْ َ ‫ه‬
ِ ِ ِ ِ ‫اظ ِمي الغيظ والع ِافي ع ِن الن‬
ِ ‫الّض ِاء والك‬ ‫ين ين ِفقون ِ يف الَّس ِاء و‬ ‫ال ِذ‬

Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang


maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran
:134)

Ayat diatas mengandung pengertian bahwa orang yang bertakwa kepada Allah Swt
mempunyai ciri-ciri diantaranya apabila marah sanggup menahan kemarahannya.
Orang yang bisa menahan marahnya adalah termasuk orang yang kuat. Rasulullah Saw
bersabda:

َ َْ َْ َْ ‫ه‬ َّ َّ َ ْ َّ َ ْ َ
‫الّضع ِة َوِان َماالش ِد ْيدال ِذ ْي َي ْم ِلك نف ِس ِه ِعنذالغض ِب‬‫س الش ِد ْيد ِب‬ ‫لي‬

Artinya : “Bukanlah orang yang kuat adalah fisiknya, tetapi orang yang kuat itu adalah
orang yang dapat menahan dirinya ketika ingin marah.” (HR Bukhari, Muslim dan
Ahmad)

Bahaya Sifat Pemarah

Marah tentunya akan merugikan orang lain dan diri sendiri. Oleh karena itu kita
diperintahkan untuk menahan diri dari marah. Bahaya yang diakibatkan dari sifat
marah adalah sebagai berikut.

1.Bahaya marah bagi diri sendiri

 Marah dapat meretakkan hubungan persaudaraan dan pertemanan karena


orang yang dimarahi akan merasa dicemooh dan dihina, terlebih jika orang
yang dimarahi itu tidak bersalah.
 Orang yang suka marah akan dijauhi orang. Kita tentu tidak suka bergaul
dengan orang yang pemarah.
 Jika tidak bisa menahan marah dapat mengakibatkan pusing dengan sendirinya.
 Orang yang marah akan mendapat dosa, terlebih lagi jika marah
berkepanjangan, merusak barang, baik miliknya maupun orang lain.

2. Bahaya marah bagi orang lain

 Membuat orang lain tidak mau berurusan dengannya hal ini dapat
menimbulkan rasa takut dan benci.
 Menimbulkan kerusakan sehingga membuat kerugian bagi orang lain.
 Merusak perdamaian karena pemarah biasanya mendahulukan emosi daripada
kesabaran.
Cara Menghilangkan Marah

Sebagai orang yang beriman dan bertakwa. Kita diperintahkan untuk menahan diri dari
marah. Lalu bagaimana cara untuk menahan diri dari sifat pemarah dan
menghilangkan rasa marah ?. Untuk menghindari atau menghilangkan rasa marah, ada
beberapa cara diantaranya yaitu :

1. Berusaha menyadari dampak buruk yang timbul akibat dari marah.


2. Berusaha mengoreksi kesalahan dirinya sendiri.
3. Meredam kemarahan dengan cara bersabar.

Demikianlah mengenai pengertian marah dan bahaya sifat pemarah bagi diri sendiri
maupun orang lain. Marah merupakan sifat buruk yang harus kita hindari dan di jauhi.
Apabila kita bisa menahan diri dari sifat tersebut tentunya kita tidak akan dijauhi oleh
keluarga, teman maupun orang lain.
Makalah Aqidah XII IPS 6

Nifaq dan Amarah

Kelompok 1:

 Abdul Aziz Kamaludin


 Agivqy Nadif Santoso
 Alya Nur Fitriany
 Andika M.Saputra
 Derlin Afkar Dewangga
 Siti Nurjannah
 Nurbaeti Isharyanti

Anda mungkin juga menyukai