Dalam ayat di atas sudah di jelaskan oleh Allah SWT cara bertaqwa secara
maksimal yaitu dengan selalu memiliki kesadaran akan kehadiran-Nya. Dan
berhati-hati jangan sampai menyimpang dari tuntunan ajaran dan
ketentuan Allah SWT. Karena Allah selalu mengawasi setiap perbuatan kita.
• Buah Dari Taqwa
• Apabila manusia bertaqwa kepada Allah, niscaya akan
diberikan banyak keuntungan. Ibaratnya pohon taqwa, jika
terrus disemai, disiram, dipupuk dan dirawat insya Allah akan
mengeluarkan buah yang ranum, yang menyenangkan hati
penanamnya. Maka bergembiralah penanam pohon taqwa,
karena dia akan menuai buahnya. Adapun buahnya antara lain:
1. Mendapatkan sikap furqan
2. Mendapatkan Limpahan berkah dari langit dan bumi
3. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan
4. Mendapatkan rezeki tanpa diduga-duga
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya
6. Dihapus kesalahannya, diampuni Dosanya, dan mendapatkan
pahala yang besar
7. Dicintai Allah SWT
8. Disertai Allah SWT
9. Terjaga dari tipu daya
10.Terpelihara Dzurriyah Dha’if
B. Cinta Dan Ridha
• Cinta
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata cinta berarti
suka sekali, sayang, terpikat (antara laki-laki dan perempuan),
ingin sekali, rindu. Sementara dalam bahasa arab disepadankan
dengan kata hubb atau muhabbah yang berasal dari kataحب-يُ ِح ُّب
yang artinya mencintai dan menyukai.
“Adapun orang-orang yang beriman Amat
sangat cintanya kepada Allah.”
(QS. Al Baqarah 2:165)
• Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati
yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang
dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang. Bagi
seorang mukmin, cinta, pertama dan utama sekali diberikan
kepada Allah SWT. Allah lebih dicintai dari segala-galanya.
• QS At-Taubah ayat 24
• “katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-
istri kau keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu kuasai, adalah lebih kamu cintai dari
pada Allah dan Rasul-Nya dan berjuhad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. “Dan Allah
tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-
Taubah [9]:24)
• Rasa cinta kepada Allah tidak cukup dengan hanya menjadi seorang
abid (ahli ibadah) dan lari dari kenyataan yang menimpa kaum
muslim. Tak cukup dengan beribadah sendiri lalu ingin masuk surga
sendirian. Rasa cinta yang benar adalah sebagaimana yang
dicontohkan Rasulullah, tauhiddul uswah, dijalankan oleh generasi
terbaik umat ini, para awwalun Muslimin. Yaitu adalah rasa acinta
yang merealitas, cinta yang mewujud dan bukan sekedar angan-
angan egoisme dalam penyendirian.
• Ridha
• Dalam bahasa arab. Kata ridha secara emologi/bahasa berasal
dari lafazاض َ ْض َي– يَ ر
ٍ َر-ضى ِ َرyang berarti senang, suka, rela, puas,
setuju.(Ahmad Warson Munawwir, 1997:505)
• Disamping diperintahkan untuk cinta kepada Allah, seorang
Muslim haruslah dapat bersikap ridha dengan segala aturan dan
keputusan Allah SWT. Artinya dia harus dapat menerima
sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun segala sesuatu yang
dating dari Alah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah, larangan,
maupun petunjuk-petunjuk lainnya. Dia ridha karena dia
mencintai Allah dan yakin bahwa Allah lah yang Maha Pengasih
dan Penyayang.
• Demikian sikap cinta dan ridha kepada Allah Swt. Dengan cinta
kita mengharap ridha-Nya, dan dengan ridha kita mengharapkan
cinta-Nya.
C. Iklhas
• Secara etimologis ikhlash (bahasa Arab) berakar dai kata
lasha dengan arti bersih, jernih, murni; tidak bercampur.
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah
beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.
• Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa
pamrih; hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah
SWT.
• 3 (tiga) unsur Ikhlas:
1. Niat yang ikhlas (ikhlash an-niyah)
2. Beramal dengan sebaik-baiknya (itqan al-’amal)
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat
(jaudah al-ada)
• Keutamaan Ikhlas
1. Ikhlas untuk keselamatan aqidah
2. Amal tanpa ikhlas akan sia-sia
3. Ikhlas akan membuat ketahanan dalam
beramal
4. Menjaga dari maksiat
أسباب
الصبر
Dalam msalah introspeksi ini ada atsar dari Umar radhiallahuanhu yang
terkenal,
• "س ِاب ْ >>> َف>>>ِإنَّهُ> َأ ْه َو ُن َعلَ ْي ُك ْم> ِف، س ُك ْم> َق>> ْب َلَأ ْن ُت>>و َزنُوا
َ يا>>ل ِح َ ُ َو ِزنُوا َأ ْنف، سبُوا َ س ُك ْم> َق>> ْب َلَأ ْن ُت>> َحا
َ ُاسبُوا َأ ْنف
ِ >َح
ِ َونال> َت>> ْخف
ىم ْن ُك ْم> َخ>افِ>يَة َ ض ُ َي>> ْو َمِئ ٍذ ُت>> ْع> َر،ضا >َألْكبَ ِر
ِ َوتَ َزيَّنُوا لِ> ْل َع> ْر، >ا>>ليَ ْو َم َ ُاسبُوا َأ ْنف
ْ >س ُك ُم ِ َأ ْن ُت>> َح، َغ ًدا
)120 ص، وأحمد ف>>>يا>>لزهد، 22 ص،(روا>ه> ا>بنأبيا>>لدنيا ف>>>ي"محاسبة ا>>لنفس
• “Hisablah dirimu semua sebelum (nanti) dihisab. Dan timbanglah diri
kamu semua sebelum (nanti) ditimbang. Karena nanti hisabmu akan lebih
mudah jika engkau evaluasi dirimu sekarang. Dan hiaslah dirimu untuk
pertemuan akbar (besar). Di hari akan ditampakkan semua dari kamu
dan tidak ada yang tersembunyi.” (HR. Ibnu Abi Dunya di Muhasabatun
Nafsi, hal. 22. Ahmad di ‘Zuhud, hal. 120. Abu Nu’aim di ‘Hilyah, (1/52).
Dilemahkan oleh Al-Albany dalam Silsilah Adh-Dhaifah, no. 1201. Abu
Ishq huwaini di ‘Takhrij Litafsir Ibnu Katsir, (1/478) dan menomentari,
sanad ini para perowinya terpercaya akan tetapi terputus antara Tsabit
bin Hajjaj dan Umar bin Khottob tidak mendapatkannya)
H. TAUBAT
Taba kembali
kembali kepada Allah seteleh meninggal
kan-Nya, kembali taat setelah menentang-
Nya.
Orang yang tobat disebut taib
1. Karena malu disebut munib
2. Karena mengagungkan Allah disebut Awwab
• 5 (lima) dimensi Taubat
1. Menyadari kesalahan
2. Menyesali kesalahan
3. Memohon ampun kepada Allah SWT
4. Berjanji tidak mengulangi
5. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal
soleh