Anda di halaman 1dari 23

AKHLAK KEPADA ALLAH SWT

Agus Saeful Bahri, S.Ag., M.S.I


PENGERTIAN
A. TAQWA
• Kata taqwa berasal dari Bahasa arab yaitu dari kata (waqa, yaqi dan
waqiyah) yang berarti takut, menjaga, menghindar dan melindungi.
• Afif Abd Al-Fattah Thabbarah dalam bukunya Rub ad-Din al-Islam
mendefinisikan taqwa:
“seseorang memelihara dirinya dari segala sesuatu yang mengundang
kemarahan Tuhannya dan dari segala sesuatu yang mendatangkan
mudhrat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.”
• Definisi yang paling populer adalah
‫إمتثال أوامر هللا واجتناب نواهيه‬
“Mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya”
• Intinya adalah pemeliharaan diri dari yang paling ditakuti yaitu Allah SWT
dengan mengikuti segala yang diperintah dan dilarang Allah SWT.
Sehingga muttaqun (orang yang bertaqwa) akan berhati-hati dalam
hidupnya agar tidak mendapat murka Allah di dunia dan akhirat.
• Hakikat Taqwa
• Orang yang bertaqwa adalah orang yang menjalankan tiga hal: Iman, Islam
dan Ihsan, maka hakikatnya taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi
tersebut. Adapun beberapa ayat Allah menjelaskan tentang hakikat taqwa:

• (Q.S Al-Baqarah 2:177)


• “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang
bertakwa.”
• Bertaqwa Secara Maksimal
• Dalam surat Ali-Imran ayat 102 Allah SWT memerintahkan kepada orang-
orang yang beriman supaya bertaqwa kepada-Nya dengan maksimal,
yaitu dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki, Firman-nya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.” (QS. Ali-Imran 3:102)

Dalam ayat di atas sudah di jelaskan oleh Allah SWT cara bertaqwa secara
maksimal yaitu dengan selalu memiliki kesadaran akan kehadiran-Nya. Dan
berhati-hati jangan sampai menyimpang dari tuntunan ajaran dan
ketentuan Allah SWT. Karena Allah selalu mengawasi setiap perbuatan kita.
• Buah Dari Taqwa
• Apabila manusia bertaqwa kepada Allah, niscaya akan
diberikan banyak keuntungan. Ibaratnya pohon taqwa, jika
terrus disemai, disiram, dipupuk dan dirawat insya Allah akan
mengeluarkan buah yang ranum, yang menyenangkan hati
penanamnya. Maka bergembiralah penanam pohon taqwa,
karena dia akan menuai buahnya. Adapun buahnya antara lain:
1. Mendapatkan sikap furqan
2. Mendapatkan Limpahan berkah dari langit dan bumi
3. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan
4. Mendapatkan rezeki tanpa diduga-duga
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya
6. Dihapus kesalahannya, diampuni Dosanya, dan mendapatkan
pahala yang besar
7. Dicintai Allah SWT
8. Disertai Allah SWT
9. Terjaga dari tipu daya
10.Terpelihara Dzurriyah Dha’if
B. Cinta Dan Ridha
• Cinta
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata cinta berarti
suka sekali, sayang, terpikat (antara laki-laki dan perempuan),
ingin sekali, rindu. Sementara dalam bahasa arab disepadankan
dengan kata hubb atau muhabbah yang berasal dari kata‫حب‬-‫يُ ِح ُّب‬
yang artinya mencintai dan menyukai.
“Adapun orang-orang yang beriman Amat
sangat cintanya kepada Allah.”
(QS. Al Baqarah 2:165)
• Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati
yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang
dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang. Bagi
seorang mukmin, cinta, pertama dan utama sekali diberikan
kepada Allah SWT. Allah lebih dicintai dari segala-galanya.
• QS At-Taubah ayat 24
• “katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-
istri kau keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu kuasai, adalah lebih kamu cintai dari
pada Allah dan Rasul-Nya dan berjuhad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. “Dan Allah
tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-
Taubah [9]:24)
• Rasa cinta kepada Allah tidak cukup dengan hanya menjadi seorang
abid (ahli ibadah) dan lari dari kenyataan yang menimpa kaum
muslim. Tak cukup dengan beribadah sendiri lalu ingin masuk surga
sendirian. Rasa cinta yang benar adalah sebagaimana yang
dicontohkan Rasulullah, tauhiddul uswah, dijalankan oleh generasi
terbaik umat ini, para awwalun Muslimin. Yaitu adalah rasa acinta
yang merealitas, cinta yang mewujud dan bukan sekedar angan-
angan egoisme dalam penyendirian.
• Ridha
• Dalam bahasa arab. Kata ridha secara emologi/bahasa berasal
dari lafaz‫اض‬ َ ْ‫ض َي– يَ ر‬
ٍ ‫ َر‬-‫ضى‬ ِ ‫ َر‬yang berarti senang, suka, rela, puas,
setuju.(Ahmad Warson Munawwir, 1997:505)
• Disamping diperintahkan untuk cinta kepada Allah, seorang
Muslim haruslah dapat bersikap ridha dengan segala aturan dan
keputusan Allah SWT. Artinya dia harus dapat menerima
sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun segala sesuatu yang
dating dari Alah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah, larangan,
maupun petunjuk-petunjuk lainnya. Dia ridha karena dia
mencintai Allah dan yakin bahwa Allah lah yang Maha Pengasih
dan Penyayang.
• Demikian sikap cinta dan ridha kepada Allah Swt. Dengan cinta
kita mengharap ridha-Nya, dan dengan ridha kita mengharapkan
cinta-Nya.
C. Iklhas
• Secara etimologis ikhlash (bahasa Arab) berakar dai kata
lasha dengan arti bersih, jernih, murni; tidak bercampur.
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah
beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.
• Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa
pamrih; hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah
SWT.
• 3 (tiga) unsur Ikhlas:
1. Niat yang ikhlas (ikhlash an-niyah)
2. Beramal dengan sebaik-baiknya (itqan al-’amal)
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat
(jaudah al-ada)
• Keutamaan Ikhlas
1. Ikhlas untuk keselamatan aqidah
2. Amal tanpa ikhlas akan sia-sia
3. Ikhlas akan membuat ketahanan dalam
beramal
4. Menjaga dari maksiat

• Riya’ Menghapus Amalan


‫ « قَا َل هَّللا ُ تَبَا َركَ َوتَ َعالَى َأنَا َأ ْغنَى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫َعنْ َأ ِبى هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر‬
)‫ (رواه مسلم‬.» ُ‫ش ْر َكه‬ ْ ‫ش َر َكا ِء َع ِن الش ِّْر ِك َمنْ َع ِم َل َع َمالً َأ‬
ِ ‫ش َركَ فِي ِه َم ِعى َغ ْي ِرى تَ َر ْكتُهُ َو‬ ُّ ‫ال‬
“Aku yang paling tidak memerlukan sekutu,
baransiapa yang melakukan amalan yang menyekutukan
Aku dengan yang lain, maka aku berlepas diri darinya,
maka amalannya itu untuk sekutunya itu”.
D. Khauf dan Raja
Dua sikap batin yang harus dimiliki secara
seimbang oleh setiap muslim.
Dominasi khauf -> pesimisme dan putus asa
Dominasi Raja  lalai lupa diri dan serta merasa
aman dari azab Allah
Khauf = kegalauan hati membayangkan sesuatu
yang tidak disukai yang akan menimpanya,
atau membayangkan hilangnya sesuatu
yang disukainya
• Dua hal seseorang takut kepada Allah
1. Ma’rifatullah  khauful ‘arifin
)28 :35 ‫إنما يخشي هللا من عباده العلماء (سورة الفاطر‬
2. Karena dosa-dosa yang dilakukannya, dia
takut akan azab Allah
• Dampak positif dari khauf
1. Melahirkan keberanian menyampaikan
kebenaran dan memberantas kemungkaran
tanpa rasa takut pada makhluk yang menghambatnya
2. Menyadarkan manusia untuk tidak meneruskan
kemaksiatan yang telah dilakukannya dan menjauhkannya
dari segala bentuk kefasikan dan hal-hal yang diharamkan Allah
• Raja’  memautkan hati kepada sesuatu yg
disukai pada masa yang akan datang
yang membuahkan ketaatan dan
mencegahnya dari kemaksiatan
ِ ُ‫س َر>فُوا َعلَى َأ ْنف‬
ِ‫س ِه ْم ال تَ ْقنَطُوا ِمنْ َر ْح َم ِة هللا‬ ْ ‫ين َأ‬ َ ‫قُ ْل يَا ِعبَا ِد‬
َ ‫ي الَّ ِذ‬
]53:‫وب َج ِمي ًعا ِإنَّهُ ُه َو ا ْل َغفُو ُر ال َّر> ِحي ُم [الز>مر‬
َ ُ‫الذن‬ ُّ ‫ِإ َّن هللاَ يَ ْغفِ ُر‬
‫ قَا َل « لَ ْو‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫• َعنْ َأبِى ُه َر ْي َرةَ َأ َّن َر‬
‫ط ِم َع بِ َجنَّ ِت ِه َأ َح ٌد َولَ ْو يَ ْعلَ ُم‬
َ ‫يَ ْعلَ ُم ا ْل ُمْؤ ِم ُن َما ِع ْن َد هَّللا ِ ِم َن ا ْل ُعقُوبَ ِة َما‬
)‫ا ْل َكا ِف ُر َما ِع ْن َد هَّللا ِ ِم َن ال َّر ْح َم ِة َما قَ ِنطَ ِمنْ َجنَّتِ ِه َأ َح ٌد » (رواه مسلم‬
• Kalau seorang mukmin mengetahui siksaan yang
ada di sisi Allah maka tidak seorang pun dapat
berharap masuk sorga. Dan jika orang kafir
mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah tidak
seorang pun berputus asa untuk masuk sorga
‫‪E. Tawakal‬‬
‫‪Membebaskan hati dari segala ketergantungan‬‬
‫‪kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan‬‬
‫‪segala sesuatunya kepada Allah.‬‬
‫سو َل هَّللا ِ ‪-‬‬ ‫س ِم ْعتُ ُع َم َر يَقُو ُل َ‬
‫س ِم ْعتُ َر> ُ‬ ‫شانِ ِّى قَا َل َ‬ ‫َعنْ َأبِى تَ ِم ٍ‬
‫يم ا ْل َج ْي َ‬
‫صلى هللا عليه وسلم‪ -‬يَقُو ُل « لَ ْو َأنَّ ُك ْم تَ َو َّك ْلتُ ْم َعلَى هَّللا ِ َح َّ‬
‫ق تَ َو ُّكلِ ِه‬
‫وح بِطَانًا » (رواه إبن‬ ‫صا َوتَ ُر ُ‬ ‫ق الطَّ ْي َر تَ ْغ ُدو ِخ َما ً‬ ‫لَ َر َزقَ ُك ْم َك َما يَ ْر ُز ُ‬
‫ماجه)‬
‫‪ -‬عبادة الجوارح‬ ‫سبب الدعم‬
‫‪Sebab pendukung‬‬

‫أسباب‬ ‫‪ ‬‬

‫عبادة القلب‬ ‫أقوي السبب‬


‫توّكل‬ ‫‪Sebab utama‬‬

‫التوّكل أقوي السبب‬

‫الصبر‬

‫الرضي بقضاء اهلل‬


‫التوّكل‬ ‫اإلكتساب أو اإلختيار من دعم السبب‬

‫التوّكل أقوي السبب‬ ‫الشكر‬

‫‪Tawakal Ibn Qayyim Al-Jauziyah‬‬


• Hikmah Tawakal

ْ ‫َو َمنْ يَتَ َو َّك ْل َعلَى هَّللا ِ فَ ُه َو َح‬


)65:3/‫سبُهُ (سورة الطلق‬
“…..dan barang siapa yang bertawakal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya”
F. SYUKUR
Memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang
Telah dilakukannya. Ada 3 (tiga) unsur:
1. Mengakui nikmat dalam batin
2. Membicarakannya secara lahir
3. Menjadikannya sarana untuk taat kepada
Allah
G. MUROQOBBAH
Raqaba  Menjaga, mengawal, menanti dan
mengamati = PENGAWASAN

Keadaan seorang muslim bahwa dia selalu


berada dalam pengawasan Allah SWT.
َ ‫ فَِإنْ لَ ْم تَ ُكنْ تَ َراهُ فَِإنَّهُ يَ َر‬، ُ‫َأنْ تَ ْعبُ َد هَّللا َ َكَأنَّ َك تَ َر>اه‬
‫اك (رواه‬
)‫البخاري عن أبي هريرة‬
• Muroqobah - Muhasabah (evaluasi terhadap amal perbuatan, laku,
tingkah sikap hati)

Dalam msalah introspeksi ini ada atsar dari Umar radhiallahuanhu yang
terkenal,
• "‫س ِاب‬ ْ >>>‫ َف>>>ِإنَّهُ> َأ ْه َو ُن َعلَ ْي ُك ْم> ِف‬، ‫س ُك ْم> َق>> ْب َلَأ ْن ُت>>و َزنُوا‬
َ ‫يا>>ل ِح‬ َ ُ‫ َو ِزنُوا َأ ْنف‬، ‫سبُوا‬ َ ‫س ُك ْم> َق>> ْب َلَأ ْن ُت>> َحا‬
َ ُ‫اسبُوا َأ ْنف‬
ِ >‫َح‬
ِ َ‫ونال> َت>> ْخف‬
‫ىم ْن ُك ْم> َخ>افِ>يَة‬ َ ‫ض‬ ُ ‫ َي>> ْو َمِئ ٍذ ُت>> ْع> َر‬،‫ضا >َألْكبَ ِر‬
ِ ‫ َوتَ َزيَّنُوا لِ> ْل َع> ْر‬، >‫ا>>ليَ ْو َم‬ َ ُ‫اسبُوا َأ ْنف‬
ْ >‫س ُك ُم‬ ِ ‫ َأ ْن ُت>> َح‬، ‫َغ ًدا‬
)120 ‫ ص‬،‫ وأحمد ف>>>يا>>لزهد‬، 22‫ ص‬،‫(روا>ه> ا>بنأبيا>>لدنيا ف>>>ي"محاسبة ا>>لنفس‬
• “Hisablah dirimu semua sebelum (nanti) dihisab. Dan timbanglah diri
kamu semua sebelum (nanti) ditimbang. Karena nanti hisabmu akan lebih
mudah jika engkau evaluasi dirimu sekarang. Dan hiaslah dirimu untuk
pertemuan akbar (besar). Di hari akan ditampakkan semua dari kamu
dan tidak ada yang tersembunyi.” (HR. Ibnu Abi Dunya di Muhasabatun
Nafsi, hal. 22. Ahmad di ‘Zuhud, hal. 120. Abu Nu’aim di ‘Hilyah, (1/52).
Dilemahkan oleh Al-Albany dalam Silsilah Adh-Dhaifah, no. 1201. Abu
Ishq huwaini di ‘Takhrij Litafsir Ibnu Katsir, (1/478) dan menomentari,
sanad ini para perowinya terpercaya akan tetapi terputus antara Tsabit
bin Hajjaj dan Umar bin Khottob tidak mendapatkannya)
H. TAUBAT
Taba  kembali
kembali kepada Allah seteleh meninggal
kan-Nya, kembali taat setelah menentang-
Nya.
Orang yang tobat disebut taib
1. Karena malu disebut munib
2. Karena mengagungkan Allah disebut Awwab
• 5 (lima) dimensi Taubat
1. Menyadari kesalahan
2. Menyesali kesalahan
3. Memohon ampun kepada Allah SWT
4. Berjanji tidak mengulangi
5. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal
soleh

Anda mungkin juga menyukai