Anda di halaman 1dari 4

Implementasi Sikap&Prilaku Tawakal Dalam Kehidupan

A. Pengertian Tawakal
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, Tawakkal berarti berserah (kepada kehendak
Tuhan), dengan segenap hati percaya kepada Tuhan terhadap penderitaan, percobaan dan
lain-lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tawakkal adalah pasrah diri kepada
kehendak Allah dan percaya sepenuh hati kepada Allah. Sedangkan dalam Kamus
Modern Bahasa Indonesia, tawakal berarti jika segala usaha sudah dilakukan maka harus
orang menyerahkan diri kepada Allah yang Maha Kuasa
Dalam Al-quran terdapat beberapa dalil tawakal. Dalam surah Al Maidah ayat 23, Allah
SWT memerintah umat muslim untuk bertawakal. Sebagaimana firman-nya yang
berbunyi:

‫اب فَِإ َذا َد َخ ْلتُ ُموهُ فَِإنَّ ُك ْم غَالِبُونَ ۚ َو َعلَى هَّللا ِ فَت ََو َّكلُوا ِإ ْن ُك ْنتُ ْم‬
َ َ‫ال َر ُجاَل ِن ِمنَ الَّ ِذينَ يَ َخافُونَ َأ ْن َع َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َما ا ْد ُخلُوا َعلَ ْي ِه ُم ْالب‬
َ َ‫ق‬
َ‫ُمْؤ ِمنِين‬

Artinya: “Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya: \”Serbulah mereka dengan melalui pintu
gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya
kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
Selain dalil tawakal tersebut, Rasulullah SAW pun pernah bersabda demikian:

‫ تَ ْغدُو ِخ َماصًا َوتَرُوْ ُح بِطَانًا‬،ُ‫ق الطَّ ْير‬


ُ َ‫ُز ْقتُم َك َما تُرْ ز‬ َّ ‫لَوْ َأنَّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم تَ َو َّكلُوْ نَ َعلَى هَّللا ِ َح‬
ِ ‫ لَر‬،‫ق تَ َو ُّكلِ ِه‬

Artinya: “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal


maka Allah akan memberi rezeki kalian sebagaimana Allah memberi rezeki burung,
pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.”
Ditinjau dari sudut orang yang bersikap tawakal, tawakal itu dibagi menjadi dua bagian,
yaitu : tawakal kepada Allah dan tawakal kepada selain Allah,
1. Tawakal kepada Allah
Selalu bersyukur jika mendapatkan nikmat dari Allah swt, dan bersabar apabila
mendapatkan musibah.
Selalu berdoa dan menyerahkan diri atas apa yang kita usahakan sebelumnya.
Selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT atas kejadian atau apa yang kita
terima,
Tawakal kepada Allah dalam keadaan diri yang Istiqomah serta dituntun dengan
petunjuk Allah
mendapatkan kebutuhan seorang hamba dalam urusan duniawi-nya atau untuk
mencegah sesuatu yang tidak diingini berupa musibah atau bencana,
Tawakkal kepada Allah dalam berbuat haram dan menghindari diri dari perintah
Allah
Bahkan dalam surah Al-Mulk ayat 29 disebutkan juga bahwa tawakal dapat
menunjukkan siapa yang berada dalam kesesatan.

ٰ َ ‫قُلْ هُو ٱلرَّحْ ٰمنُ ءامنَّا ب ِهۦ و َعلَ ْي ِه تَو َّك ْلنَا ۖ فَ َستَ ْعلَ ُمونَ م ْن هُو فِى‬
ٍ ِ‫ضلَ ٍل ُّمب‬
‫ين‬ َ َ َ َ ِ َ َ َ َ

Artinya: “Katakanlah: \”Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-
Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah
yang berada dalam kesesatan yang nyata.”
2. Tawakal kepada selain Allah
Jenis tawakal ini terbagi menjadi dua bagian :
a. Tawakal Syirik : yang terbagi menjadi dua macam pula:
- Tawakal kepada selain Allah dalam urusan-urusan yang tidak bisa dilakukan
kecuali Allah SWT. Seperti orang-orang yang bertawakal kepada orang-orang
yang sudah mati serta para thagut (sesuatu yang disembah selain Allah) untuk
meminta pertolongan mereka, yang berupa kemengan, perlindungan, rezeki,
dan syafa’at,inilah yang dinamakan syirik yang paling besar, karena
sesungguhnya urusan-urusan ini dan yang sejenisnya tidak ada yang sanggup
melakukannya kecuali Allah SWT.
- Tawakal kepada selain Allah dalam urusan-urusan yang bias dilakukan
menurut dugaannya oleh yang ditawakkalkannya. Ini adalah bagian dari
syirik yang paling kecil. Yaitu seperti bertawakal kepada sebab-sebab yang
nyata dan biasa, seperti seseorang yang bertawakal kepeda seseorang
pemimpin atau raja yang mana Allah telah menjadikan ditangan pemimpin itu
rezeki atau mencegah kejahatan dan hal-hal yang serupa itu lainnya, ini
adalah syirik yang tersembunyi. Oleh karena itu dikatakan : memperhatikan
kepada sebab-sebab adalah perbuatan syirik dalam tauhid, karena amat
kuatnya pautan hati serta sandaran hati kepada sebab-sebab itu.
- Mewakilkan yang dibolehkan. Yaitu ia menyerajkan suatu urusan kepada
seseorang yang mampu dikerjakannya, dengan demikian orang yang
menyerahkan urusan itu (bertawakal) dapat tercapai beberapa keinginannya.
Mewakilkan disini berarti menyerahkan untuk dijaga seperti ungkapan : “Aku
mewakilkan kepada Fulan, berarti : Aku menyerahkan urusan itu kepada
Fulan untuk dijaga dengan baik. Mewakilkan menurut syari’at: seseorang
menyerahkan urusannya kepada orang lain untuk menggantikan
kedudukannya secara mutlak atau pun terikat. Mewakilkan dengan maksud
eperti ini dibolehkan menurut al-Qur’an, hadits dan ijma.
B. Tingkatan-Tingkatan Tawakal
Tawakal memiliki tingkatan-tingkatan menurut kadar keimanannya, tekad, dan cita orang
yang bertawakal tersebut :
1. Pertama, mengenal Rabb berikut sifat-sifat-Nya/kekuasan-Nya, kekayaan-Nya,
kemandiria-Nya, berakhirnya segala perkara kepada ilmu Nya dan kemunculan
karena Masyi’ah (kehendak) dan kodratnya.
2. Kedua, menetapkan sebab dan akibat
3. Ketiga, Mengkokohkan hati pada pijakan “tauhid tawakal” (mengesakan Allah dalam
bertawakal)
4. Keempat, bersandarnya hati dan ketergantungannya serta ketentramannya kepada
Allah. Tanda seseorang telah mencapai tingkatan ini ialah bahwa ia tidak peduli
dengan dating atau perginya kehidupan duniawi.
5. Kelima, baik sangka kepada Allah SWT. Sejauh mana kadar sangka baikknay dan
pengharapannya kepada Allah, mkaka sejauh itu pula kadar ketawakalan kepadaNya
6. Keenam, menyerahkan hati kepadanya, membawa seluruh pengaduan kepadaNya,
dan tidak menentangnya. Jika seorang hamba bertawakal dengan tawakal tersebut,
maka tawakal itu akan mewariskan kepadanya suatu pengetahuan bahwa dia tidak
memiliki kemampuan sebelum melakukan usaha, dan ia akan kembali dalam keadaan
tidak aman dari maker Allah.
7. Ketujuh, melimpahkan wewenang (perkara) kepada Allah (Tafwidh). Ini adalah ruh
dan hakikat tawakal, yaitu melimpahkan seluruh urusannya kepada Allah dengan
kesadaran, bukan dalam keadaan terpaksa.
C. Keutamaan Tawakal
Perilaku atau sikap tawakal memang tidak muncul begitu saja. Untuk menjadi seorang
yang tawakal, Pins harus memupuk sikap tersebut pelan-pelan. Sebagai motivasi, di
bawah ini ada beberapa keutamaan tawakal yang perlu Pins ketahui. Berikut uraiannya:

 Orang yang bertawakal akan mendapatkan mukjizat dari Allah SWT


Tawakal merupakan salah satu bentuk keimanan. Oleh karena itu, Allah SWT begitu
mencintai hamba-Nya yang bertawakal. Dia berjanji akan memberikan pertolongan serta
anugerah kepada orang yang bertawakal.

Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:

ٓ ٰ
ِ ‫ِإ ْذ يَقُو ُل ْٱل ُمنَفِقُونَ َوٱلَّ ِذينَ فِى قُلُوبِ ِهم َّم َرضٌ َغ َّر ٰهَُؤآَل ِء ِدينُهُ ْم ۗ َو َمن يَتَ َو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ فَِإ َّن ٱهَّلل َ ع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬

Artinya: “(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di
dalam hatinya berkata: \”Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya\”.
(Allah berfirman): \”Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

 Orang yang bertawakal akan mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat


Seseorang yang senantiasa bertawakal akan diberikan kebahagiaan dan limpahan
kebaikan di dunia maupun di akhirat. Hal ini sesuai dengan surah An-Nahl ayat 41-42
yang berbunyi:

{ َ‫اآلخ َر ِة َأ ْكبَ ُر لَوْ َكانُوا يَ ْعلَ ُمونَ * الَّ ِذين‬


ِ ‫َوالَّ ِذينَ هَا َجرُوا فِي هَّللا ِ ِم ْن بَ ْع ِد َما ظُلِ ُموا لَنُبَ ِّوَئنَّهُ ْم فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوألجْ ُر‬
َ‫صبَرُوا َو َعلَى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُون‬
َ
Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah SWT sesudah mereka dianiaya,
pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan
sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu)
orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal.”

 Tawakal dapat membuat hidup terasa ‘cukup’


Seorang umat muslim yang senantiasa bertawakal akan merasa cukup atas hidupnya.
Sebab, mereka percaya bahwa apa yang didapat ialah keputusan baik dari Allah SWT.

Dalam surah Ath-Thalaq ayat 3 disebutkan demikian:

‫ْث اَل يَحْ تَ ِسبُ ۚ َو َمن يَتَ َو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ فَه َُو َح ْسبُ ٓۥهُ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ ٰبَلِ ُغ َأ ْم ِرِۦه ۚ قَ ْد َج َع َل ٱهَّلل ُ لِ ُكلِّ َش ْى ٍء قَ ْدرًا‬
ُ ‫َويَرْ ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬

Artinya: \”Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan keperluannya.\”
D. Cara menumbuhkan sikap Tawakal dalam kehidupan sehari-hari
1. Meningkatkan keimanan
bisa pelan-pelan memaknai dan menjadi pribadi yang bertawakal. Sebab, nantinya,
akan melibatkan Allah SWT dalam segala urusan, baik di dunia maupun akhirat.
2. Menghargai usaha diri sendiri
memulainya dengan menghargai usaha diri sendiri. Dengan demikian, kamu akan
memusatkan segala upaya untuk berusaha lalu memasrahkan hasilnya kepada Allah
SWT.
3. Senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT
Guna menumbuhkan sikap tawakal, kamu dapat memulainya dengan berbaik sangka
kepada Allah SWT. Dengan demikian, kamu tak akan marah jika suatu ketika usaha
yang sudah dilakukan tidak berbuah manis. Barangkali Allah SWT telah menyiapkan
kejutan lain yang lebih besar. Atau, mungkin memang saat ini belum waktunya.

Anda mungkin juga menyukai