Anda di halaman 1dari 2

Khutbah I  

‫ َوَأ ْشهَ ُد‬، ُ‫ك لَه‬ َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬.‫ت‬ ‫هّٰلِل‬
ِ ‫َأ َم َرنَا بِتَرْ ك ْال َمنَا ِه ْي َوفِ ْع ِل الطَّا َعا‬  ْ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ الَّ ِذي‬
ٰ
‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.‫اعي بِقَ ْولِ ِه َوفِ ْعلِ ِه ِإلَى ال َّر َشا ِد‬ ِ ‫َأ َّن َسيِّدنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ ال َّد‬
‫ فَيَااَيُّهَا‬،‫ب َأ َّما بَ ْع ُد‬
?ِ ‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ْال َمآ‬
ٍ ‫ب َو َعلَى التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم بِِإحْ َس‬ ?ِ ‫ص َوا‬ َّ ‫َو َعلَى ٰالِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه ْالهَا ِدي َْن لِل‬
‫ ٰيٓاَيُّهَا‬:‫الى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬ َ ‫ق تُقَاتِه َواَل تَ ُم ْوتُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنـتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن فَقَ ْد قَا َل هللاُ تَ َع‬ َّ ‫ اِتَّقُ ْوا هللاَ َح‬،‫ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
‫ الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن تَتَّقُوا هّٰللا َ يَجْ َعلْ لَّ ُك ْم فُرْ قَانًا َّويُ َكفِّرْ َع ْن ُك ْم َسي ِّٰاتِ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ۗ ْم َوهّٰللا ُ ُذو ْالفَضْ ِل ْال َع ِظي ِْم‬ 
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Islam sebagai agama yang paripurna mengajarkan bagi semua pemeluknya
untuk selalu tunduk pada setiap perintah Allah, seperti shalat lima waktu, zakat, puasa, dan haji bagi yang sudah
memenuhi syarat dan ketentuannya, serta menjauhi segala larangan-Nya, seperti mencuri, zalim, zina, berdusta dan
lain sebagainya.   Mengerjakan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan merupakan kata lain dari
istilah takwa. Takwa menjadi salah satu pokok dalam ajaran Islam yang harus tertanam dalam jiwa setiap muslim
dan muslimah. Dengannya, ia akan menjadi hamba Allah yang benar-benar iman dan percaya atas semua ketentuan
dan ketetapan-Nya.  
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Allah ‘azza wa jall dalam Al-Qur’an mengulang kata taqwa (‫ )تقوى‬sebanyak
15 kali. Hal itu tentu menjadi sebuah bukti bahwa di antara ajaran pokok dalam Islam adalah adanya unsur
ketakwaan kepada Allah dalam diri semua umat Islam.   Selain melakukan semua perintah dan larangan, dengan
takwa kepada-Nya, seseorang akan menjadi pribadi yang bijaksana. Hal ini sebagaimana yang telah dijanjikan oleh
Allah dalam Al-Qur’an:   ‫ض? ِل ْال َع ِظي ِْم‬ ْ َ‫ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن تَتَّقُوا هّٰللا َ يَجْ َع??لْ لَّ ُك ْم فُرْ قَانً??ا َّويُ َكفِّرْ َع ْن ُك ْم َس?ي ِّٰاتِ ُك ْم َويَ ْغفِ??رْ لَ ُك ۗ ْم َوهّٰللا ُ ُذو ْالف‬  Artinya,
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan
(kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan
mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar” (QS Al-Anfal [8]: 29).   Hadirin, Pada ayat
tersebut, ada salah satu kalimat pokok yang akan menjadi pembahasan dalam khutbah kali ini, yaitu perihal
pemberian Allah kepada orang-orang beriman berupa “furqan”. Para ulama memiliki banyak penafsiran dalam
mengartikan salah satu penggalan ayat ini.   Imam Abul Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir ad-Dimisyqi, atau yang
lebih masyhur dengan sebutan Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H), dalam kitab tafsirnya menjelaskan makna kata
tersebut. Beliau mengutip beragam pendapat ulama. Pendapat pertama, yaitu menurut Ibnu Abbas, ‘Iqrimah,
Qatadah, dan Muqatil bin Hayyan, kata furqan memiliki makna jalan keluar. Dengan kata lain, orang-orang yang
bertakwa akan selalu diberi jalan keluar oleh Allah dari setiap masalah dan urusannya. ADVERTISEMENT  
Pendapat kedua, yaitu menurut Mujahid, furqan memiliki arti keselamatan di dunia dan akhirat. Bisa juga diartikan
sebagai pertolongan dari Allah. Sedangkan pendapat ketiga, yaitu menurut Muhammad bin Ishaq, dan penafsiran
ini dinilai lebih umum oleh Ibnu Katsir dari penafsiran sebelumnya, yaitu sebuah kemampuan untuk bisa hati-hati
dan cermat dalam mengambil sebuah keputusan,   ‫اط?? ِل‬ ِ َ‫ق َو ْالب‬ ِّ ??‫ص??اًل بَ ْينَ ْال َح‬ْ َ‫ (فُرْ قَانً??ا) َأيْ ف‬:‫??ال ُم َح َّم ُد ب ِْن ِإ ْس?? َحاق‬ َ َ‫ ق‬  Artinya,
“Muhammad bin Ishaq telah berkata, (maksud) furqanan itu adalah (kemampuan) untuk membedakan antara yang
hak dan yang batil.” (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Azim, [Darut Thayyibah: 1999, tahqiq: Syekh Sami bin
Muhammad], juz IV: 43).   Maksud dari kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang batil, adalah
bahwa orang yang bertakwa akan menjadi pribadi yang bijaksana. Ketika ia dihadapkan dengan dua hal, antara
benar dan salah, maka ia akan memilih yang benar, dan meninggalkan yang salah karena pengetahuan dan
anugerah tersebut.   Dengan berpedoman pada pendapat Muhammad bin Ishaq tersebut, bisa disimpulkan bahwa
siapa saja yang bertakwa kepada Allah, dengan melakukan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua
larangan-Nya, maka Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan untuk membedakan antara yang benar
dan yang salah.   Dengan anugerah tersebut, ia akan menjadi seorang hamba yang mendapatkan pertolongan dari
Allah swt. Ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat, diberikan jalan keluar dalam urusan-urusan
dunianya, mendapatkan keselamatan kelak di hari kiamat, diampuni semua dosa-dosanya.   Jamaah shalat Jumat
rahimakumullah, Selain kutipan Imam Ibnu Katsir tersebut, rasanya kurang lengkap jika belum menelaah
penafsiran dan pemikiran salah satu ulama tafsir abad kelima yang sangat terkenal dan masyhur dengan luasnya
pandangannya dalam ilmu Al-Qur’an, yaitu Imam Fakhruddin ar-Razi.   Menurut ulama kelahiran Thabaristan,
Iran tersebut, kata furqanan dalam Surat Al-Anfal ayat 29 itu memiliki dua arti: (1) anugerah dari aspek duniawi;
dan (2) anugerah dari aspek ukhrawi. Orang-orang yang bertakwa akan mendapatkan anugerah furqan di dunia dan
akhirat kelak.   Secara aspek dunia, orang yang beriman akan dianugerahi banyak hal oleh Allah, di antaranya akan
mendapatkan hidayah dan pengetahuan, hatinya akan lapang dan tenang. Allah hilangkan segala sifat-sifat tercela
dalam dirinya, seperti iri, dengki, sombong, dan penyakit hati lainnya. Semua itu mereka dapatkan tidak lain
karena sesungguhnya, ketika hati sudah dekat kepada Allah dengan takwa, maka semua hal-hal yang telah
disebutkan akan Allah hilangkan, dan diganti menjadi cahaya kasih sayang.   Selain itu, orang yang beriman akan
mendapatkan derajat yang tinggi di sisi manusia dan Allah, mendapatkan pertolongan, dan bagian secara khusus
dari-Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, yaitu:   َ‫ َوهلِل ِ ْال ِع َّزةُ َولِ َرسُولِ ِه َولِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬  Artinya, “Dan
kekuatan itu hanya miliki Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin.” (QS Al-Munafiqun [63]: 8).  
Sedangkan anugerah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang bertakwa kepada Allah kelak di akhirat, adalah
sebagaimana yang disampaikan oleh Imam ar-Razi, yaitu:   ِ‫ فَ?الثَّ َوابُ َو ْال َمنَ??افِ ُع ال َّداِئ َم? ةُ َوالتَّ ْع ِظي ُم ِمنَ هللا‬،‫ال اآْل ِخ? َر ِة‬ ِ ‫َوَأ َّما فِي َأحْ? َو‬
ِ ‫و ْال َماَل ِئ َك ِة َو ُكلُّ هَ ِذ ِه اَأْلحْ َو‬.
‫ال دَا ِخلَةٌ في الفرقان‬ َ   Artinya, “Sedangkan dalam aspek akhirat, maka (orang yang bertakwa akan
mendapatkan) pahala, manfaat yang terus menerus, kemuliaan dari Allah dan malaikat. Semua ini masuk dalam
kata furqan.” (Imam ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Ihya at-Turats: tanpa tahun], juz XV: 476).  
‫‪Selain itu, ar-Razi juga menjelaskan bahwa orang-orang yang bertakwa kepada Allah juga akan mendapatkan‬‬
‫‪ampunan atas dosa-dosa yang dilakukan di dunia. Dengan ampunan tersebut, ia akan tergolong menjadi ahli surga,‬‬
‫‪dan mendapatkan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya.   Demikian penjelasan singkat perihal anugerah‬‬
‫‪yang akan didapatkan oleh orang-orang yang beriman kepada Allah. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa‬‬
‫‪meningkatkan kualitas ketakwaan, dengan memperbanyak ibadah dan meninggalkan semua larangan, sehingga‬‬
‫اَ ْل َح ْم ُد ‪bisa menjadi hamba yang mendapatkan anugerah berupa furqan sebagaimana pada ayat di atas.   Khutbah II  ‬‬
‫ض? َوانِ ِه‪.‬‬ ‫إلى ِر ْ‬ ‫اع ْي َ‬ ‫أن َس?يِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب? ُدهُ َو َر ُس?وْ لُهُ ال? َّد ِ‬ ‫ك لَ?هُ َوَأ ْش?هَ ُد َّ‬ ‫هّٰلِل ِ عَل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإ ٰلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي َ‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ٰالِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا َأ َّما بَ ْعدُ‪ ،‬فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا هللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بِ ?َأ ْم ٍر‬ ‫ٰ‬
‫اَللّهُ َّم َ‬
‫ٰ‬
‫ص?لِّ َو َس?لِّ ْم َعلَى‬ ‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‪  .‬اَللّهُ َّم َ‬ ‫صلُّوْ نَ عَل َى النَّبِ ّي يَآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َ‬ ‫بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآَل ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآَل ِئ َكتَهُ? يُ َ‬
‫?ر َوع ُْث َم??انَ َو َعلِ ّي َوع َْن بَقِيَّ ِة‬ ‫?ر َو ُع َم? َ‬‫َّاش? ِد ْينَ َأبِي بَ ْك? ٍ‬ ‫ض ع َِن ْال ُخلَفَ??ا ِء الر ِ‬ ‫ك َو َمآَل ِئ َك? ِة ْال ُمقَ? َّربِ ْينَ َوارْ َ‬ ‫ُس?لِ َ‬ ‫ك َور ُ‬ ‫َس?يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ٰا ِل َس?يِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َأ ْنبِيَاِئ َ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫ٰ‬ ‫َأ‬
‫ت َوال ُم ْس ?لِ ِم ْينَ‬ ‫َّاح ِم ْينَ ‪  ‬اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َوال ُمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫ك يَا رْ َح َم الر ِ‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫َّحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن َوارْ َ‬ ‫الص َ‬
‫اخ? ُذلْ َم ْن‬ ‫َص َر ال ? ِّد ْينَ َو ْ‬ ‫ن‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫م‬ ‫ُرْ‬ ‫ص‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫ا‬‫و‬ ‫َ‬ ‫ة‬ ‫َّ‬ ‫ي‬‫د‬‫ح‬‫ِّ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫َكَ‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫ع‬ ‫ُرْ‬
‫ص‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫ا‬‫و‬ ‫نَ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ْ‬
‫ش‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫و‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫رْ‬ ‫ِّ‬
‫ش‬ ‫ال‬ ‫ل‬‫َّ‬ ‫ذ‬ ‫َأ‬ ‫و‬ ‫نَ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫م‬‫ل‬ ‫ْ‬
‫س‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫اَل‬ ‫ْ‬
‫س‬ ‫ا‬ ‫َّ‬
‫ز‬ ‫ع‬ ‫َأ‬ ‫م‬‫ُ‬ ‫ه‬‫ّ‬ ‫و ْالم ْسلمات اََألحْ يآ ُء م ْنهُم واَْألموات‪ .‬اَ ٰ‬
‫لل‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َُ ِ َ‬ ‫َِ‬ ‫َ ُ ِِ َ‬ ‫َ َ ُ ِِ َ ِ‬ ‫َّ ِ ِإْل‬ ‫َ ِ ْ َ ْ َ ِ‬ ‫َ ُ َِ ِ‬
‫ٰ‬
‫?ر ِم ْنهَ??ا َو َم??ا‬ ‫لوبَا َء َوال َّزاَل ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َم??ا ظَهَ? َ‬ ‫ك ِإلَى يَوْ َم ال ِّد ْي ِن‪  .‬اَللّهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْا َ‬ ‫خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ َأ ْعدَا َء ال ِّد ْي ِن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫ظلَ ْمنَ??ا‬ ‫ار‪َ .‬ربَّنَ??ا َ‬ ‫اب النَّ ِ‬‫صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا ٰاتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ااْل ٰ ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَ??ا َع? َذ َ‬ ‫بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا ِإ ْندُونِ ْي ِسيَّا خآ َّ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْأ‬
‫َأ ْنفُ َسنَا َوِإ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لنَكوْ ن ََّن ِمنَ ال َخا ِس ِر ْينَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَ? ُم ُر بِال َع? ْد ِل َواِإل حْ َس?ا ِن َوِإيْت??آ ِء ِذي الق??رْ َ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫?ر َوالبَغي‬ ‫بى َويَنهَى ع َِن الفحْ ش??آ ِء َوال ُمن َك? ِ‬
‫?ز ْد ُك ْم َولَ? ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ? ُر‬ ‫َلى نِ َع ِم ِه يَ? ِ‬‫‪   Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ ع َ‬
‫‪Pesantren‬‬ ‫‪Al-Hikmah‬‬ ‫‪Darussalam‬‬ ‫‪Durjan‬‬ ‫‪Kokop‬‬ ‫‪Bangkalan‬‬ ‫‪Jawa‬‬ ‫‪Timur.‬‬

‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-anugerah-besar-bagi-orang-bertakwa-VxJ44‬‬

Anda mungkin juga menyukai