Anda di halaman 1dari 3

Anugerah Besar Bagi Orang Yang bertaqwa

‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّدنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعي‬، ُ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ اَل ش َِر ْي َك لَه‬.‫ت‬ ‫هّٰلِل‬
ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ الَّ ِذيْ َأ َم َرنَا بِتَرْ ك ْال َمنَا ِه ْي َوفِع ِْل الطَّاعَا‬
ٰ
‫ب َو َعلَى التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى‬ ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ٰالِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه ْالهَا ِد ْينَ لِلص ََّوا‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.‫بِقَوْ لِ ِه َوفِ ْعلِ ِه ِإلَى ال َّر َشا ِد‬
‫ ٰيٓاَيُّهَا‬:‫ق تُقَاتِه َواَل تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنـتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ نَ فَقَ ْد قَا َل هللاُ تَ َعال َى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬ َّ ‫ اِتَّقُوْ ا هللاَ َح‬، َ‫ فَيَااَيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ ن‬،ُ‫ب َأ َّما بَ ْعد‬ِ ‫يَوْ ِم ْال َمآ‬
‫الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن تَتَّقُوا هّٰللا َ يَجْ َعلْ لَّ ُك ْم فُرْ قَانًا َّويُ َكفِّرْ َع ْن ُك ْم َسي ِّٰاتِ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ۗ ْم َوهّٰللا ُ ُذو ْالفَضْ ِل ْال َع ِظي ِْم‬

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Islam sebagai agama yang paripurna mengajarkan
bagi semua pemeluknya untuk selalu tunduk pada setiap perintah Allah, seperti shalat lima
waktu, zakat, puasa, dan haji bagi yang sudah memenuhi syarat dan ketentuannya, serta
menjauhi segala larangan-Nya, seperti mencuri, zalim, zina, berdusta dan lain sebagainya.
Mengerjakan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan merupakan kata lain dari
istilah takwa. Takwa menjadi salah satu pokok dalam ajaran Islam yang harus tertanam dalam
jiwa setiap muslim dan muslimah. Dengannya, ia akan menjadi hamba Allah yang benar-benar
iman dan percaya atas semua ketentuan dan ketetapan-Nya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Allah ‘azza wa jall dalam Al-Qur’an mengulang
kata taqwa (‫ )تقوى‬sebanyak 15 kali. Hal itu tentu menjadi sebuah bukti bahwa di antara ajaran
pokok dalam Islam adalah adanya unsur ketakwaan kepada Allah dalam diri semua umat Islam.
Selain melakukan semua perintah dan larangan, dengan takwa kepada-Nya, seseorang akan
menjadi pribadi yang bijaksana. Hal ini sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah dalam Al-
Qur’an

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن تَتَّقُوا هّٰللا َ يَجْ َعلْ لَّ ُك ْم فُرْ قَانًا َّويُ َكفِّرْ َع ْن ُك ْم َسي ِّٰاتِ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ۗ ْم َوهّٰللا ُ ُذو ْالفَضْ ِل ْال َع ِظي ِْم‬

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan
menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang
besar” (QS Al-Anfal [8]: 29).

Hadirin, Pada ayat tersebut, ada salah satu kalimat pokok yang akan menjadi pembahasan
dalam khutbah kali ini, yaitu perihal pemberian Allah kepada orang-orang beriman berupa
“furqan”. Para ulama memiliki banyak penafsiran dalam mengartikan salah satu penggalan ayat
ini. Imam Abul Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir ad-Dimisyqi, atau yang lebih masyhur dengan
sebutan Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H), dalam kitab tafsirnya menjelaskan makna kata tersebut.
Beliau mengutip beragam pendapat ulama. Pendapat pertama, yaitu menurut Ibnu Abbas,
‘Iqrimah, Qatadah, dan Muqatil bin Hayyan, kata furqan memiliki makna jalan keluar. Dengan
kata lain, orang-orang yang bertakwa akan selalu diberi jalan keluar oleh Allah dari setiap
masalah dan urusannya. Pendapat kedua, yaitu menurut Mujahid, furqan memiliki arti
keselamatan di dunia dan akhirat. Bisa juga diartikan sebagai pertolongan dari Allah. Sedangkan
pendapat ketiga, yaitu menurut Muhammad bin Ishaq, dan penafsiran ini dinilai lebih umum oleh
Ibnu Katsir dari penafsiran sebelumnya, yaitu sebuah kemampuan untuk bisa hati-hati dan
cermat dalam mengambil sebuah keputusan,

‫ق َو ْالبَا ِط ِل‬
ِّ ‫ (فُرْ قَانًا) َأيْ فَصْ اًل بَ ْينَ ْال َح‬:‫ال ُم َح َّم ُد ْب ِن ِإ ْس َحاق‬
َ َ‫ق‬

Artinya, “Muhammad bin Ishaq telah berkata, (maksud) furqanan itu adalah (kemampuan) untuk
membedakan antara yang hak dan yang batil.” (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Azim, [Darut
Thayyibah: 1999, tahqiq: Syekh Sami bin Muhammad], juz IV: 43).

Maksud dari kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang batil, adalah
bahwa orang yang bertakwa akan menjadi pribadi yang bijaksana. Ketika ia dihadapkan dengan
dua hal, antara benar dan salah, maka ia akan memilih yang benar, dan meninggalkan yang salah
karena pengetahuan dan anugerah tersebut. Dengan berpedoman pada pendapat Muhammad bin
Ishaq tersebut, bisa disimpulkan bahwa siapa saja yang bertakwa kepada Allah, dengan
melakukan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya, maka Allah akan
memberikan anugerah berupa kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah.
Dengan anugerah tersebut, ia akan menjadi seorang hamba yang mendapatkan pertolongan dari
Allah swt. Ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat, diberikan jalan keluar dalam
urusan-urusan dunianya, mendapatkan keselamatan kelak di hari kiamat, diampuni semua dosa-
dosanya.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Selain kutipan Imam Ibnu Katsir tersebut, rasanya
kurang lengkap jika belum menelaah penafsiran dan pemikiran salah satu ulama tafsir abad
kelima yang sangat terkenal dan masyhur dengan luasnya pandangannya dalam ilmu Al-Qur’an,
yaitu Imam Fakhruddin ar-Razi. Menurut ulama kelahiran Thabaristan, Iran tersebut, kata
furqanan dalam Surat Al-Anfal ayat 29 itu memiliki dua arti: (1) anugerah dari aspek duniawi;
dan (2) anugerah dari aspek ukhrawi. Orang-orang yang bertakwa akan mendapatkan anugerah
furqan di dunia dan akhirat kelak. Secara aspek dunia, orang yang beriman akan dianugerahi
banyak hal oleh Allah, di antaranya akan mendapatkan hidayah dan pengetahuan, hatinya akan
lapang dan tenang. Allah hilangkan segala sifat-sifat tercela dalam dirinya, seperti iri, dengki,
sombong, dan penyakit hati lainnya. Semua itu mereka dapatkan tidak lain karena sesungguhnya,
ketika hati sudah dekat kepada Allah dengan takwa, maka semua hal-hal yang telah disebutkan
akan Allah hilangkan, dan diganti menjadi cahaya kasih sayang. Selain itu, orang yang beriman
akan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi manusia dan Allah, mendapatkan pertolongan, dan
bagian secara khusus dari-Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, yaitu:
َ‫َوهلِل ِ ْال ِع َّزةُ َولِ َرسُولِ ِه َولِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬

Artinya, “Dan kekuatan itu hanya miliki Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang
mukmin.” (QS Al-Munafiqun [63]: 8). Sedangkan anugerah yang akan didapatkan oleh orang-
orang yang bertakwa kepada Allah kelak di akhirat, adalah sebagaimana yang disampaikan oleh
Imam ar-Razi, yaitu:

ِ ‫ فَالثَّ َوابُ َو ْال َمنَافِ ُع ال َّداِئ َمةُ َوالتَّ ْع ِظي ُم ِمنَ هللاِ َو ْال َماَل ِئ َك ِة َو ُكلُّ هَ ِذ ِه اَأْلحْ َوا ِل د‬،‫ َوَأ َّما فِي َأحْ َوا ِل اآْل ِخ َر ِة‬.
‫َاخلَةٌ في الفرقان‬

Artinya, “Sedangkan dalam aspek akhirat, maka (orang yang bertakwa akan
mendapatkan) pahala, manfaat yang terus menerus, kemuliaan dari Allah dan malaikat. Semua
ini masuk dalam kata furqan.” (Imam ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Ihya at-
Turats: tanpa tahun], juz XV: 476).

Selain itu, ar-Razi juga menjelaskan bahwa orang-orang yang bertakwa kepada Allah
juga akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang dilakukan di dunia. Dengan ampunan
tersebut, ia akan tergolong menjadi ahli surga, dan mendapatkan kenikmatan-kenikmatan yang
ada di dalamnya. Demikian penjelasan singkat perihal anugerah yang akan didapatkan oleh
orang-orang yang beriman kepada Allah. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa
meningkatkan kualitas ketakwaan, dengan memperbanyak ibadah dan meninggalkan semua
larangan, sehingga bisa menjadi hamba yang mendapatkan anugerah berupa furqan sebagaimana
pada ayat di atas.

Anda mungkin juga menyukai