Tingkatan-tingkatan Tawakkal
Tawakkal memiliki tingkatan-tingkatan menurut kadar keimanan, tekad orang yang
bertawakkal tersebut. Syaikh Al-Harawi menyebutkan tingkatan tawakkal dilihat dari aspek
manusia yang melewatinya sebagai berikut (Sulha, 2008:71):
1) Tawakkal disertai dengan perintah dan melakukan sebab-sebab dengan niat karena
takut menyibukkan diri dengan sebab dan dengan niat hendak memberi manfaat pada
makhluk dan meninggalkan dakwaan yang bukan terhadap diri sendiri.
2) Tawakkal dengan menggugurkan tuntutan dan memejamkan mata dari sebab, sebagai
usaha untuk berkonsentrasi memelihara kewajiban.
1. Adapun tingkatan tawakal yang pertama, yaitu penyerahan diri seorang hamba kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari pertolongan Allah SWT. Seorang hamba tersebut,
senantiasa mempercayakan kepada Allah SWT, atas jaminan akan pertolonganNya.
Hal tersebut sebagaimana mempercayakan dirinya kepada wakil yang memang benar-
benar dapat dipercaya.
2. Selanjutnya tingkatan tawakal yang kedua, yaitu penyerahan diri seorang hamba
kepada Allah SWT seperti seorang anak kepada ibunya. Seorang anak tersebut, tidak
kenal orang lain kecuali ibunya dan tidak mau lepas dari ketergantungan terhadap
ibunya. Jika bepergian selalu memegang tangan ibunya dan jika bertemu dengan
ibunya anak tersebut langsung memeluknya. Apabila anak itu dititipkan kepada orang
lain, maka senantiasa yang selalu dia sebut-sebut adalah nama ibunya.
3. Kemudian tingkatan tawakal yang ketiga, yaitu penyerahan diri seorang hamba
kepada Allah SWT seperti halnya mayit yang sedang dimandikan. Mayit tersebut,
tidak dapat miring jika tidak dimiringkan oleh yang memandikan dan tidak dapat
bergerak kecuali digerakan oleh orang yang memandikannya.
Tingkatan yang pertama adalah tingkatan yang terendah, untuk yang kedua lebih
tinggi dari yang pertama, sedangkan yang ketiga adalah tingkatan yang tertinggi.
1. Hikmah Bertawakkal
Sikap seorang insan yang bertawakkal kepada Allah SWT diibaratkan benih yang
baik, dibaja dan disirami dengan baik. Kemudian, tumbuhlah buah yang baik yaitu hasilnya
bisa dimakan dan diberi kepada orang yang memerlukan. Begitu juga tawakkal, tawakkal
kepada Allah SWT dengan benar akan melahirkan kehidupan yang baik sama ada kehidupan
pribadi maupun kehidupan berjamaah.
Tawakkal merupakan suatu sikap yang hanya dimiliki oleh orang-orang beriman. Dari
sikap ini akan membuahkan hasil yang sangat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan orang-
orang yang beriman, diantara buah tawakkal tersebut adalah:
a) Terwujudnya Iman
Seringkali dijumpai dalam firman-Nya, Allah Ta’ala menyandingkan antara tawakkal
dengan orang-orang yang beriman. Hal ini menandakan bahwa tawakkal merupakan
perkara sangat agung yang tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang beriman. Tawakkal
bagian dari ibadah hati yang akan membawa pelakunya ke jalan kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Sangat perlu untuk diperhatikan bahwa tidak ada iman kecuali dengan tawakkal,
begitu juga sebaliknya tidak ada tawakkal kecuali dengan iman. Ibnu ‘Abas menjadikan
tawakkal sebagai “gabungan iman”. Dan mengenai hal ini, Sa’id bin Jubir mengatakan,
“tawakkal itu setengah dari iman”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa semua orang yang beriman bertawakkal kepada
Allah SWT. Barang siapa bertawakkal kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan
memelihara atau menjaganya. Di antara tugas orang yang bertawakkal adalah mengerjakan
segala sesuatu atas apa yang telah diwajibkan oleh Allah SWT, dan menyediakan segala
keperluan yang bisa membuat kaum mukmin memperoleh kemenangan, baik yang berupa
bantuan materi atau moril (Ash-shidiqiy, 2000:1679).
Orang yang bertawakal kepada Allah SWT. Akan senantiasa mempertimbangkan dan
merencanakan setiap pekerjaannya diserahkan kepada kehendak Allah SWT. Oleh karena itu,
adapun hikmah lain dari orang yang bertawakal, di antaranya:
3. Bersikap optimis