Anda di halaman 1dari 4

HABLUM MINALLAH

Disusun oleh: Shafwan Syah Lausu

A. Pengertian Hablum Minallah


1. Secara bahasa hablun artinya tali atau hubungan. Habun milallah artinya hubungan
anrara manusia dan Allah.
2. Dalam arti lain hubungan dengan Allah juga dapat diartikan sebagai upaya
mendekatkan diri secara batiniyah kepada Allah dengan cara dan aturan sesuai dengan
syariat islam. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi,
dan tafsir Ibnu Katsir, Hablum minallah adalah “Perjanjian dari Allah, maksudnya
adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi
mereka di dunia dan di akhirat”.
B. Dalil-dalil Hablun Minallah
1. Al-Baqarah 152
ُْ َ َ ُ ْ ُ ُ َْ ُ ْ َ
ࣖ ‫فاذك ُر ْوِن ْ ْٓي اذك ْرك ْم َواشك ُر ْوا ِل ْي َولا تكف ُر ْو ِن‬

Artinya: Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah
kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

2. Al-Baqarah: 165
‫َ َّ ْ َ ٰ َ ُ ْ َ َ ُّ ُ ًّ ّ ه‬
ِ ِ ‫… وال ِذين امنوْٓا اشد حبا‬
… ‫لِّل‬

Artinya: Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah

3. At-Taubah: 24
ٌ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َٰ َ َ ْ ْ ُ
‫قل ِان كان اباۤؤكم وابناۤؤكم واِ خوانكم وازواجكم وع ِشيرتكم واموال اقترفتموها و ِتجارة‬

‫َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ٰ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ّ َ ه‬
ْ‫الِّل َو َر ُس ْوله َوج َهاد ف ْي َسب ْيله َف َت َرَّب ُصوا‬
ِٖ ِ ِ ٍ ِ ِٖ ِ ‫تخشون كسادها ومس ِكن ترضونهآْ احب ِاليكم ِمن‬

ْٰ َ ْ َْ َ ُ ‫ه ُ َْ َ ه‬ ْ ‫ه‬
َْ ْ َ
ࣖ ‫حتى َي ِأتي الِّل ِبام ِر ٖهٖۗ والِّل لا يه ِدى القوم الف ِس ِقين‬
َ َ
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu,
saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal
yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad
di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
4. Hadits Qudsi

C. Adab menjalin hubungan dengan Allah swt.


1. Menundukan kepala dihadapan-Nya. Membiasakan untuk menundukkan kepala.
Sikap kekasih Allah yang lebih senang melihat ke bumi dari pada langit, bentuk
ketawaduaan kepada Allah. menundukkan lahir dan batin yang sadar bahwa dirinya
adalah hamba Allah dan tidak sepantasnya menyombongkan diri di hadapan Allah
yang Maha Agung.
2. Merendahkan pandangan di hadapan-Nya. Menjaga mata bukan hanya dari
keharaman, bahkan hal-hal yang bisa dilihat agar tidak terlena yang membuat hatinya
lalai dari Allah swt. melihat dengan merenungkan bahwa apa yang dilihatnya adalah
bentuk keagungan Allah swt.
3. Menumpukkan perhatian kepada-Nya. Orang yang cinta kepada Allah akan selalu
memperbaharui dan mengumpulkan semangatnya untuk mendekatkan diri kepada
Allah swt. dengan penuh kesadaran jika perhatiaanya lebih banyak kepada dunia,
makai ia akan terlalaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
4. Mendiamkan segala anggota badan. Lebih banyak diam, dengan penuh keyakinan
bahwa setiap yang keluar dari mulutnya akan dimintai pertanggungjawaban. Kecuali
tiga hal yaitu Dzikir, Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar. Dan tergambarkan ketenangan
didalam anggota tubuhnya dalam setiap aktivitas, hal ini disebabkan hatinya tertaut
dengan Allah. dengan penuh kesadaran bahwa apa yang dilakukan ditimbang-timbang
apakah telah sesuai dengan keinginan Allah atau tidak.
5. Bersegera mengikuti perintah-Nya. Bersegera untuk melaksanakan perintah Allah
swt. tidak menunda untuk mengerjakan. Hal ini tergerakan sebab kerinduannya untuk
bertemu dengan Allah dalam menjalankan perintah-Nya.
6. Menjauhi larangan-larangan Allah. berusaha untuk menjauhi setiap hal yang
terjerumus kepada kemaksiatan. Bentuk kasih sayang Allah swt, selalu memberikan
hidayah dari pintu manapun sehingga kita tergerakkan untuk melaksanakan kebaikan
dan menolak keburukan kecuali orang-orang sombong.
7. Tidak menyangkal perbuatan Allah (tidak menunjukkan rasa tidak puas hati
terhadap takdir-Nya). Ia tidak pernah bertanya setiap kesulitan yang ia hadapi, tidak
protes bahkan tidak menolak. Dengan keyakinan bahwa apapun yang telah dialami
merupakan takdir Allah dan itu baik bagi dirinya.
8. Mengakali zikir (ingat) kepada-Nya. Lidah dan hatinya akan terus berdzikir kepada
Allah swt. pikirannya selalu merenungi hal-hal yang dapat mendekatkan dirinya
kepada Allah swt.
9. Melazimi fikir tentang qudrat-Nya. Selalu berpikir akan kuasa Allah yang ia lihat
dalam hidup. Allah yang menghidupkan, mematikan, mencipta dan memelihara.
10. Mengambil yang hak dan meninggalkan yang batil. Jika terdapat pilihan yang haq
dan bathil, maka ia akan memilih yang haq. Jika hatinya terpengaruh dengan hawa
nafsu maka hatinya akan buta dan mudah untuk terjerat pada keburukan.
11. Putus harapan daripada makhluk. Tidak pernah berharap dengan apa yang ada
ditangan manusia. sebab keyakinan hanya berharap kepada Allah. berharap dengan
manusia hanyalah bentuk pengamalan sebagai makhluk sosial untuk saling membantu
dan menjalin silaturahim. Sesungguhnya kekecewaan lahir dari berharapnya kepada
selain Allah swt. setiap kebaikan yang kita lakukan kepada makhluknya Allah akan
membalas baik dunia maupun akhirat.
12. Tunduk karena kehebatan-Nya. Mebiasakan diri untuk patuh kepada Allah karena
kehebatan (Wibawab-Nya). Sehingga dalam hidup kita mewujudkan khudu’
(kepatuhan, ketawadu’an dan kekhusyu’an) disetiap menjalankan perintahnya.
13. Pecah hati karena malu daripada-Nya. Selalu merasa menyesal (malu) dari pada-
Nya. Hal ini bukan hanya melakukan keburukan, tapi tidak sempat melakukan
kebaikan. Dengan kesadaran bahwa apa yang Allah anugerahkan tidak sebanding
dengan kebaikan yang dia laukan.
14. Merasa tenang dalam kehidpan karena percaya jaminan-Nya. Tidak gelisah
dengan rezeki yang didapat. Tidak bimbang ketika hanya sedikit yang didapat disetiap
pekerjaannya. Tidak mungkin ia menjadikan uang haram sebagai modal berusaha,
tidak mungkin ia menjual harga dirinya untuk mendapatkan upah. Tidak mungkin ia
meninggalkan ibadahnya bahkan menuntut ilmu hanya untuk kesenangan dunia. Tidak
memaksa kehendak untuk mendapatkan harta.
15. Bertawakal (Berserah diri) kepada kelebihan-Nya karena percaya dengan
pilihan-Nya. Membiasakan diri untuk pasrah kepada Allah swt, dengan keyakinan
bahwa apa yang Allah pilih adalah yang terbaik untuk kita. Inilah yang selalu
bersamamu dalam menjalani hidup didalam siang dan malammu.
D. Tanda hamba yang dicintai Allah
1. Terdorong hatinya untuk melakukan ketaatan dan kebaikan walau tidak direncanakan.
Manusai terbodoh di dunia adalah manusia yang tahu Allah Maha Pengampun dan dia
menjadikan itu sebagai alasan untuk bermaksiat kepada-Nya.
2. Hatinya selalu diliputi ketenangan. Ketka mendapatkan musibah ia bersabar, ketika
mendapat nikmat ia bersyukur.
3. Setiap perbuatan akan terkontrol, sebagaiamana hadits qudsi yang diriwayatkan Ibnu
Hiban:

Anda mungkin juga menyukai