ُت فِ ْي ِعبَا َدتِ ِه َوتَ ْق َواهِ َونَقُوْ َم بِ ْال َوا ِجبَا،الرِّضا َوال َّس َعا َد ِة
َ َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ َأ َم َرنا َ َأ ْن نُصْ لِ َح َم ِع ْي َشتَنَا لِنَ ْي ِل
ص ِّل َ اللهم.ُي بَ ْع َده َّ ِ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اَل نَب،ُك لَه َ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي
: َأ ّما بَ ْع ُد، َصحْ بِ ِه ال ُم َجا ِه ِد ْينَ الطَّا ِه ِر ْينَ ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو ِ ََو َسلِّ ْم َوب
بِس ِْم،ال هللاُ تَ َعالَى فِ ْي ِكتَابِ ِه ْال َك ِريْم َ َ ق. َ فَقَ ْد فَا َز ْال ُمتَّقُوْ ن،ِص ْينِي نَ ْف ِسي َوِإيَّا ُك ْم بِتَ ْق َوى هللا
ِ ْفَيَا ِعبَا َد هللا اُو
َق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن
َّ يَا َأيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْ ا هللاَ َح.َّحي ِْم
ِ هللاِ الرَّحْ َم ِن الر
Pertama kali, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt yang telah
menganugerahkan nikmat iman dan Islam serta kesehatan sehingga kita dapat
Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang beriman hingga akhir
zaman.
Mengawali khutbah Jumat kali ini, khatib mengingatkan kita semua, khususnya diri
khatib sendiri, agar senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah Swt dengan sebenar-
benar takwa. Yaitu, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya. Takwa adalah “jalan terang” menuju ke hadirat-Nya, sehingga kita akan
menemukan nilai-nilai kebajikan dan kemuliaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat
kelak.
manusia dianugerahi unsur-unsur immaterial yang lengkap, yaitu: ruh, akal, hati,
(soul). Dari komponen immaterial ini, manusia hakikatnya adalah sebagai makhluk
Ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat
dengan Allah. Akal berfungsi untuk berfikir, mengingat, menghitung, dan berlogika. Hati
berfungsi untuk meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang
berhubungan dengan rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang berpotensi pada
Bagi yang mampu mengendalikan “jiwa tirani” (al-nafs al-ammarah) dengan selalu
mendekatkan diri kepada Allah, maka ia akan menjadi pribadi yang utuh. Sebaliknya, jika
(pleasure principle), maka ia akan menjadi pribadi yang pincang. Sebagai makhluk
latihan kebaikan untuk melawan kecenderungan nafsu rendah yang menyukai dosa dan
kemaksiatan.
Di dalam jiwa manusia, sesungguhnya ada unsur energi negatif yang dapat
menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu “penyakit hati” atau “amradlul
qulub” yang menimbulkan sifat sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al
Hidayah menuturkan bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, dimana sifat hati
Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan penyebab dari sifat-
Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad”
atau dengki. Hasad adalah klaster problem jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi
kehidupan diri, lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban itu sendiri. Betapa banyak
sendiri dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam Alquran disebutkan tentang sikap sebagian
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah
Demikian juga Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari
Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah
menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah darinya: “Dan dari kejahatan orang
Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata.
Namun keberadaannya justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta
bahaya yang lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski
hasad tidak terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial
sangat nyata.
1. Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah
(kufur nikmat).
2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa
3. Munculnya ghibah, fitnah dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam
Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci.
Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang
jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling
mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka
Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain.
Hasad adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain dan
berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Menurutnya, hasad adalah cabang
dari syukh, yaitu sikap batin yang bakhil untuk berbuat baik.
Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan
menghendaki nikmat tersebut berpindah kepada dirinya. Hasad berawal dari sikap tidak
menerima nikmat yang diberikan Allah kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi
nikmat yang dianggap lebih besar. Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap
Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha’ dan
adalah bagian dari sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci
kepada nikmat Allah atas hamba-Nya; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut
untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari
saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu
Dampak hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut
menyebutkan bahwa hasad bisa menghancurkan seluruh catatan amal saleh. Hasad pun
bisa menimbulkan kebencian, sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia
dengki. Pada saat yang sama ia pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan orang
itu.
Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab ia tidak pernah puas dengan nikmat yang
telah Allah karuniakan. Pikiran dan hatinya menjadi tumpul karena selalu memikirkan
dan cemburu atas kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak akan mendoronya
untuk berbuat apapun dengan menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencuri,
datang ke istananya dan menasehati Raja, “Balaslah orang yang berbuat baik karena
kebaikan yang ia lakukan kepada Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat
dengki pada Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya.”
Maksud orang itu, hendaknya kita membalas kebaikan orang yang berbuat baik pada
kita, namun kita jangan membalas orang yang berbuat dengki dengan kedengkian lagi.
Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang memberi nasehat pergi,
ia menghadap raja dan berkata, “Tadi orang itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda
bau. Jika Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup
mulutnya, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka.” Raja tersinggung dan
mengundangnya untuk makan bersama. Si pendengki memberi orang itu banyak bawang
dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau. Keesokan
harinya ia dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata,
“Kemarilah engkau mendekat.” Orang yang telah memakan banyak bawang itu lalu
mendekati Raja dan menutupi mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan
Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang
bermaksud untuk menghina dirinya. Sang Raja lalu menulis surat dan memberikannya
pada orang itu. “Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap Raja, “Niscaya
Sebetulnya surat yang ditulis Raja ini bukanlah surat utuk pemberian hadiah. Raja sangat
tersinggung, karena itu ia menulis dalam surat itu, “Hai menteriku, jika engkau bertemu
dengan orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah kepala
Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia bertemu dengan si
pendengki. “Apa yang dilakukan baginda kepadamu?” Pendengki ingin tahu. “Raja
menjanjikanku hadiah dari salah seorang menterinya,” ujar si pemberi nasehat seraya
memperlihatkan surat dari Raja. “Kalau begitu biar aku yang membawanya,” kata si
pendengki. Akhirnya, orang yang pendengki itulah yang celaka dan mendapat hukuman
mati.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang betul-betul musuh
orang-orang beriman, dan salah satu obat yang dapat menetralisirnya adalah
memperbanyak syukur atas nikmat yang kita peroleh, sekecil apapun, untuk menjaga
keseimbangan hidup. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa semakin banyak kita
bersyukur kepada-Nya, justru Allah akan menambah kenikmatan hingga tak terbatas.
َواِ ْذ تَا َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَ ِٕى ْن َش َكرْ تُ ْم اَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َولَ ِٕى ْن َكفَرْ تُ ْم اِ َّن َع َذابِ ْي لَ َش ِد ْي ٌد
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari
Khutbah Kedua
لى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِهَ .وَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ
لى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ َع َ
الحمد هللِ َع َ
ص ِّل َعلَى إلى ِرضْ َوانِ ِه .اللهُ َّم َ أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ ال َّدا ِعى َ ْك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َّ
الَ َش ِري َ
َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًاَ .أ َّما بَ ْع ُد:
فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا هللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَه ُْوا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه
لى النَّبِى يآ اَيُّهَا ُصلُّ ْو َن َع َ ال تَعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ ي َ بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَّى بِ َمآل ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ
صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما
الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا َ
ك َو َمآلِئ َك ِة
ك َو ُر ُسلِ َآل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآِئ َ
ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ
اللهُ َّم َ
ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِدي َْن َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِ ّى َو َع ْن بَقِيَّ ِة ْال ُمقَ َّربِي َْن َوارْ َ
ض َعنَّا َم َعهُ ْم ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعي َْن َوتَابِ ِعي التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم ِباِحْ َس ٍ
ان اِلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ ال َّ
ك يَا َأرْ َح َم الرَّا ِح ِمي َْنبِ َرحْ َمتِ َ
ت اللهُ َّم َأ ِع َّز
ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِاَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ
ك ْال ُم َوحِّ ِدين َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ
ص َر ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ
اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو َد ِّمرْ َأ ْع َدا َء ال ِّدي ِْن َواَ ْع ِل َكلِ َماتِ َ
ك ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن .اللهُ َّم ال ِّدي َْن َو ْ
لوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َح َن َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْا َ
صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْل َدا ِن ْال ُم ْسلِ ِمي َْن عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن.
َع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِي ِْسيَّا خآ َّ
ظلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َو ْ
إن لَ ْم ارَ .ربَّنَا َ َ ربَّنَا آتِنا َ فِ ْي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِ ْي ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ
اب النَّ ِ
اس ِري َْن تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن ْا َ
لخ ِ
بى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِ[ء َو ْال ُم ْن َك ِران َوِإيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ َ ِعبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ِ
َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ
لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم
َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَر