َواَل ُتطِ ْع َمنْ اَ ْغ َف ْل َنا َق ْل َب ٗه َعنْ ِذ ْك ِر َنا َوا َّت َب َع ه َٰوى ُه َو َكانَ اَ ْم ُر ٗه فُ ُر ًطا
“dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta
menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.”(QS. Al-Kahf: 28)
Hati yang mati adalah hati yang gelap. Jauh dari sinar hidayah. Ia lebih membahayakan
daripada jasad yang mati. Karena jasad yang mati dapat memutus seseorang dari kenikmatan dunia.
Adapun jika hatinya yang mati, maka ia akan terputus dari kenikmatan dunia-akhirat. Dan ia akan
sengsara selama-lamanya.
Penting juga untuk dimengerti, bahwa perumpamaan hati yang mati, ibarat rumah kosong
yang sudah puluhan tahun tak berpenghuni. Di dalamnya, hiduplah serangga-serangga berbahaya,
burung-burung yang singgah hanya untuk membuang kotoran, ular-ular berbisa, dan binatang
beracun lainnya.
Seperti itulah kondisi hati manusia yang mati. Hanya ada kelalaian. Angan-angan. Syahwat.
Serta niat-niat yang buruk dan jahat. Semua itu terjadi ketika seseorang berpaling dari Allah dan
memusuhi orang-orang saleh yang menegakkan nahi munkar. Wal ‘iyaadzu billah.
Semoga Allah melindungi kita semua dari jenis hati seperti ini. Aammiiin yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Itulah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi renungan
bagi kita semua, dan semoga kita bersama keluarga tetap istiqamah berada dijalan yang lurus,
Aamiin ya Rabbal Aalamin.