Anda di halaman 1dari 5

‫بِس ِْم هّٰللا ِ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْم‬

Khutbah Jumat: 4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya

Khutbah I
‫ان فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ِْم َوالّ ِذيْ هَ َدانَا لِطَ ِر ْيقِ ِه ْالقَ ِوي ِْم َوفَقَّهَنَ ا فِي‬ َ َ‫اَ ْل َح ْم ُد ِهّٰلل ِ الًّ ِذى َخل‬
َ ‫ق ااْل ِ ْن َس‬
ِ ‫ص لُنَا إِلَى َجنَّا‬
‫ت‬ ِ ‫ْك لَ هُ َش هَا َدةً تُ ْو‬ َ ‫ أَ ْش هَ ُد أَ ْن آلاِل هَ إِاّل َ هّٰللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري‬.‫ِد ْينِ ِه ْال ُم ْس تَقِي ِْم‬
ُ‫ وأَ ْش هَ ُد أَ ْن َس يِّ َدنَا َونَبِيَّنَ ا ُم َح َّمدًا َع ْب ُده‬.‫النَّ ِعي ِْم َوتَ ُك ْو ُن َس بَبًا لِلنَّظَ ِر لِ َوجْ ِه ِه ْال َك ِري ِْم‬
‫صلَّى هّٰللا ُ َو َسلَّ َم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه‬ َ ‫َّح ْي ُم‬ِ ‫ف الر‬ُ ‫َو َرس ُْولُهُ النَّبِ ُى ال َّر ُؤ‬
‫أُ ْولِى ْالفَضْ ِل ْال َج ِسي ِْم‬.

‫ فَقَ ْد فَا َز‬،ِ ‫ص ْينِ ْي نَ ْف ِس ْي َوإِيَّا ُك ْم بِتَ ْق َوى هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬


ِ ‫ أُ ْو‬،ُ ‫اضر ُْو َن َر ِح َم ُك ُم‬
ِ ‫ فَيَا أَيُّهَا ْال َح‬،‫أَ َّما بَ ْع ُد‬
‫ْال ُمتَّقُ ْو َن‬
‫ان فِ ۡۤي أَ ۡح َس ِن تَ ۡق ِو ۡي ٍم‬
َ ‫َّحي ِْم لَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا اإۡل ِ ۡن َس‬ ‫هّٰللا‬ ‫قَ هّٰللا‬
ِ ‫ بِس ِْم ِ الرَّحْ َم ِن الر‬:‫ال ُ تَ َعالَى‬ َ
Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah,
Dengan tidak bosan2nya marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah swt,
karena sampai hari kita masih diberikan nikmat yang tidak terhingga oleh Allah,
terutama sekali nikmat iman dan nikmat sehat, sehingga kita mampu melangkahkan
kaki menuju rumah Allah ini untuk melaksanakan shalat jum’at secara berjama’ah.

Shalat dan salam mari kita fidyahkan untuk junjung alam, manusia paling mulia dan
penghulu para nabi yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW, Allahumma…….

Pada hari dan tempat yang mulia ini khatib berwasiat kepada diri pribadi dan kepada
para jama’ah sekalian untuk selalu meningkatkan taqwa kepada Allah swt. Taqwa
dengan menjalankan apa yang diperintah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah
Swt.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk terbaik. Ia diciptakan
dengan bentuk fisik yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti
akal pikiran, rasa, dan karsa (kehendak). Manusia berbeda dari makhluk Allah
lainnya. Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa diberi syahwat dan nafsu.
Hewan dibekali syahwat sehingga hidupnya hanya mengikuti keinginan kebutuhan
badannya; makan, minum, berhubungan badan dan segala keinginan yang bersifat
jasmaniah. Sementara setan diciptakan hanya dengan bekal nafsu sehingga
sepanjang hidupnya selalu ingkar akan nikmat Allah.
Manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 diciptakan dalam
bentuk yang sebaik-baiknya:

‫ان فِ ۡۤي أَ ۡح َس ِن تَ ۡق ِو ۡي ٍم‬


َ ‫لَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا اإۡل ِ ۡن َس‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.”

Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat,


hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena
itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan
antara ketiganya. Manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada
Allah, bisa seperti hewan hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa
seperti setan hanya mengumbar hawa nafsunya.

Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal
sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya,
sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin.

ُ‫ال َرس ُْو ُل هّٰللا ِ صلى هّٰللا عليه وسلم أَرْ بَ َعةُ َج َو ِه َر فِ ْي ِجس ِْم بَنِ ْي اَ َد َم ي َُزلُهَا اَرْ بَ َعة‬ َ َ‫ق‬
‫أَ ْشيَا َء اَ َّما ْال َج َوا ِه ُر فَ ْال َع ْق ُل َوال ِّدي ُْن َو ْال َحيَا ُء َو ْال َع َم ُل ْالصَّالِ ُح‬

Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat
hilang karena empat hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu,
dan amal salih”.

Pertama akal

Akal adalah alat untuk memahami agama. Agama adalah rambu-rambu atau aturan
yang memberikan arah pada manusia, sifat malu adalah pengendali, dan amal salih
adalah buah dari akal memahami agama dengan pengendali berupa sifat malu tadi.
Akal menjadi pemimpin dalam tubuh manusia untuk memahami mana yang hak dan
batil, mana yang patut ataupun tidak, mana yang harus dikerjakan ataupun
ditinggalkan. Ibnu Hajar al-Asyqalani dalam kitabnya Nashaihul Ibad mendefinisikan
akal sebagai berikut:

‫ق َو ْالبَا ِط ُل‬
ُّ ‫ف بِ ِه ْال َح‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫َج ْوهَ ٌر ر ُْو َحانِ ٌّي َخلَقَهُ ُ تَ َعالَى ُمتَ َعلَّقًا بِبَ ْد ِن ا ِال ْن َس‬
ُ ‫ان يُع َْر‬
“Permata ruhani ciptaan Allah yang berada dalam jasad manusia untuk mengetahui
sesuatu yang hak dan batil.”

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah,


Permata kedua yang dikaruniakan Allah kepada manusia ialah agama.

Agama adalah aturan atau norma yang mengarahkan akal manusia untuk menerima
hal-hal yang baik, layak dan pantas. Agama menjadi pedoman bagaimana manusia
menjalani kehidupannya; bagaimana mengendalikan syahwat dan nafsu. Akal sehat
akan mengarahkan kita dapat menerima agama yang hanif (lurus), yang mampu
memberikan ketenangan lahir batin dan dapat melahirkan sifat pengedali (malu),
serta membuahkan amal salih.

Ketiga malu

Malu merupakan sifat yang dikembangkan oleh agama untuk mengendalikan


perilaku manusia, yang dapat membedakan kita dengan hewan ataupun setan. Oleh
karena itu, Ibnu Hajar al-Asqalani membagi malu menjadi dua, yakni haya’un
nafsiyun dan haya’un imaniyun. Haya’un nafsiyun adalah rasa malu yang diberikan
Allah pada setiap manusia, seperti rasa malu memperlihatkan auratnya dan
sejenisnya. Sifat ini tidak diberikan pada hewan.

Sementara haya’un imaniyun adalah

‫أَ ْن يمنَع الم ْؤم ُن م ْن فعْل ْالمعاصي َخ ْوفًا م َن هّٰللا‬


ِ ِ ِ َ َ ِ ِ ِ ِ ُ َ َْ
“Ketika seorang mukmin mampu mencegah dirinya untuk berbuat maksiat karena
takut kepada Allah subhanahu wata'ala.”

Sifat ini hanya diberikan pada orang mukmin yang mampu menggunakan
akalnya untuk memahami perintah dan larangan Allah. Karena itu, wajar jika
Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan:

ِ ‫اَ ْل َح َيا ُء م َِن ااْل ِ ْي َم‬


‫ان‬
“Malu itu sebagian dari iman.” Malu untuk berbuat maksiat, malu meninggalkan
perintah agama, malu tidak berbuat baik dan lain sebagainya.

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah,

Permata yang terakhir yang dimiliki manusia adalah amal shalih, yakni perbuatan
yang patut dan baik menurut kaidah agama. Amal shalih adalah buah dari
kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta
kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan. Banyak orang mampu
memahami agama atau mengerti ilmu agama, tetapi tidak mampu mengendalikan
syahwat dan nafsunya, sehingga ia tidak memiliki rasa malu, maka ia hanya bisa
melakukan sesuatu yang hanya berorientasi pada kebutuhannya yang kadang
merugikan orang lain. Contoh sederhana yang dapat kita amati dalam kehidupan
sehari-hari, betapa banyak orang pandai agama tetapi tidak mampu mengendalikan
diri, sehingga ia bukan mengamalkan ilmu agama, namun hanya memperalat agama
untuk kepentingan dirinya atau kelempoknya. Maka akibat yang timbul dari itu bukan
amal shalih tetapi justru maksiat.

Jamaah Jumat yang dimulayakan Allah,

Rasulullah dalam dalam hadits di atas juga mengingatkan pada kita akan bahaya
yang mengancam empat permata manusia tersebut. Rasul mengatakan:

َّ ‫ضبُ ي ُِز ْي ُل ْال َع ْق َل َو ْال َح َس ُد ي ُِز ْي ُل ال ِّدي َْن َو‬


‫الط َم ُع ي ُِز ْي ُل ْال َح َيا َء َو ْال ِغ ْي َب ُة ي ُِز ْي ُل ْال َع َم َل‬ َ ‫َف ْال َغ‬
‫الصَّال َِح‬
“Ghadlah (marah-marah) dapat menghilangkan akal, iri dan dengki (hasud) dapat
menghilangkan agama, serakah (thama’) dapat menghilangkan sifat malu, dan
menggunjing (ghibah) dapat menghilangkan amal shalih.

Maasyiral Muslimin rakhimakumullah,

Semoga kita dapat mengoptimalkan permata yang ada dalam hidup kita untuk
menjadi insan pilihan dan masuk dalam kategori muttaqin (orang yang memiliki
ketakwaan).
‫باَر هّٰللا‬
َ ‫ت وال[ ِّ[ذ ْك ِر‬
‫ إ ّن[ ُه‬.‫الح ِكي ِْم‬ ِ ‫ َو َن َف َع ِنيْ َوإِ ّي[[ا ُك ْم ِباآلي[[ا‬،‫العظِ ي ِْم‬
َ ‫آن‬ِ ْ‫ك ُ لِيْ َولك ْم فِي القُر‬ َ َ
‫ك َبرٌّ َرؤُ ْوفٌ َر ِح ْي ٌم‬ ٌ ِ‫َتعا َ َلى َجوّ ا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل‬

Khutbah II

‫ َو َع َلى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه‬،‫صلِّيْ َوأ ُ َسلِّ ُم َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ْالمُصْ َط َفى‬ ‫هّٰلل‬
َ ُ ‫ َوأ‬،‫اَ ْل َحمْ ُد ِ َو َك َفى‬
َ ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَّل إِلهَ إِاَّل هّٰللا ُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬.‫أَ ْه ِل ْال َوفَا‬
ُ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُده‬،ُ‫ك لَه‬
ُ‫َو َرس ُْولُه‬
‫ أُ ْوص ْي ُكم ونَ ْفسي بتَ ْقوى هّٰللا ْالعلي ْالعظيْم وا ْعلَم ْوا أَ َّن هّٰللا‬،‫ فَيا أَيُّها ْالم ْسلم ْو َن‬،‫أَما ب ْع ُد‬
َ ُ َ ِ ِ َ ِّ ِ َ ِ َ ِ ْ ِ َ ْ ِ ُِ ُ َ َ َ َّ
َ َ‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْال َك ِري ِْم فَق‬
ُ‫ إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَه‬:‫ال‬ َّ ‫ أَ َم َر ُك ْم بِال‬،‫أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬
َ ‫ين آ َمنُوا‬َ ‫ يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬،‫ون َعلَى النَّبِ ِّي‬ َ ُّ‫ُصل‬
َ ‫ي‬،
ٰ
‫ْت َعلَى َسيِّ ِدنَا إِب َْرا ِه ْي َم‬ َ ‫صلَّي‬ ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَللّهُ َّم‬
َ ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك‬
‫ت‬ ِ َ‫َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِه ْي َم َوب‬
َ َّ‫ فِ ْي ْال َعالَ ِمي َْن إِن‬،‫آل َسيِّ ِدنَا إِب َْرا ِه ْي َم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫ َعلَى َسيِّ ِدنَا إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬.
‫ٰ‬
‫ت‪،‬‬‫ت اأْل َحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواأْل َ ْم َوا ِ‬
‫وال ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت ْ‬ ‫اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ف ْال ُم ْختَلِفَةَ‬
‫اللّهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسي ُْو َ‬ ‫ٰ‬

‫صةً َو ِم ْن ب ُْل َدا ِن ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‬


‫َوال َّش َدائِ َد َو ْال ِم َح َن‪َ ،‬ما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا َخا َّ‬
‫ك َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬ ‫َعا َّمةً‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫عبا َد هّٰللا ‪ َّ ،‬هّٰللا‬
‫ان َوإِ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى َع ِن الفَحْ َشا ِء‬ ‫إن َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬ ‫ِ‬ ‫َِ‬
‫َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ .‬فَاذ ُكرُوا هّٰللا َ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هّٰللا ِ أَ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai