Anda di halaman 1dari 6

‫ِبسْ ِم هّٰللا ِ الرَّ حْ ٰم ِن الرَّ ِحي ِْم‬

Khutbah Jumat: 7 Adab Menjaga Lisan Menurut Sayyid


Abdullah al-Haddad
Khutbah I

ْ‫ أَ ْش َه ُد أَن‬،‫ريم‬ َ ‫هّٰلِل‬ ‫هّٰلِل‬


ِ ‫ َوأ ْف َه َم َنا ِب َش ِري َْع ِة ال َّن ِبيّ ال َك‬،‫لحمْ ُد ِ الّذي َهدَا َنا ُس ُب َل ال ّسالَ ِم‬
َ ‫لحمْ ُد ِ ْا‬ َ ‫ْا‬
‫ َوأَ ْش َه ُد أَنّ َسيِّدَ َنا َو َن ِب َّي َنا‬،‫اإلكرام‬ ‫اَل ِا َله إاَّل هّٰللا‬
ْ ‫الل َو‬ )ِ ‫لج‬ َ ‫ ُذو ْا‬،‫َوحْ دَ هُ ال َش ِريك َله‬ ِ َ
‫باركْ َع َلى َس ِّيدِنا م َُح ّم ٍد َو َع َلى الِه‬ ِ ‫ص ِّل و َسلِّ ْم َو‬
َ ‫ اللّ ُه َّم‬،‫م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬
ُ ‫ ْأو‬،‫اإل ْخ َوان‬
‫ص ْي ُك ْم َو‬ َ
ِ ‫ َف َياأ ُّي َها‬:‫ أمَّا َبعْ ُد‬،‫سان إ َلى َي ْو ِم ال ِّدين‬
ِ ْ‫عين ِبإح‬ َ ‫حاب ِه َوال َّت ِاب‬
ِ ْ‫َوأص‬
‫ أَع ُْو ُذ‬:‫ان ْال َك ِري ْم‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ْ‫الى فِي ْالقُر‬ َ ‫َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى ِ َو َط‬
َ ‫ َقا َل ُ َت َع‬، ْ‫اع ِت ِه َل َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح ُْون‬
‫ يا أَ ُّيها الَّذِين آَم ُنوا ا َّتقُوا هّٰللا‬:‫ بسْ م هّٰللا الرَّ حْ ٰمن الرَّ ِحيْم‬،‫ْطان الرَّ جيْم‬ ‫هّٰلِل‬
َ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ‫ِبا ِ م َِن الَّشي‬
‫ يُصْ لِحْ َل ُك ْم أَعْ َما َل ُك ْم َو َي ْغ ِفرْ َل ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هّٰللا َو َرسُو َل ُه‬،‫َوقُولُوا َق ْواًل َسدِي ًدا‬

َّ‫از َف ْو ًزا َعظِ يمًا وقال تعالى َيا اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا ا َّتقُ ْوا هّٰللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتم ُْو ُتن‬ َ ‫َف َق ْد َف‬

‫العظِ ي ْم‬ ‫ ص َ هّٰللا‬.‫إالَّ وأَ ْن ُتم مُسْ لِم ُْون‬


َ ُ ‫دَق‬ َ َ ْ َ ِ
Hadirin, sidang Jum’ah yang dirahmati Allah subhanahu wata‘ala,

Dalam kesempatan Jumat pernuh berkah ini, marilah kita senantiasa saling
berwasiat dengan sesama, untuk meningkatkan rasa takwa kita kepada Allah
subhanahu wata’ala. Taqwa dalam arti berusaha menjalankan segala apa yang
diperintah oleh Allah SWT, dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan segala
apa yang dilarang oleh Allah SWT.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Sebuah pepatah bahasa Arab menyatakan bahwa keselamatan seseorang


bergantung pada cara bagaimana ia menjaga lisannya. Pepatah itu berbunyi:

ِ ‫ان فِي ِح ْفظِ اللِّ َس‬


‫ان‬ ِ ‫َساَل َم ُة ْا‬
ِ ‫إل ْن َس‬
Artinya: “Keselamatan manusia terletak dalam menjaga lisannnya.”
Pepatah itu mengingatkan sedemikian kuat hubungan antara keselamatan
seseorang dengan kemampuan menjaga lisannya. Dalam kaitan ini Allamah Sayyid
Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab beliau berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal
Mudhâharah wal Muwâzarah (Dar Al-Hawi, 1994, hal. 83-84) menasihatkan enam
adab menjaga lisan sebagai berikut:

Pertama,

َ ‫ض ِف ْي َما اَل َيعْ ِني‬


‫ْك‬ َ ‫َّاك) َو ْا‬
َ ‫لخ ْو‬ َ ‫(وإِي‬
َ
. “Hendaklah Anda tidak melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak ada gunanya bagi
anda.”

Bergaul adalah baik dan dianjurkan, tetapi dalam pergaulan harus dihindari hal-hal
yang tak ada gunanya dan apalagi mendatangkan madharat, seperti ghibah atau
menggunjing. Mencampuri urusan orang lain yang jelas-jelas bukan kewenangan
kita juga termasuk hal-hal yang semestinya dihindari sebab tidak jarang
menimbulkan ketidak senangan dari pihak yang merasa dilangkahi atau dicampuri
urusannya.

Kadang-kadang kita menerima curhat dari seseorang. Kita tentu saja boleh
memberikan masukan-masukan agar permasalahan yang dihadapi segera
terselesaikan. Tetapi kita harus sadar sejauh mana kita boleh memberikan masukan
agar tidak terlalu jauh masuk ke wilayah orang lain. Hal seperti ini bisa menimbulkan
masalah baru jika ada pihak-pihak yang merasa telah diganggu wilayah
kewenangannya.

Kedua,

‫هّٰلِل‬
.ِ‫اجة‬
َ ‫لح‬ َ ‫لح ْلفِ ِبا ِ َواَل َتحْ لِفْ ِب ِه َت َعا َلى إِاَّل‬
َ ‫صاد ًِق عِ ْن َد ْا‬ َ ‫َّاك) َوإِ ْك َث‬
َ ‫ار ْا‬ َ ‫(وإِي‬
َ
” Jangan sering-sering bersumpah demi Allah, dan jangan bersumpah demi nama-
Nya kecuali memang benar-benar mendesak.”

Sering menyebut nama Allah tentu saja baik sebab merupakan dzikir. Tetapi jika
penyebutannya merupakan sumpah yang bersifat main-main, hal ini tentu saja tidak
‫هّٰللا‬
baik. Sumpah dengan berucap  ‫و‬ “Demi Allah” dapat dibenarkan jika bersifat
sungguh-sungguh. Imam al-Harits al-Muhasibi dalam kitabnya berjudul Risâlah al-
Mustarsyidin, halaman 136, mengingatkan kita untuk tidak sering-sering bersumpah
sebagaimana kutipan berikut:

‫صا ِد ًقا‬ َ ‫َواَل ُت ْكث ِِر اأْل َ ْي َم‬


َ ‫ان َوإِنْ ُك ْن‬
َ ‫ت‬
Artinya, “Dan janganlah sering bersumpah meskipun engkau benar.”

Jadi sekalipun kita jujur dan dalam posisi benar, janganlah kita mengobral sumpah
apalagi disertai dengan ucapan ‫“ وهّٰللا‬Demi Allah”. Namun dalam keadaan genting
atau mendesak, seperti dalam proses hukum di pengadilan, bersumpah “Demi Allah”
adalah tepat.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Ketiga,

ِ ‫ِب ِب َج ِمي ِْع أَ ْن َواعِ ِه َفإِ َّن ُه َم َنا ِقضٌ لِإْل ِ ْي َم‬
‫ان‬ َ ‫َواحْ َذرْ ْال َكذ‬
. ”Hindarilah segala macam kebohongan sebab hal itu berlawanan dengan iman.”

Secara umum berbohong adalah dosa kecuali keadaan memaksa demi


kemaslahatan bersama yang lebih luas. Artinya sebagian besar kebohongan adalah
haram sehingga sebanyak mungkin harus dihindari.

Sudah banyak terbukti kebobongan sebetulnya tidak hanya merugikan diri sendiri
tetapi juga kepada orang lain yang mempercayainya. Kekacauan bisa timbul akibat
kebobongan berupa fitnah yang tersebar dan dipercayai masyarakat. Tidak jarang
terjadi kerusuhan dalam masyarakat bermula dari maraknya kabar bohong atau
hoaks.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda bahwa kebohongan


merupakan salah satu tanda orang munafik sebagaimana hadits berikut:

‫ان‬ َ ‫ َوإِ َذا َو َعدَ أَ ْخ َل‬، ‫ب‬


َ ‫ َوإِ َذا ْاؤ ُتم َِن َخ‬، ‫ف‬ َ ‫ث َك َذ‬ ٌ َ‫آ َي ُة ْال ُم َناف ِِق َثال‬
َ ‫ث إِ َذا َح َّد‬

Artinya, “Pertanda orang munafiq ada tiga: Apabila berbicara bohong, apabila
berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat” (HR al-
Bukhari).

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Keempat,

َ ‫إلك َث‬
ِ ‫ار م َِن ْالم َُز‬
‫اح‬ ْ ‫و ْال ِغ ْي َب َة َوال َّن ِم ْي َم َة َو ْا‬.َ
”Jauhkan dirimu dari pergunjingan dan fitnahan serta bercanda secara keterlaluan.”

Menggunjing, memfitnah, dan bercanda yang kelewatan adalah tidak baik. Seorang
Muslim hendaklah selalu berusaha menghindari ketiga hal ini karena berpotensi
besar menimbulkan ketidak nyamanan dan bahkan permusuhan.

Dalam Islam menggunjing diibaratkan memakan bangkai saudara sendiri yang telah
mati. Fitnah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, adalah lebih kejam dari
pada pembunuhan. Allah subhanu wa ta’ala berfirman:
‫َو ْال ِف ْت َن ُة أَ َش ُّد م َِن ْال َق ْت ۚ ِل‬

Artinya, “Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan” (Al-Baqarah: 91).

Demikina pula becanda yang keterlaluan atau kelewat batas tidak hanya sia-sia
tetapi juga bisa membuat orang lain marah karena merasa tersinggung.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Kelima,

ِ ‫َواجْ َت ِنبْ َسائ َِر ْال َكاَل ِم ْال َق ِبي‬


‫ْح‬
. “Hindarilah setiap ucapan keji.”

Berbicara kepada orang lain adalah salah satu cara berkomunikasi dalam kerangka
silaturrahim. Hal ini tentu saja baik. Tetapi jika dalam pembicaraan itu mengandung
ucapan-ucapan keji sudah pasti tidak baik sebab Islam justru menganjurkan supaya
kita berbicara yang baik.

Oleh karena itu, ucapan-ucapan keji seperti misuh-misuh dan hujatan-hujatan


dengan menggunakan kata-kata kotor harus dihindari sebanyak mungkin demi
kerukunan dan perdamaian bersama. Hal ini berlaku untuk semua pihak karena
pada dasarnya persoalan kerukunan dan perdamaian menjadi tanggung jawab
bersama.

Keenam,.

‫ك َعنْ َم ْذم ُْو ٍم‬


ُ ِ‫َوأمْ سِ كْ َعنْ َردِي ِء اَل َكاَل ِم َك َما ُتمْ س‬
"Jagalah lisanmu dari ucapan yang kurang baik apalagi yang tercela.”

Ucapan yang kurang baik dan apalagi yang tercela harus dihindari sebanyak
mungkin. Contoh dari ucapan yang kurang baik adalah penggunaan kata-kata yang
menghina atau merendahkan orang lain. Atau ungkapan-ungkapan yang
menampakkan kesombongan baik di mata manusia, dan apalagi di hadapan Allah
subhanhu wa ta’ala.

Untuk menghindari hal seperti, sebaiknya kita membiasakan diri bertawadhu’ atau
berendah hati kapanpun dan dimanapun kita berada. Kebiasaan yang baik seperti
itu akan lebih menjamin keselamatan dan nama baik kita baik hadapan manusia
maupun di hadapan Allah subhanu wa ta’ala. Di akhirat pun kita akan selamat dari
ancaman api neraka karena neraka adalah tempat yang sesuai bagi orang-orang
sombong.

Ketujuh,
َ ‫ َو َت َف َّكرْ ِف ْي َما َتقُوُ ُل َق ْب َل أَنْ َتقُوُ َل َفإِنْ َك‬..
ْ ‫ان َخيْرً ا َفقُ ْل َوإِاَّل َفاصْ م‬
).‫ُت‬
“Pikirkan baik-baik apa yang akan Anda ucapkan sebelumnya. Jika itu baik menurut
Anda, katakanlah. Jika tidak, diamlah.”

Sebuah pepatah berbunyi, “ Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.”
Pepatah ini sejalan dengan apa yang dinasihatkan oleh Allamah Sayyid Abdullah al-
Haddad di atas. Jadi pada prinsipnya kita tidak boleh grusa-grusu dalam berucap
atau menucapkan sesuatu tanpa mempertimbagkan tentang manfaat dan
madharatnya.

Harus pula kita pertimbangkan sebelumnya tentang dampak atau risiko terhadap diri
sendiri atau orang lain dari apa yang akan kita katakan. Sekiranya tidak ada manfaat
dan bahkan membawa madharat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, maka
sebaiknya kita urungkan niat kita untuk mengatakan sesuatu tersebut. Sikap memilih
diam demi menjaga semua pihak seperti ini sangat berharga karena diam adalah
emas sebagaimana kata pepatah.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Demikianlah ketujuh adab menjaga lisan sebagaimana nasihat Sayyid Abdullah bin
Alawi al-Haddad yang patut kita perhatikan baik-baik. Semoga kita semua termasuk
orang-orang yang mendapat rahmat dan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala
sehingga dapat melaksanakan ketujuh adab tersebut dengan sebaik-baiknya.
Dengan cara ini insya Allah lisan kita akan terhaga dari hal-hal yang dapat
mengacam keselamatan kita baik di dunia maupun di akhirat. Amin ya rabbal alamin.

:‫ َو ْأد َخ َل َنا وإِيَّاكم فِي ُزمْ َر ِة عِ َبا ِد ِه الم ُْؤ ِم ِني َْن‬،‫َج َع َلنا هّٰللا ُ َوإيَّاكم م َِن ال َفائ ِِزين اآل ِمنِين‬
‫ بسْ م هّٰللا‬،‫ُوذ باهّٰلِل مِن ال َّشيْطان الرَّ جيم‬
َ ‫ َيا أَ ُّي َها الَّذ‬:‫مان الرَّ حِي ْم‬
‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا‬ ِ ْ‫ح‬ َّ‫الر‬ ِ ِ ِ ْ ِ ِ َ ِ ِ ُ ‫أع‬
‫هَّللا وقُولُوا َق ْواًل سدِي ًدا باَرك هّٰللا‬
ِ ‫ َو َن َف َع ِنيْ َوإِيّا ُك ْم ِباآليا‬،‫آن ال َعظِ ي ِْم‬
‫ت‬ ِ ْ‫ر‬ُ ‫ق‬‫ال‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫م‬
ْ ‫لك‬ ‫و‬ َ ْ‫ي‬ِ ‫ل‬ ُ َ َ َ َ َ

َ ‫وذ ِْك ِر‬


ٌ ِ‫ إ ّن ُه َتعا َ َلى َجوّ ا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل‬.‫الح ِكي ِْم‬
‫ك َبرٌّ َرؤُ ْوفٌ َر ِح ْي ٌم‬

Khutbah II

‫ وأَ ْشه ُد أَنْ الَ ِا َله إالَّ هّٰللا‬.ِ‫اَ ْلحمْ ُد هّٰلِل على إحْ سا ِن ِه وال ُّش ْك ُر َل ُه على َت ْو ِف ْي ِق ِه و ِامْ ِت َنا ِنه‬
ُ ِ َ َ َ َ َ َ َ َ ِ َ َ ِ َ
‫هّٰللا‬
َ ‫ك َل ُه َوأَ ْش َه ُد أنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى‬
‫إلى‬ َ ‫َو ُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِر ْي‬
‫ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ِو َع َلى اَلِ ِه َوأَصْ َح ِاب ِه َو َسلِّ ْم َتسْ لِ ْيمًا كِثيْرً ا أَمَّا‬ َ ‫ اَل ٰلّهُـ َّم‬.ِ‫ِرضْ َوا ِنه‬
‫َبعْ ُد َفيا َ اَ ُّي َها ال َّناسُ ِا َّتقُواهّٰللا َ ِف ْي َما أَ َم َر َوا ْن َته ُْوا َعمَّا َن َهى َواعْ َلم ُْوا أَنَّ هّٰللا َ أَ َم َر ُك ْم ِبأ َ ْم ٍر‬
‫هّٰللا‬
‫ُصلُّ ْو َن َع َ‬
‫لى‬ ‫َبدَأَ ِف ْي ِه ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْدسِ ِه َو َقا َل َتعا َ َلى إِنَّ َ َو َمآل ِئ َك َت ُه ي َ‬
‫ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد‬ ‫صلُّ ْوا َع َل ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‪ .‬اَل ٰلّهُـ َّم َ‬
‫ال َّن ِبى يآ اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا َ‬
‫هّٰللا‬
‫ِك َو ُر ُسل َِك َو َمآل ِئ َك ِة‬ ‫صلَّى ُ َع َل ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َع َلى ِ‬
‫آل َس ِّيدِنا َ م َُح َّم ٍد َو َع َلى اَ ْن ِبيآئ َ‬ ‫َ‬
‫ض اللّ ُه َّم َع ِن ْال ُخ َل َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن أَ ِبى َب ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى َو َعنْ‬
‫ْال ُم َقرَّ ِبي َْن َوارْ َ‬
‫ض َع َّنا‬ ‫ان ِا َلى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬
‫ْن َوارْ َ‬ ‫َب ِق َّي ِة الص ََّحا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َْن َو َت ِابعِي ال َّت ِاب ِعي َْن َل ُه ْم ِب ِاحْ َس ٍ‬
‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن‬ ‫ك َيا أَرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن اَل ٰلّهُـ َّم ْ‬
‫اغ ِفرْ ل ِْلم ُْؤ ِم ِني َْن َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫َم َع ُه ْم ِب َرحْ َم ِت َ‬

‫إلسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬ ‫َ‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْن ُهم َو ْاالَمْ َوا ِ ٰ‬
‫ك‬ ‫ت اَللّهُـ َّم أعِ َّز ْا ِ‬ ‫ْ‬ ‫َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬
‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل‬
‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬
‫ادَك ْالم َُوحِّ ِد َّي َة َوا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬
‫َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َب َ‬
‫ْن‪ .‬اَل ٰلّهُـ َّم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َبالَ َء‬
‫ِك إِ َلى َي ْو َم ال ِّدي ِ‬ ‫ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو دَ مِّرْ أَعْ دَا َء ال ِّدي ِ‬
‫ْن َواعْ ِل َكلِ َمات َ‬
‫الزالَ ِز َل َو ْالم َِح َن َوس ُْو َء ْال ِف ْت َن ِة َو ْالم َِح َن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن َعنْ َب َل ِد َنا‬
‫َو ْا َلو َبا َء َو َّ‬

‫دَان ْالمُسْ لِ ِمي َْن عآم ًَّة َيا َربَّ ْا َ‬


‫لعا َل ِمي َْن‪َ .‬ر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا‬ ‫ِا ْن ُدو ِن ْيسِ يَّا خآص ًَّة َو َسائ ِِر ْالب ُْل ِ‬
‫ار‪َ .‬ر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنفُ َس َنا َواإنْ َل ْم َت ْغ ِفرْ َل َنا‬ ‫َح َس َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َو ِق َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫لخاسِ ري َْن‪ .‬عِ َبادَ هّٰلِلا ِ ! إنَّ هّٰللا َيأْ‬
‫ان َوإِيْتآ ِء ذِي‬
‫ِ‬ ‫س‬‫َ‬ ‫حْ‬‫إل‬
‫ِ‬ ‫ا‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫ل‬ ‫ِ‬ ‫د‬ ‫ْ‬ ‫لع‬
‫َ‬ ‫ا‬‫ب‬‫ِ‬ ‫ر‬‫ُ‬ ‫م‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫َو َترْ َحمْ َنا َل َن ُك ْو َننَّ م َِن ْا َ ِ‬
‫هّٰللا‬
‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا َ‬ ‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُ‬
‫ِ‬ ‫ْالقُرْ َ‬
‫لى ن َِع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َو َلذ ِْك ُر هّٰلِلا ِ أَ ْك َبرْ‬
‫لعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬
‫ْا َ‬

Anda mungkin juga menyukai