Anda di halaman 1dari 2

BAHAYA GHIBAH

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

‫ف‬ ْ ‫سالَ ُم عَل َى َأ‬


ِ ‫ش َر‬ َّ ‫صالَةُ َوال‬ ِ ‫ست َِعيْنُ َعلَى ُأ ُمو ِر ال ُّد ْنيَا َوالد‬
َّ ‫ َوال‬،‫ِّين‬ ْ َ‫ َوبِ ِه ن‬، َ‫ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِمين‬
‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬، َ‫ص ْحبِ ِه َأ ْجـ َم ِـعين‬َ ‫َلى آلِ ِه َو‬
َ ‫سلِينَ َوع‬ َ ‫الـ ُم ْر‬
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan 3
nikmat : nikmat kesehatan bagi jasmani kita, nikmat kesempatan bagi waktu kita, terlebih lagi nikmati
iman yang senantiasa berkobar didalam hati sanubari kita, sehingga kita masih sempat
melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan menuju masjid yang kita cintai ini
Kedua, shalawat dan salam tidak lupa kita kirimkan kepada baginda Rasulullah SAW. yang
sukses mengantarkan umatnya dari alam kebodohan menuju alam yang bermandikan dengan ilmu
pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada malam yang berbahagia ini.
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Perkenalkan nama saya……………, siswa MTs Arrahimiyah Desa Akacipong. Pada malam ini
izinkan saya menyampaiakan ceramah yang berjudul Bahaya Ghibah.
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti bakal sering berkomunikasi. Entah itu
membicarakan masalah pekerjaan, kegiatan sehari-hari, kenangan, keseruan, membahas berita di
televisi, hingga membahas hal-hal lain yang dirasa cocok sebagai bahan diskusi.
Saat berbicara dan bercerita kepada orang-orang, terkadang beberapa dari kita sampai lupa
waktu. Namun yang lebih mengerikan ialah di saat kita sudah lupa mana batas pembicaraan yang
masih dianggap wajar.
Tapi, apa sih batas kewajaran tersebut?
Sejatinya batas kewajaran dalam berbicara ialah terhadap hal-hal yang baik saja dan tidak
mengumbar aib orang lain. Jikalau sudah masuk ranah aib, maka pembicaraan harus disetop karena
hal tersebut bakal mengarah kepada prasangka, ghibah, bahkan fitnah.
Iya kalau prasangkanya adalah yang baik-baik dan positif, tapi bagaimana bila prasangkanya
adalah yang buruk-buruk? Misalnya seperti ada tetangga yang baru saja beli motor baru. Karena
selama ini kita melihat tetangga tersebut adalah sosok yang kurang mampu, lalu seenaknya saja kita
menuduh mereka cuma kredit motor, pinjam uang, atau bahkan mencuri motor; maka hal tersebut
sudah masuk kepada ranah ghibah yang harus dihindari.
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Hujurat ayat 12:

ُ ْ‫الظنِّ ِإ ْث ٌم ۖ َواَل َت َج َّسسُوا َواَل َي ْغ َتبْ َبع‬


ۚ ‫ض ُك ْم َبعْ ضًا‬ َّ ‫ض‬ َ ْ‫الظنِّ ِإنَّ َبع‬ َّ ‫ِين آ َم ُنوا اجْ َت ِنبُوا َك ِثيرً ا م َِن‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫َأ ُيحِبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأنْ َيْأ ُك َل َلحْ َم َأخِي ِه َم ْي ًتا َف َك ِرهْ ُتمُوهُ ۚ َوا َّتقُوا هَّللا َ ۚ ِإنَّ هَّللا َ َت َّوابٌ َرحِي ٌم‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),


karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Nah, dari ayat di atas, Allah menegaskan bahwa kita sebagai orang yang beriman disuruh
untuk menjauhi segala jenis perilaku prasangka, terutama prasangka buruk karena sebagian besar
darinya adalah dosa. Lebih daripada itu, ternyata ancaman prasangka buruk alias ghibah di sini
amatlah mengerikan yaitu memakan bangkai daging saudaranya sendiri yang sudah mati. Sungguh
menjijikkan, bukan?
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW menerangkan bahwa ghibah adalah di saat seseorang berbicara tentang
orang lain dan pembicaraan tersebut adalah pembicaraan yang tidak disukai. Jikapun pembicaraan
tersebut adalah fakta, maka itu adalah ghibah, dan jika itu adalah kebohongan maka itulah yang
namanya fitnah.
Lalu, apa saja jenis pembicaraan yang termasuk kategori ghibah? Diterangkan oleh Imam An-Nawawi
dalam kitab Al-Adzkar bahwa:

“Ghibah adalah membicarakan orang lain dengan sesuatu yang tidak disenanginya, baik dari
segi fisiknya, agamanya, duniawinya, psikisnya, perawakannya, wataknya, dan lain-lain yang
berkaitan dengan mereka.”

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT.


Perilaku ghibah adalah salah satu perilaku tercela yang besar ancamannya juga mudharatnya.
Menggunjing akan merusak hubungan persaudaraan sesama muslim, menghilangkan reputasi
seseorang, bahkan bisa berakibat mendatangkan permusuhan.
Ghibah sama halnya dengan maksiat lisan yang dosanya hanya bisa diampuni jikalau pihak yang
dighibahi memaaafkan si pengghibah.

Maka darinya, di sisa-sisa umur kita saat ini hendaknya kita menjaga lisan kita. Terhadap hal-
hal baik maka sudah sepantasnya kita berbicara baik, dan terhadap hal-hal buruk dan yang berkaitan
dengan aib maka sudah seharusnya kita diam. Tapi, bagaimana jikalau kita sedang melihat orang lain
mengghibah? Karena mengumpat adalah bagian dari kemungkaran maka sebisa mungkin kita jangan
diam saja melainkan mencegahnya. Cegah dengan cara yang baik supaya segera mengganti topik
pembicaraan.

Menjaga lisan adalah salah satu perilaku terpuji yang harus kita biasakan. Lidah ini tiadalah
bertulang, yang berarti bahwa seseorang bisa saja tidak pegal-pegal lidahnya hanya karena
membicarakan keburukan orang lain. Hidup ini hanyalah sementara. Daripada kita gunakan lisan ini
untuk menggunjing, maka sungguh amatlah baik bila lisan ini disibukkan untuk berzikir mengingat
Allah SWT. Orang lain pasti tidak akan suka jikalau kita membicarakan hal-hal buruk tentangnya. Pun
demikian juga dengan kita, kita pula tidak senang bila mendengar pembicaraan yang buruk. Maka
darinya, mari kita sama-sama menjaga lisan dan menjauhi diri dari ghibah.

Itulah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi renungan
bagi kita semua, dan semoga kita bersama keluarga tetap istiqamah berada dijalan yang lurus,
Aamiin ya Rabbal Aalamin.

Wabillahi Taufiq Wassa’adah, Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Anda mungkin juga menyukai