Sinopsis
Johan Elanta dan adiknya, Sonya Elanta tinggal bersama neneknya sejak Johan berumur enam
tahun. Ayahnya meninggal karena Leukemia sementara Ibu mereka meninggal karena
melahirkan Sonya. Saat Johan memasuki tahun ketiga SMA-nya, saudara kakek mereka mulai
mempermasalahkan rumah tempat nenek mereka. Rumah yang selama ini mereka tempati
adalah milik Kakek buyutnya. Karena berstatus rumah warisan, maka adik dan kakak kakeknya
meminta rumah tersebut dijual dan uang hasil penjualan akan dibagi-bagi diantara mereka.
Nenek mereka sedih dan depresi. Kadar gula meninggi akibat penyakit diabetesnya kambuh dan
matanya buta. Johan menjadi sedih. Dengan berbagai cara ia mencoba menyembuhkan
neneknya. Namun keadaan keuangan neneknya tidak memungkinkan. Selama ini mereka hidup
hanya dari uang pensiunan kakek mereka yang tidak seberapa. Gabungan biaya dari sakit
neneknya, biaya pendidikannya dan adiknya serta untuk makan sehari-hari menjadikan hidup
mereka semakin memprihatinkan.
Johan berkeluh kesah pada keempat sahabat karibnya. Dari pembicaraan-pembicaraan diantara
mereka, akhirnya tercetus sebuah ide. Masing-masing dari sahabatnya mempunyai potensi dari
hobi mereka yang dapat dijadikan sumber penghasilan. Anton, si jago biologi mengusulkan
berjualan bunga. Danang, peminum kopi kelas wahid, mengusulkan membuat warung kopi.
Sementara Syaiful adalah anak penjual kue dan gorengan yang berjualan di Pasar Blauran,
mengusulkan berjualan kue dan gorengan dan Bagio, anggota sepeda onthel Surabaya,
mengusulkan berjualan spare part sepeda onthel.
Semula Johan pesimis dengan usul teman-temannya. Bisnis yang mereka tawarkan adalah bisnis
umum. Sudah banyak orang yang melakukannya. Namun dia berpikir keras, agar dia dapat
menjadikan usul teman-temannya menjadi bisnis yang menguntungkan. Akhirnya dia dapat
menemukan konsep yang bagus. Johan menjadikan usul-usul mereka menjadi satu bisnis. Johan
mengusulkan untuk mendirikan tempat nongkrong dengan kebun kecil. Kebun tadi akan diisi
dengan bunga-bunga dan tanaman lainnya yang dapat dibeli pengunjung. Sebagai hiasan di
dalam ruangan. Ia mendirikan etalase barang-barang yang berhubungan dengan sepeda onthel
sampai sepeda onthelnya sendiri, ini pun dapat dibeli oleh pengunjung. Tempat nongkrong itu
nantinya akan diisi dengan kopi dan kue-kue hasil buatan ibu Syaiful. Konsep mereka adalah
menyediakan tempat nongkrong dengan harga terjangkau dengan tidak adanya batasan waktu.
Masalah kedua timbul. Mereka tidak mempunyai tempat dan modal. Johan memutar otak lagi
sampai sedemikian lama tapi tidak menemukan jawabannya. Ia hampir frustasi, sampai suatu
ketika, ia mendapat jatah warisan sebagai wakil dari kakek mereka dari hasil penjualan rumah.
Dengan terjualnya rumah tersebut, maka Johan, adiknya dan nenek harus hengkang dari rumah
tersebut. Karena uang warisan tersebut tidak mencukupi untuk membeli rumah, maka Johan
membeli tanah kaplingan. Sisa uang dari membeli tanah kaplingan dan mendirikan tembok
mengelilingi tanah tersebut, ia pergunakan untuk menyewa tempat untuk tempat bisnisnya.
Masalah ketiga timbul, niat teman-temannya, mengendur. Anton patah hati, Ibu Syaiful terkena
demam berdarah, sehingga Syaiful harus merawat ibunya sendiri. Sedangkan nilai rapor Danang
dalam keadaan buruk. Hanya Johan dan Bagio, berusaha memecahkan masalah mereka
disamping masalah mereka sendiri. Sonya mendapat tamu bulanan pertama. Tidak tahu harus
bagaimana, Johan menghubungi temannya, Deena. Johan bertanya pada Deena dalam susunan
bahasa yang salah. Ia memulainya dengan pertanyaan: “Boleh meminta pembalutmu?” Tentu
saja Deena menamparnya. Setelah Johan menjelaskan bahwa ia membutuhkannya untuk adiknya
karena dia masih belum uang untuk membeli, Deena akhirnya mengerti. Bahkan bersedia ke
rumah Johan untuk membantu menjelaskan segala sesuatunya kepada adiknya.
Deena terkejut dengan keadaan rumah Johan. Ternyata hanya sebuah tenda di tanah dengan
tembok yang mengelilinginya. Sejak saat itu Deena merasa simpati dengan Johan. Terlebih ketika
Johan bercerita tentang usahanya mendirikan tempat nongkrong tetapi terancam gagal. Deena
menawarkan bantuan dan dengan senang hati Johan menerimanya.
Keadaan Nenek Johan makin memburuk. Disamping matanya yang buta, sekarang nenek telah
lumpuh. Praktis sehari-hari, Sonya dan Johan bergantian merawat nenek mereka. Untuk
menghibur nenek. Johan membelikan kursi roda. Ketika ia sudah mendapatkannya. Tiap sore,
Sonya ataupun kakaknya mengajak neneknya berjalan-jalan.
Usaha Johan yang mati-matian mendirikan usaha bisnisnya bersama Deena, menarik simpati
teman-temannya yang lain. Akhirnya Danang, Anton, Syaiful, dan Bagio kembali bersama untuk
merealisasikan mimpi mereka.
Di malam soft opening tempat nongkrong mereka. Johan memberanikan diri untuk mengajak
Deena berpacaran. Deena yang pada dasarnya memang bersimpati dengan Johan langsung
menerimanya. Kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Nenek Johan meninggal tiga hari
sesudah acara tersebut. Johan merasa linglung. Dia merasa tidak berhasil membahagiakan
neneknya. Niat semula untuk memberikan pengobatan terbaik di rumah sakit tidak terlaksana.
Beruntunglah Johan, baik Deena kekasihnya, serta teman-temannya mencoba menyadarkan
Johan, bahwa mereka tidak gagal. Mereka mengingatkan bahwa Johan telah membelikan kursi
roda untuk nenek, menginspirasi mereka untuk mandiri, dan terutama membuat masa depan
adikanya cerah, karena ia sudah mempunyai cukup uang untuk membiayai pendidikan Sonya
sampai selesai.
4. Danang
– Senang memakai minyak rambut
– Badan tinggi besar
– Sifat lamban dalam pelajaran sekolah
– Suka santai
– Kulit coklat
– Bentuk wajah lonjong
– Kulit coklat matang
– Senang memelihara kumis tipis
– Jawa tulen, suka primbon, suka keris
– Adik kelas Johan Elanta
– Suka minum kopi
– Tanggal lahir: 20 Agustus 1995
5. Bagio
– Sifat lugu
– Bentuk wajah bulat telur
– Suka memakai sepeda onthel
– Perut gembul
– Tinggi 168 Cm
– Tanggal lahir: 15 Desember 1994
6. Syaiful
– Badan kurus, berkaca mata
– Religius
– Kulit sawo matang
– Pendiam
– Cerdas
– Tanggal lahir 3 Februari 1993
7. Anton
– Senang memakai jam tangan mahal
– Berambut lurus
– Berbadan sedang
– Tinggi 164
– Senang berbahasa mandarin
– Tanggal lahir 4 Februari 1993
Isi Bab:
BAB 1: Masa Terindah
2. Merawat nenek
4. Johan bercerita masalah warisan kepada sahabat karibnya dan meminta pemecahan
BAB 3: Permulaan
2. Rapat keluarga
BAB 5: Badai
2. Syaiful dan Deena mempelajari cara membuat kue dari ibu Syaiful
3. Membagi brosur
4. Pembukaan pertama
3. Nenek meninggal
4. Menghibur Johan.