Tema : Merdeka Berprestasi Talenta Seni Menginspirasi
Aku Bukan Papa
“Ma, Safira mau jadi penulis?” ujar anak berusia 16 tahun itu dengan nada riang. Ia akhir kahir ini sedang mengisi waktunya dengan membaca novel maupun cerita daring. Safira juga akhir akhir ini mecoba menulis ceritanya sendiri dan meminta guru bahasa di sekolahnya untuk melihat dan tak lupa meminta tanggapan dan saran untuk hasil karyanya.Safira mendapat reespond bagus dari Gurunya dan dibimbing agar dapat mengasah bakat yang Safira miliki. Itulah mengapa Ia hendak mendiskusikannya pada mamanya “penulis?” Ulang Alfira mama dari Safira dengan tenang namun memberikan aura mencekam dan sorot mata menghakimi. Ia melakukan hal tersebut karena ingin memastikan bahwa Ia tak salah dengar apa yang diucapkan oleh anak semata wayangnya tersebut mengenai keinginannya. “Iya ma” Ucap Safira mantap sambil menganggukkan kepalanya. “Mama harap kamu memikirkan kembali apa yang kamu ucapkan, mama mau pergi ke kantor ingin bertemu klien mama” ucapnya meninggalkan Safira. Safira menatap mamanya yang sudah pergi. Ia memikirkan perkataan mamanya, ‘kenapa mama nyuruh Safira berpikir yah? Padahal Safira yakin tadi Safira menjawab mama dengan mantap dan tegas, apa karna mama ga setuju yah? Tapi kenapa mama ga setuju? Atau mungkin Mama hanya ingin Safira memberikan alasan yang jelas dan kuat pada mamanya agar dapat di setujui, yah pasti itu’ Safira memikirkan bagaimana cara meyakinkan mamanya agar Ia direstui menjadi seorang penulis. Sewaktu Safiira sedang memikirkan alasan yang tepat untuk diberikan kepada mamanya, Safira tiba tiba terlintas suatu ide untuk membuat mamanya setuju. Ia pun mengambil laptopnya dan mulai membuka aplikasi yang disarankan oleh guru Bahasanya untuk mencari tau mengenai menjadi penulis yang baik, Ia berharap dapat menemukan alasan yang dapat membantu Safira agar disetujui menjadi penulis. Ia pun mulai mengetikkan pertanyaan di laman tersebut. ‘saya mengatakan pada mama saya kalau saya ingin menjadi penulis, namun beliau menyuruh saya untuk memikirkannya kembali, apa yang harus saya lakukan agar dapat disetujui oleh mama saya menjadi penulis?’. Setelah Ia mengetik kata kata tersebut Ia pun keluar dari aplikasi tersebut karena tidak mungkin semua orang langsung membuka Sang Surya sudah memancarkan sinarnya dan sang penghuni kamar sudah bersiap untuk sarapan dan pergi ke sekolah. Safira turun menuju meja makan dan melihat Ibunya sudah ada disana sedang menikmati sarapan. Safira duduk dan mulai mulai menikmati sarapan juga, tidak ada suara lain di meja makan selain dentingan sendok dan garpu. Mama melarang adanya percakapan di meja makan, apabila ingin berbicara dilakukan setelah kegiatan menikmati makanan telah usai. Kedua orang tersebut telah usai menikmati sarapannya dan Mama Safira mulai membuka percakapan di atas meja makan tersebut. “Kamu sudah mempertimbangkan apa yang Mama suruh kamu pertimbangkan sebelumnya?” tanya mama pada safira dengan nada halus “Sudah Ma, dan Safira yakin ingin menjadi penulis!” jawab Safira dengan nada sungguh sambil menatap mata amamnya. “Kamu belumm memikirkannya, Mama akan tunggu jawaban kamu yang benar pada saat Mama pulang nanti, Mama ada rapat dengan banyak klien, jadi kamu memiliki bnayak waktu untuk mempertimbangkan pilihan kamu” “ Tapi Ma... Safira udah yakin sma pilihannya Safira” Jawab Safira namun tak di gubris oleh mamanya yang malah meninggalkan pergi sambil mengangkat telepon yang Ia tebak dari ‘klien penting’ mamanya tersebut.(Berangkat sekolah terus ada kejadian disekolah)