Ini adalah cerita dari seorang santri yang mengalami
pembulian sangat keras, setiap harinya dia selalu menahan rasa tangisnya karena dibuli dengan orang tidak suka dengan dirinya, yang di buli bernama Yudha. Disinilah kisah sang santri yang di buli akan dimulai. Pada suatu hari ada seorang santri yang bernama Davino, Davino sangat semangat dan paling aktif dalam melakukan kegiatan sehingga Davino ingin mengenal santri-santri yang baru hingga santri-santri yang sudah lama di pondok, salah satu dari santri yang sudah kenalan dengan Davino adalah Yudha. Yudha bertempat tinggal di Surabaya, sepertinya banyak sekali cerita sedih dalam seorang santri yang malang ini. Pada saat Davino saling cerita dan curhat dengan Yudha, Davino melihat raut wajah kesedihan dari wajah Yudha.
“Kenapa wajahmu terlihat sangat sedih?’’ tanya Davino
dengan rasa ingin tahu. “Sebanarnya …..ehmm …..sebenarnya aku mondok itu dengan terpaksa bukan atas kemauanku sendiri!’’ jawab Yudha sambil menunjukkan wajah yang murung. Davino pun juga sedikit kaget dengan apa yang di katakan oleh Yudha, dan Davino bertanya. “Kenapa kok bisa terpaksa!? Padahal mondok itu kan sangat-sangat menyenangkan, bisa mendaapatkan teman yang lebih banyak dari pada di rumah, mendapat kebersamaan yang bukan bersifat sementara, kemana-mana selalu ada temannya,tambah lagi kita mondok dapat menghilangkan susah, rezekinya bisa bertambah,mendapatkan ilmu yang semoga bermanfaat untuk semua orang dan kita mendapatkan teman yang mulia, seperti yang ada di dalam kitab ALALA bait yang hampir akhir, kalau tidak percaya lihat saja sendiri!” Yudha pun merasa hatinya tersentuh dengan apa yang dikatakan oleh Davino, setelah itu Yudha pun bekata apa yang di alaminya di rumah. “Aku terpaksa mondok karena aku sering di buli dengan teman-teman yang ada di rumahku, aku di aniaya, wajahku dipukul habis-habisan sampai memar dan ada juga yang berdarah. ”Davino turut prihatin denga kejadian yang dialami Yudha. “Memangnya kenapa kamu kok bisa di buli oleh teman- temanmu?” sahut Davino dengan lembut. “Aku itu dulunya adalah orang yang terkenal paling nakal diantara teman-temanku yang nakal dan ada tiga anak yang tidak suka dengan tingkah kelakuanku. Waktu itu aku diajak salah satu dari teman yang membenciku untuk pergi ke warung, di warung aku diajak ngopi dengan dirinya, setelah kopi habis aku dan temanku menuju ke markas untuk berkumpul dengang semua temanku, aku dengan teman-temanku berbincang bincang hingga menjelang malam,malam hari telah tiba dan tiga anak yang membenciku memulai berkata yang tidak-tidak tentang diriku, mencaci makiku, mengolok-olok aku dengan nama-nama hewan sampai mejelek-jelekkan nama orang tuaku,membuka aib keluargaku dan ada juga yang memukuli wajahku, karena itu semua setelah lulus kelas enam aku menghindar dari teman- temanku, aku meminta solusi kepada kedua orang tuaku dan akhirnya aku di pondokkan di sini …!!! Itu yang aku maksud dengan terpaksa “ kata Yudha menangis perlahan-lahan menerangkannya. Davino dan Yudha bercerita sampai larut malam, pengurus menghampiri Davino dengan Yudha dan pengurus menyuruh mereka berdua untuk segera tidur. Hari demi hari sudah terlewati, saat rutinan sholawatan tepatnya pada hari sabtu malam minggu suasananya begitu menenagkan semua santri yang mengikuti rutinan di aula meskipun keadaan tempatnya dipadati oleh semua santri putra. Pada saat acara rutinan malam minggu selesai waktu para santri bubar Davino bertemu lagi dengan Yudha dikalangan santri-santri yang sangat banyak Davino melihat Yudha lagi besikap nakal yang sangat berlebihan dengan teman satu kamarnya yang bernama Fatkhul, Davino pun menghampiri Yudha dengan Fatkhul karena Davino merasa kasihan dengan Fatkhul. “Eh…..kamu jahil banget sihh, kasihan tuh Fatkhul, kamu apa nggak punya perasaan sih!?” cakap Davino saat memarahi Yudha. “Apa lho …..ikut campur aja jangan ikut campur urusanku dengan Fatkhul, minggir sana …..ganggu aja!!” Ucap Yudha sambil mengusir Davino “Astagfirullah haladzim …..ingat ya …orang bisa mengerti indahnya hidup, itu jika mengerti artinya hidup yang sebenarnya,ingat azab Yudha …. masak kamu nggak inget waktu kamu di buli dengan teman teman yang ada dirumah??” Ucap Davino yang berusaha menyadarkan pikirannya Yudha. Yudha pun akhirnya meminta maaf karena merasa bersalah dengan Fatkhul. Selang beberapa bulan kemudian, ada santri baru pindahan dari Kalimantan Utara, dia bernama Wahyu. Beberapa hari setelah Wahyu tinggal di pondok, Wahyu terkenal anak yang sangat nakal. Tujuan utama Wahyu mondok adalah ingin menghafal Al-Qur’an, Wahyu juga sudah kapok dan dia ingin bertaubat akan tetapi Wahyu tidak bisa menghilangkan kebiasaan lamanya yaitu merokok. Sebatang rokok membuat Wahyu kecanduan sehingga Wahyu berani melakukan pelanggaran peraturan di pondok yaitu merokok. Hari demi hari sudah terlewati ada kejadian yang mebuat pengurus pondok marah besar yaitu karena ulahnya Wahyu bersama dengan teman-temannya merokok di pojokan kamarnya. Waktu itu Wahyu mengeluarkan satu bungkus rokok Surya dari saku baju hem yang dipakai oleh Wahyu dan Wahyu menawarkan rokok kepada teman-temannya yang ada di kamar, selang beberapa menit Wahyu dan teman-temannya sedang membakar rokok yang berada pada bibir mulutnya, rokok yang sedang di hisap sudah hampir habis, menjelang maghrib akhirnya ada pengurus yang masuk ke dalam kamar waktu Wahyu menghembusakan nafas bersamaan dengan asap rokok dari mulutnya. Pengurus pondok marah besar karena mengetahui ulah Wahyu di dalam kamar” Ya Allah Wahyu,kamu itu santri baru, tapi berani-beraninya kamu melanggar peraturan pondok!! Kamu itu seharusnya mikir tujuan kamu di pondok itu mau apa?? Oke lah…..Wahyu dan teman- temanmu nanti jam 10 malam ke kantor.” Seru pengurus dengan wajah marah tapi dengan suara yang tidak terlalu keras. “Iya Pak.” jawab Wahyu dengan wajah yang ketakutan. Setelah kegiatan-kegiatan di pondok sudah selesai tiba waktu yaitujam 10 malam, Wahyu mengajak teman-temannya untuk pergi kekantor sesuai apa yang dikatakan pengurus tadi sore. Pada saat itu Wahyu dan teman-temannya masuk ke dalam kantor dan mengucapkan salam ”Assalamu’alaikum” seru Wahyu sambil memegang pintu ”Wa’alaikumsalam” balas pengurus dengan nada yang sedang.
“Wahyu, Bagus, Rohman, Sandi, Farhan, Arjun, dan
Candra, sekarang kalian semua duduk disini” ucap pengurus dengan menunjukkan tempat duduknya. “Iya pak” jawab Rohman dengan suara yang sedikit lantang. Lalu setelah mereka semua sudah duduk di tempat yang sudah di sediakan, Bapak pengurus mulai membuka obrolan. “Kalian semuanya tahu gak, apa yang kalian lakukan tadi sore?” ucap pengurus dengan nada yang sangat pelan, lalu semua yang di sidang menjawab ”Tau…pak…!” dan pengurus bertanya ”Perbuatan yang kalian semua lakuin itu termasuk melanggar peraturan pondok apa tidak?” “Jelas melanggar Pak” jawab semuanya. Setelah beberapa menit di sidang, banyak santri- santri yang mendengar dari luar kantor, akhirnya sidangan pun selesai dan semua yang kena sidang di takzir(dihukum). Mereka semua di takzir mengelilingi kolam sambil jongkok sebanyak 11 kali putaran, takziran itu berjalan selama seminggu. Setelah di takzir Wahyu merasa capek dan ingin membeli minuman, ditempat hukumannya itu Wahyu melihat Davino dengan Fatkhul sedang lewat. Wahyu memanggil Davino “Dav…” lalu Davino menoleh ke arah Wahyu dan bicara ”Iya Wahyu, ada apa??” “Aku minta tolong, belikan minuman untukku aku haus ini uangnya untuk beli minuman” ucap Wahyu sambil mengulurkan tangan mengasihkan uang.
“Terserah, yang penting minumanya yang dingin ya …..”
sahut Wahyu. Setelah takziran(hukuman) selesai. Wahyu menunggu Davino, tidak lama kemudian Davino sambil membawa minuman botol yang dingin dan akan dikasihkan oleh Wahyu. Wahyu tidak mau berterima kasih karena Wahyu tidak suka dengan Davino dan kawan-kawan Davino. Pada hari berikutnya ada Davino dan Fatkhul yang lagi bersih-bersih di halaman pondok, lalu sekelompok teman-teman Wahyu mendatangi mereka berdua dan berkata: “Kalian hanya berdua?? Yudha ada di mana?” “Nggak tau,mungkin dia masih tidur di kamar” jawab Fatkhul seorang diri.
“Ya udah… Aku bangunin Yudha ya…” seru Wahyu
dengan cengar cengir tertawa sendiri. Davino memiliki firasat tidak enak ”Pasti ada apa-apa!” didalam hati Davino. Setelah Wahyu dan teman-temannya telah sampai didalam kamarnya Yudha, Wahyu dan teman-temannya membangunkan Yudha dengan cara yang tidak sopan. Wahyu membangunkan Yudha dengan kakinya. Setelah itu Yudha belum juga bangun, akhirnya Wahyu meneriaki Yudha ”Woy bangun woy… Kamu tiduran aja, kapan bersih-bersih halaman pondok? Ini udah siang kok masih tiduran aja.” Akhirnya Yudha terbangun dari tidurnya dan Yudha mendengarkan Wahyu mengejek –ejeknya tetapi Yudha masih begitu sabar. “Mungkin ini cobaan Allah menguji umatnya sesuai dengan kemampuannya, berarti aku masih sanggup menghadapi pembulyan ini.” Dalam hati Yudha, sambil Yudha beristighfar. Akhirnya Davino menyusul Wahyu kekamar dan Davino berusaha untuk memberhentikan Wahyu membuly Yudha. Davino menyuruh Wahyu untuk beristighfar dan Davino mengatakan “Apakah kamu tidak bosan membuly Yudha terus-menerus. Ingatlah Wahyu, disetiap perbuatan jahat yang dibuat, pasti ada karma yang didapat.” Wahyu tersentuh hatinya karena mendengar perkataan Davino. Kemudian Wahyu meminta maaf kepada semua temannya yang pernah disakiti hatinya maupun fisiknya terutama Yudha.
Akhirnya Wahyu bertaubat seperti tujuan pertamanya di
pondok. Setelah Wahyu tersadar akan perbuatan yang dilakukannya itu, semua teman-temannya kini bahagia tanpa ada pembulyan. Walaupun kadang ada yang saling ejek, tetapi tidak separah yang pernah dilakukan Wahyu waktu itu.
Kesimpulan: Kita tidak boleh membuly teman karena hal spele.
Perbanyaklah istighfar agar dijauhkan dari kemaksiatan dalam hal apapun.