MAKALAH
oleh :
SEMARANG
2019
BAB I
A. Latar Belakang
Segala puji syukur hanya milik Allah sang Khalik, yang maha pengasih dan
maha penyayang, dan shalawat salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
yang senantiasa kita harapkan selalu syafaat beliau kelak di yaumil qiyamah.
Mengambil upah dalam mengajarkan Al-Qur’an atau hadis Nabi SAW, atau
ilmu agama lainnya, maka berhak menerima dari jerih payahnya. Sebagaimana dalam
hal ini Rasulullah SAW bersabda yang artiya:
“Dari Ibnu Abbas r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda pekerjaan yang lebih
berhak menerima upahnya ialah mengajarkan kitab Allah Ta’ala” H.R Bukhari dan
Muslim.
Dari hadis diatas bisa disimpulkan bahwa orang yang mengajar Al-Qur’an,
dapat menerimaupah dari apa yang diajarkan.
Dalam pembahasan ini kami akan menyampaikan pendapat para Ulama Imam
Mazhab tentang pekerjaan-pekerjaan Ibadah (ketaatan), seperti membaca Al-Qur’an,
mengajarkan Al-Qur’an dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian imbalan mengajar?
2. Bagaimana konsep upah dalam Islam?
3. Bagaimana penjelasan imbalan mengajar menurut Q.S Al-An’am / 6:160?
4. Bagaimana penjelasan hadis-hadis tentang imbalan mengajar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian imbalan mengajar.
2. Untuk mengetahui konsep upah dalam Islam.
3. Untuk mengetahui penjelasan imbalan mengajar menurut Q.S Al-An’am / 6 : 160.
4. Untuk mengetahui hadis-hadis tentang imbalan mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Penjelasan
1 Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010) hlm. 282
1. Yang berbuat kebaikan akan mendapatkan sepuluh kali pahala
ض لَه ْم
َ فَ َع َر، ص َحاب النَّبي صلى هللا عليه وسلم َم ُّروا ب َماءٍ فيه ْم لَدي ٌغ ْ َ َّاس رضي هللا عنهما أ َ َّن نَفَرا ً م ْن أ ٍ ف َعن ابْن َعب
طلَقَ َرج ٌل م ْنه ْم فَقَ َرأ َ بفَات َحة ْالكت َاب َع َلى
َ إن في ْال َماء َرجَلً لَديغًا ؟ فَا ْن
َّ ق ٍ ه َْل فيك ْم م ْن َرا: َرج ٌل م ْن أ َ ْهل ْال َماء فَقَا َل
ْ َ شاء إلَى أ
َوقَالوا، َ فَكَرهوا ذَلك، ص َحابه َّ فَ َجا َء بال، َ فَبَ َرأ،] مجموعة من الغنم: شَاءٍ [أي: ًَّللا أَجْ را
َّ أ َ َخذْتَ َعلَى كتَاب
َّ فَقَا َل َرسول، ً َ أ َخ َذ َع َ ل ى ك َت ا ب ََّّللا أَجْ را، َ ي ا َر س و َل ََّّللا: ؟ َح َّت ى َق د م و ا ا ْ ل َم د ي َ ن َة َف َق ا ل و ا
َّللا صلى هللا
َّ َما أ َ َخذْت ْم َعلَيْه أَجْ ًرا كتَاب
َّللا) رواه البخاري
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwa sekelompok dari para shahabat
Nabi sallallahu alaihi wa sallam melewati perkampungan yang terkena sengatan. Maka
salah seorang penduduk perkampungan menawarkan seraya mengatakan, “Apa ada
diantara kamu semua orang yang meruqyah. Sesungguhnya ada seseorang terkena
sengatan di perkampungan? Maka ada salah seorang diantara mereka pergi dan
dibacakan Fatihatul Kitab (dengan imbalan) sejumlah kambing dan sembuh. Maka
2 Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi Jilid 8, (Semarang : CV Toha Putra, 1993) hlm. 149-152
beliau sambil membawa kambing kembali ke teman-temannya. Sementara mereka
tidak menyukainya. Seraya mengatakan, “Apakah kamu mengambil upah dari
kitabullah? Sampai mereka di Madinah. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah,
mengambil upah dari Kitabullah. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang paling berhak anda mengambil upah itu dari kitabullah.” HR.
Bukhori, (5405).
Hadist diatas memberikan motivasi bolehnya menerima upah bagi guru ataupun
pendidikserta pengobatan dengan membacakan ayat Al-Qur’an. Latar belakang hadist
diatas adalah ketika salah seorang sahabat yang telah menerima upah setelah ia atas izin
Allah menyembuhkan seseorang yang terkena sengatan hewan berbisa. Para sahabat
lainnya memandang hal itu seperti menjual ayat Allah dan mengadukannya kepada
Rasulullah ﷺ. Lalu Rasulullah menjawab,”Sesungguhnya sesuatu yang paling berhak
kamu ambil upah adalah kitab Allah.”
Al-,Asqlalany dalam Fath al-Bariy (4):453 menjelaskan adanya prbedaan para ulama
dalam system penggajian, honor, atau upah dalam pendidikan dan pengajaran:
Larangan Upah
Tentang Larangan Menerima Upah Mengajarkan Agama )
َ قَا َل أ َب ْي بْن َك َعبْ ׃ َعل ْمت َرجَلً ْالق ْرﺁ َن فَأ ْهد
َي ل ْى قَ ْو ًسا فَذَك َْرت ذَلكَ للنَّبي صلى اهللا عليه وسلم فَقَا َل ׃ إ ْن أ َ َخذْتَ َها أ َ َحذْت
) َق ْو ًسا م َن النَّار فَ َردَدْت َها ( راوه إبن ماجه و أبو دوود
Artinya Matan Hadits : “ Telah berkata Ubay bin Ka’ab : Saya telah mengajar seorang
laki-laki akan Qur’an, lalu dihadiahkan kepada saya satu panah, lantas saya khabarkan
yang demikian kepada Rasulullah saw. Maka sabdanya : “Jika engkau ambil dia, berarti
engkau ambil satu panah dari api”. Lalu saya kembalikan dia. (HR.Ibnu Majah, Abu
Daud).
Kitab ‘Awn al-Ma’bud Syarah Sunan Abi Daud disebutkan bahwa al-Khathabiy
berkata: bahwa para ulama bereda pendapat mengenai hadis:
3. Sebagian mengambil makna hadis secara tekstual dengan melarangnya seperti
pendapat Abu Hanifah.
4. Sebagian berpendapat boleh asalkan tidak dipersyaratkan atau memang dari
kehendak santri.
5. Sebagian membolehkan sebagaimana pendapat Malik, Atha’, al-Syafi’i, dan Abu
Tsawr. Alasan mereka adalah berdasarkan hadist Sahal bin SA’ad bahwa Nabi
bersabda kepada orang yang hendak menikah tapi tidak ada kemampuan harta
untuk mahar,
“Aku nikahkan engkau akan dia dengan maskawin apa yang engkau hafal dari Al-
Qur’an.”
Hadist tentang kebolehan menerima upah memang terjadi kontradiktif. Ada
yang membolehkan dan ada pula yang melarang. Menurut pendapat yang mashyur jika
terjadi kontradiksi antara dua hadist maka yang didahulukan adalah yang larangan,
namun konteks dalam hal ini berbeda. Hadist kebolehan menerima upah dalam konteks
ruqiyah dan hadist larangan dalam konteks mengajar Al-Qur’an. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa menerima upah dalam pengajaran Al-Qur’an atau agama
boleh saja dengan melihat situasi dan kondisi murid yang diajar.