Anda di halaman 1dari 16

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pahala dan dosa


Di dalam hidup ini ada dua ganjaran yang  kita pahami yaitu
berupa ganjaran atas perbuatan yang sesuai dengan syariat ataupun
sebaliknya. Di sini akan dipaparkan pengertian dari pahala dan dosa.
B. Konsep pahala dan dosa
a. Setiap perbuatan  manusia yang berbuat kebaikan akan mendapat
ganjaran baik di dunia seperti penghargaan atau hadiah dan di beri
ganjaran ( pahala)
b. Setiap orang yang melakukan perbuatan buruk diberi balasan buruk
seperti cemohan atau hukuman dan diberi(dosa)  oleh Allah.
c. Pahala diberi atas setiap kebaikan yg kita lakukan contoh: satu
kebaikan diganjari 10-700 pahala malah mungkin lebih dari itu.
d. Pahala & dosa inilah yang akan menentukan keadaan, kedudukan &
tempat  manusia di akhirat. Firman Allah Swt Surah Al-Zalzalah ayat:
7

      

Artinya : Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun


niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.

1. Pengertian pahala
Pahala merupakan ganjaran atau balasan untuk perbuatan yang
baik. Hadist Nabi Saw menjelaskan dari Ibnu Abbas yang artinya :”
Allah mencatat kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya.
Barang siapa berhimah kebaiakan kemudian tidak mengerjakannya,
maka Allah mencatat baginya kebaikan yang sempurna. Apabila ia
berniat kebaikan dan mengerjakannya Allah membalas 10 kebaikan
sampai 700 kali lipat lebih banyak. Dan apabila berniat keburukan dan
tidak mengerjakannya Allah mencatatnya kebaikan yang sempurna dan
apabila berniat buruk dan mengerjakannya Allah mencatat dengan sutu
keburukan. Dan tidak akan rusak di sisi Allah kecuali orang  merusak.”
Di kalangan fukaha(ahli hukum islam) pahala erat kaitannya
dengan perbuatan yang wajiib dan sunnah serta perbuatan yang
makruh dan haram. Pahala diberikan kepada seseorang yang
mengerjakan perbuatan yang wajib dan sunah atau yang meninggalkan
yang haram dann makruh itu karena tunduk dan patuh kepada Allah
SWT.
Dikalangan ulama usul fiqih pahala  berhubungan erat dengan
perintah(al-amr) dan larangan (annahy) syari (Pencipta hukum allah
Swt). Perintah meliputi perbuatan yang  wajib serta sunah dan larangan
meliputi perbuatan yang haram serta makruh. Jadi apabila terdapat
perintah didalam Al-Quran atau sunah (hadis) uuntuk mengerjakan
sesuatu maka yang mengerjakan akan mendapat pahala. Begitu pula
apabila meninggalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt dan
karyena Allah swt.
Dari segi ilmu kalam (teologi), pahala berkaitan erat dengan
masalah baik dan buruk. Pada dasarnya perbuatan yang baik yang  jika
dikerjakan maka akan mendapatkan pahala dan perbuatan yang buruk
apabila dikerjakan akan mendapat siksa.
Golongan muktazilah mengatakan,” akal mampu mengetahui
kebaikan dan keburukan.“ Karena itu seandainya tidak turun wahyu
maka orang yang berbuat baik akan memdapat pahala, meskipun tidak
diketahui gambaran pahala yang akan diperoleh. Namun golongan
muktazilah memandang perlu turunnya wahyu selain penegasan
terhadap kemampuan akal manusia wahyu digunakan untuk
mengetahui rincian kebaikan dan pahala tersebut diatas. Golongan ini
beranggapan bahwa akal mampu mengetahui baik dan buruuk akan
tetapi untuk menentukan ketentuan hukum mutlak diperlukan wahyu.
Adapun golongan Asy’ariyah yang menganggap akal tidak
dapat  mengetahui baik dan buruk mereka berendapat bahwa ukuran
baik dan buruk bagi suatu perbuatan adalah wahyu. Karena  itu pahala
akan diberikan oleh Allah SWT menurut ketentuan dalam wahyu
tersebut.
Para filsuf memahami pahala sebagai kesenangan yang bersifat
rohani. Mereka berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal dan
tidak hancur  karena substansinya bersal dari substansi tuhan. Roh
adalah cahaya yang dipancarkan tuhan. Selama dalam badan roh, roh
tidak memperoleh kesenangan sebenarnya dalam bentuk pengetahuan
yang sempurna. Hanya apabila roh tekah terpkisah dari  badan, maka
roh baru bisa memperoleh kesenangan itu.
2. Pengertian Dosa
Dosa merupakan perbuatan yang melanggar hukum, baik hukum
agama hukum adat atau hukum negara. Secara istilah agama dapat di
artikan sebagai pelanggaran terhadapa hukum agama. Dalam
fiiqih  dosa sangat erar kaitannya dengan siksa(pennderitaan sebagai
hukuman). Perkataan dosa berasal dari bahasa sangsekerta dalam
bahasa arab disebut juga az-zan bu al-ismu atau al jurmu.
Menurut  istilah ulama fukaha dosa adalah akibat tidak
melaksanakannya perintah Allah Swt yang hukumnya wajib dan
mengerjakan larangannya yang hukumannya haram. Jadi  secara
umum dosa dapat diartikan sebagai perbuatan yang mengacu kepada
perbuatan yang  jahat atau buruk yang dilakukan dengan sadar dan
tanpa paksaan, juga mengacu kepada  akibat jahat atau buruk yang
dihasilkan oleh perbuatan tersebut.
Menurur para fukaha tidak mengerjakan perbuatan yang wajib
atau mengerjakan perbuatan yang haram, berarti melakukan perbuatan
dosa atau melakukan perbuatan yang menghsilkan dosa. Dosa sebagai
akibat buruk atau jahat, menurut ajaran islam pasti dirasakan oleh
pelakunya,bila didunia ini pelakunya belum mendapatkan balasannya,
niscaya kelak diakhirat pastia ia akan merasakan sesuatu yang
membuatnya menderita atau merasa pahit dan tidak bahagia.
Berdasarkan keterangan dalam Al-Quaran siapa yang dosanya lebih
berat dari pahala perbuatan baiknya maka niscaya akan menderita
didalam neraka, sedang bila pahala yang lebih  berat dari dosa yang ia
lakukan maka ganjarannya adalah surga.

B.     Contoh Pahala dan Dosa

Sering kali  kita melakukan tindakan-tindakan yang terkadang bisa


menghasilkan suatu kebaikan bagi diri sendiri juga orang lain, dan tidak
terlepas kemungkinan kita juga melakukan perbuatan yang merugikan. Di
dalam makalah ini akan menjelaskan perbuatan seperti apa yang mampu
menghasilkan ganjaran yang baik juga perbuatan apa saja bisa
menjerumuskan kita kedalam lembah azab yang menyakitkan. Perbuatan
ini akan tertuang dari contoh perbuatan pahala dan dosa.

a.      Contoh- contoh perbuatan Pahala

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menyeru
kepada petunjuk (kebenaran dan kebaikan), maka baginya pahala seperti
pahala yang di dapat oleh orang yang mengikutinya tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun. Dan, barang siapa yang menyeru kepada
kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka." (HR Muslim)

Jadi, dari hadis di atas terkandung pengertian sebagai berikut.

1. Orang yang menjadi penyebab dilakukannya suatu perbuatan, dan


orang yang melakukan perbuatan tsb mempunyai nilai yang sama, baik
dalam pahala maupun dosa.
2. Seorang muslim harus memperhatikan akhir dari segala sesuatu dan
nilai-nilai amalnya. Sehingga, dia akan berusaha berbuat baik agar
menjadi suri teladan yang baik.

3. Orang muslim hendaklah menghindari seruan-seruan yang tidak baik


dan menjauhi bergaul dengan orang (lingkungan) yang tidak baik, sebab
ia ikut bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan.

4. Orang yang menjadi penyebab dikerjakannya suatu perbuatan baik


akan memperoleh pahala yang berlipat ganda, sebagaimana penyebab
dikerjakannya perbuatan jahat juga akan mendapat siksaan yang berlipat
ganda.

Dari Anas r.a. berkata bahawa ada tujuh macam pahala yang dapat
diterima seseorang itu selepas matinya.

1)      Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap mendapat pahalanya


selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di dalamnya.

2)      Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum
daripadanya.

3)      Sesiapa yang menulis mushaf dan ia akan mendapat pahala selagi


ada orang yang membacanya.

4)      Orang yang menggali perigi selagi ada orang yang


menggunakannya. Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada
yang memakannya baik dari manusia atau burung.

5)       Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan


oleh orang yang mempelajarinya.

6)      Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu
mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya.

7)      anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur'an maka orang yang


mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan 89
ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : "Apabila


telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga
macam : Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah) Ilmu yang
berguna dan diamalkan. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.
Amal perbuatan yg bisa menebus dosa-dosa dan menambah pahala yg
bersumber dari hadits-hadits Rasul yaitu:

a)      Taubat “Barangsiapa bertaubat sebelum terbitnya matahari dari arah


barat niscaya Allah akan menerima taubatnya.” “Sesungguhnya Allah
Azza wa Jalla menerima taubat seorang hamba selama belum meregang
ajalnya.”

b)      Dzikir kepada Allah “Maukah kalian aku beritahu tentang suatu


perbuatan yg terbaik bagimu tersuci bagi Tuhanmu tertinggi dalam
derajatmu lbh baik daripada menafkahkan emas dan perak serta lbh mulia
daripada peperangan dgn musuhmu?” Mereka menjawab “Tentu kami
mau.” Beliau meneruskan “Yaitu dzikrullah.”

c)      Berbuat kebajikan dan menunjukkan pada perbuatan baik “Setiap


kebajikan merupakan sedekah dan orang yg menunjukkan kepada
kebajikan mendapat pahala seperti orang yg melaksanakan kebaikan
tersebut.”

d)     Dakwah kepada jalan Allah “Barangsiapa mengajak kepada hidayah


maka baginya seperti pahala orang yg mengikuti ajakannya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun.”

e)      Amar ma’ruf nahi mungkar “Barangsiapa melihat kemungkaran


hendaknya dia mengubah-nya dgn tangannya jika tidak mampu maka dgn
lisannya dan apabila tidak mampu juga maka dgn hatinya yg demikian itu
adl selemah-lemahnya iman.” suatu perbuatan yg jika kalian lakukan
niscaya kalian saling menyayangi? Sebarkan salam di antara kalian.”

f)       Cinta krn Allah “Sesungguhnya Allah berfirman pada hari Kiamat


Manakah hambaKu yg saling mencintai krn keagunganKu hari ini Aku
menaunginya dalam naunganKu pada hari yg tiada naungan kecuali
naunganKu.” Mengunjungi orang sakit “Setiap muslim yg mengunjungi
sesama muslim lain yg sakit pada pagi hari niscaya ada tujuh puluh ribu
malaikat mendoakannya hingga sore hari jika ia mengun-junginya pada
saat petang niscaya ada tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya hingga
pagi hari dan baginya buah-buahan di Sur

a.      Contoh Dosa

Dosa ada dua macam, yaitu dosa kecil dan dosa besar. Dosa kecil adalah
pelanggaran hukum atas perbuatan yang tidak dirinci bahwa
pelanggarannya adalah dosa besar, seperti berbohong dan melihat
sesuatu yang dilarang. Sedangkan dosa besar adalah Perbuatan maksiat
yang ditentukan hukuman di dunia oleh al-Quran atau hadis, dan diberi
ancaman azab di akhirat.contohnya berzina, menyekutukan Allah,
menyakiti orang tua, bersaksi palsu dan sebagainya.

DOSA KECIL MENJADI DOSA BESAR

Kita tidak boleh memandang endah tak endah terhadap dosa-dosa kecil
yang kita lakukan kerana ia dapat juga berkembang dan berubah menjadi
dosa besar dengan adanya berbagai sebab iaitu:

1)       Kerana dosa kecil itu dikerjakan terus-menerus atau dikekalkan


sahaja mengerjakannya tanpa ada hentinya.Seperti halnya titisan air yang
berulang kali jatuh di atas batu, lama kelamaan tentulah berbekas
pula.Tetapi tidak akan berbekas jika batu itu dituangi air berapa pun
banyaknya dengan sekali tuang! Dalam soal amal baik, Rasulullah S.A.W
pernah bersabda yang bermaksud: "Sebaik-baik amal itu ialah yang
terkenal atau yang paling rutin mengerjakannya, sekalipun hanya sedikit.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

2)      Kerana adanya anggapan kecil pada dosa yang dilakukannya. Jika


seseorang menganggap dosa yang dilakukannya besar, maka disisi Allah
dianggap kecil, dan jika seseorang itu menganggap dosa yang
dilakukannya kecil, maka disisi Allah dipandang besar. Sebabnya ialah
kerana anggapan besar itu timbul dari hati yang 94 sebenarnya tidak suka
melakukannya atau ingin menjauhinya. Kalau akhirnya dosa itu dikerjakan
juga, hal ini berlaku sebab hebatnya godaan dan lain sebagainya.
Ketidaksukaan melakukan inilah yang menyebabkan dosa yang dikerjakan
sangat sedikit meninggalkan bekas dalam hatinya. Sebaliknya jika dosa
itu dianggap kecil oleh yang melakukannya, tidak lain sebabnya ialah
kerana hatinya amat condong melakukannya. Kecondongan inilah yang
menyebabkan dosa yang dikerjakanya sangat berbekas dalam hatinya.
Selain itu, sikap memandang kecil akan dosa mempunyai kesan negatif.
Orang menjadi tidak takut lagi untuk berbuat dosa dan kurang peduli
terhadap dosa.

3)       Kerana dosa kecil itu dilakukan dengan senang hati dan merasa
nikmat. Sebabnya ialah kerana dosa yang dikerjakan dengan gembira dan
nikmat, ia akan terbuku di dalam batin, bahkan juga akan menimbulkan
kehitaman yang amat sangat dalam kalbu. Tidak ada rasa penyesalan dan
selalu ingin mengulanginya kembali. Perasaan berbahgia di dalam dosa
satu hal yang sangat buruk.

4)      Kerana dosa kecil itu dilakukan dengan perasaan aman/bebas dari


balasan Allah. Sebetulnya perbuatan apa pun samada besar atau kecil
tidak mungkin terlepas dari pengawasan Allah. Allah teramat teliti
mengawasi segala sesuatu. Hanya orang yang bodoh/sesat sahaja yang
merasa dirinya aman/bebas dari pengawasan
Allah.Walaupun(nampaknya) aman dari balasan Allah, barangkali kerana
Allah memang menangguhkan balasan itu sebagai kemurkaanNya, agar
dengan demikian makin banyak lagi dosa yang dikerjakannya dan akan
dibalas di akhirat kelak. Perasaan aman dari pengawasan/balasan Allah,
meyebabkan seseorang itu berterusan berkecimpung dalam dosa dan
noda dan semakin berani melakukanya.

5)      Kerana dosa kecil itu diberitahukan atau diperlihatkan kepada orang


lain. Adakalanya dosa itu dilakukan dengan tidak diketahui orang lain,
tetapi kemudian diberitahukan kepada orang lain. Dan ada kalanya pula
waktu melakukannya memang di hadapan orang lain. Orang yang
demikian telah melakukan dua macam pelanggaran. Dosanya kerana
melakukan kesalahan dan dosa memperlihatkan kesalahan kepada orang.
Sebenarnya dosa yang dikerjakan menjadi rahsia dirinya sendiri sebab
hanya dia sendiri dan Allah yang mengetahui. Begitu juga dosa yang
sebenarnya dapat dilakukan dengan diam-diam dengan tidak diketahui
orang lain, mengapa dilakukan di muka orang lain?Jadi pelanggaranya
yang pertama, kerana ia melakukan kemaksiatan itu dan pelanggarannya
yang kedua kerana cara ia melakukan dosanya itu dapat menggerakkan
keinginan buruk orang lain untuk menirunya. Dengan begitu, satu
perbuatan kemaksiatan menyebabkan dua bentuk dosa. Itulah sebabnya
dosa kecil berkembang menjadi dosa yang besar.

6)       Kerana dosa kecil itu dilakukan oleh orang alim yang mempunyai
banyak pengikut.Orang yang alim mempunyai pengaruh besar kepada
para pengikutnya.Kerana itu  dosa yang dikerjakannya kemungkinan
besar akan diikuti pula oleh para pengikutnya. Inilah yang menyebabkan
dosa kecil tadi berubah menjadi dosa besar. Dalam sebuah hadis
disebutkan: "Siapa menciptakan sunnah yang buruk, dia menanggung
dosa atas perbuatannya itu dan juga dosa orang lain yang meniru
melakukannya tanpa dikurangi dosa orang lain itu sedikit pun" Tetapi
sebagaimana berlipat gandanya dosa yang dilakukan oleh orang alim itu,
maka berlipat ganda pulalah kebaikan yang dibuat olehnya,apabila
banyak orang yang mengikut dan melanjutkan amal baiknya itu.

Yang termasuk dosa besar yaitu :

SYIRIK

Syirik atau menyekutukan Allah adalah sesuatu yang amat diharamkan


dan secara mutlak ia merupakan dosa yang paling besar. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abi Bakrah bahwasanya
Rasulullah Swt bersabda :  “ Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa
yang paling besar ( tiga kali ) ? mereka menjawab : ya, wahai Rasulullah !
beliau bersabda : menyekutukan Allah “ (muttafaq ‘alaih, Al Bukhari hadits
nomer : 2511)
Setiap dosa kemungkinan diampuni oleh Allah , kecuali dosa syirik, ia
memerlukan taubat secara khusus, Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.”(Qs.An-Nisa’:48)

 barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah


berbuat dosa yang besar.Di antara macam syirik adalah syirik besar.
Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan
orang yang bersangkutan, jika meninggal dalam keadaan demikian, akan
kekal di dalam neraka. Di antara kenyataan syirik yang umum terjadi di
sebagian besar negara-negara Islam adalah:

MENYEMBAH KUBURAN

Yakni kepercayaan bahwa para wali yang telah meninggal dunia bisa
memenuhi hajat, serta bisa membebaskan manusia dari berbagai
kesulitan. Karena kepercayaan ini . mereka lalu meminta pertolongan dan
bantuan kepada para wali yang telah meninggal dunia, padahal Allah Swt
berfirman :

 “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah


selain Dia ( Al Isra’ :23)

Termasuk dalam kategori menyembah kuburan adalah memohon kepada


orang-orang yang telah meninggal, baik para nabi, orang-orang shaleh,
atau lainnya untuk mendapatkan syafaat atau melepaskan diri dari
berbagai kesukaran hidup. Padahal Allah SWt berfirman :

“ Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan


apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi[1104]? apakah
disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? amat sedikitlah kamu
mengingati(Nya).”(Qs.An-Naml:62)

[1104]  yang dimaksud dengan menjadikan manusia sebagai khalifah ialah


menjadikan manusia berkuasa di bumi.

            Sebagian mereka, bahkan membiasakan dan mentradisikan


menyebut nama syaikh atau wali tertentu , baik dalam keadaan berdiri,
duduk, ketika melakukan sesuatu kesalahan, dalam setiap situasi sulit,
ketika di timpa petaka, musibah atau kesukaran hidup.

            Di antaranya ada yang menyeru : “ Wahai Muhammad.” Ada lagi


yang menyebut : “ Wahai Ali”. Yang lain lagi menyebut : “ Wahai Jailani”.
Kemudian ada yang menyebut : “ Wahai Syadzali”. Dan yang lain
menyebut : “ Wahai Rifai. Yang lain lagi : “ Al Idrus sayyidah Zainab, ada
pula yang menyeru : “ Ibnu ‘Ulwan dan masih banyak lagi. Padahal Allah
telah menegaskan:

            “ Sesungguhnya orang-orang yang kamu seru selain Allah itu


adalah makhluk ( yang lemah ) yang serupa juga dengan kamu” ( Al A’raaf
: 194)

            Sebagian penyembah kuburan ada yang berthawaf (mengelilingi)


kuburan tersebut, mencium setiap sudutnya, lalu mengusapkannya ke
bagian-bagian tubuhnya. Mereka juga menciumi pintu kuburan tersebut
dan melumuri wajahnya dengan tanah dan debu kuburan. Sebagian
bahkan ada yang sujud ketika melihatnya, berdiri di depannya dengan
penuh khusyu’, merendahkan dan menghinakan diri seraya mengajukan
permintaan dan memohon hajat mereka. Ada yang meminta sembuh dari
sakit , mendapatkan keturunan, digampangkan urusannya dan tak jarang
di antara mereka yang menyeru : Ya sayyidi aku datang kepadamu dari
negeri yang jauh maka janganlah engkau kecewakan aku. Padahal Allah
SWt berfirman :

            “ Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang
menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat
memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari
(memperhatikan) do’a mereka”. ( Al Ahqaaf : 5)

            Nabi SAW bersabda :“Barang siapa mati dalam keadaan


menyembah sesembahan selain Allah  niscaya akan masuk neraka( HR
Bukhari , fathul bari : 8/176)

            Sebagian mereka, mencukur rambutnya di pekuburan, sebagian


lagi membawa buku  yang berjudul : Manasikul hajjil masyahid ( tata cara
ibadah haji di kuburan keramat). Yang mereka
maksudkan  dengan  masyahid adalah kuburan kuburan para wali.
Sebagian mereka mempercayai bahwa para wali itu mempunyai
kewenangan  mengatur alam semesta, dan mereka bisa
memberi madharat dan manfaat. Padahal Allah berfirman :

            “ Jika Allah menimpakan sesuatu kemadharatan kepadamu , maka


tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah
menghendaki kebaikan bagi kamu maka tidak ada yang dapat menolak
karuniaNya” ( Yunus : 107)

            Termasuk syirik adalah bernadzar untuk selain Allah seperti yang


dilakukan oleh sebagian orang yang bernadzar memberi lilin dan lampu
untuk para ahli kubur. Termasuk syirik besar adalah menyembelih
binatang untuk selain Allah.padahal Allah berfirman :

            “ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah” ( Al


Kutsar : 2)

            Maksudnya berkurbanlah hanya untuk Allah dan atas namaNya.


Rasulullah Saw  bersabda : “ Allah melaknat orang yang menyembelih
untuk selain Allah”( HR Muslim, shahih Muslim No : 1978)

            Pada binatang sembelihan itu terdapat dua hal yang diharamkan.


Pertama : penyembelihannya untuk selain Allah, dan kedua :
penyembelihannya dengan atas nama selain Allah. Keduanya menjadikan
daging binatang sembelihan itu tidak boleh dimakan. Dan termasuk
penyembelihan jahiliyah- yang terkenal di zaman kita saat ini- adalah
menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka membeli rumah atau
membangunnya, atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di
tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai sembelihan
(sesajen) karena takut dari gangguan jin ([1]).
            Di antara contoh syirik besar- dan hal ini umum dilakukan –
adalah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah atau
sebaliknya. Atau kepercayaan bahwa seseorang memiliki hak dalam
masalah tersebut selain Allah Y. Atau berhukum kepada perundang-
undangan jahiliyah secara sukarela dan atas kemauannya. Seraya
menghalalkannya dan kepercayaan bahwa hal itu dibolehkan . Allah
menyebutkan  kufur besar ini dalam firmanNya :

“ Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka


sebagai tuhan selain Allah”. ( At Taubah : 31)

           

Ketika Adi bin hatim mendengar ayat tersebut yang sedang dibaca oleh
Rasulullah Saw ia berkata : “ orang-orang itu tidak menyembah
mereka. Rasulullah   saw dengan tegas bersabda :

“ Benar, tetapi meraka ( orang-orang alim dan para rahib itu )


menghalalkan untuk mereka apa yang diharamkan oleh Allah , sehingga
mereka menganggapnya halal. Dan mengharamkan atas mereka apa
yang dihalalkan oleh Allah, sehingga mereka menganggapnya sebagai
barang haram, itulah bentuk ibadah mereka kepada orang-orang alim dan
rahib([2]) .

            Allah menjelaskan, di antara sifat orang-orang musyrik adalah


sebagaimana dalam firmanNya :

            “ Dan meraka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh


Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang
benar(agama Allah)”. ( At Taubah : 29).

]  )59( َ[‫نز َل هّللا ُ لَ ُكم مِّن رِّ ْز ٍق َف َج َع ْل ُتم ِّم ْن ُه َح َرامًا َو َحالَالً قُ ْل آهّلل ُ َأذ َِن َل ُك ْم َأ ْم َعلَى هّللا ِ َت ْف َترُون‬
َ ‫قُ ْل َأ َرَأ ْي ُتم مَّا َأ‬
‫سورة يونس‬

            “ Katakanlah : Terangkanlah kepadaku tentang rizki yang


diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan
(sebagiannya) halal. Katakanlah : Apakah Allah telah memberikan izin
kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada- adakan kedustaan
atas  Allah? ( Yunus : 59).

            Temasuk syirik yang banyak terjadi adalah sihir, perdukunan dan


ramalan. Adapun sihir, ia termasuk perbuatan kufur dan di antara tujuh
dosa besar yang menyebabkan kebinasaan. Sihir hanya mendatangkan
bahaya dan sama sekali tidak bermanfaat bagi manusia. Allah berfirman :

            “ Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi madharat


kepadanya dan tidak memberi manfaat ( Al Baqarah : 102).

           

            “ Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia
datang” ( Thaha : 69)

            Orang yang mengajarkan sihir adalah kafir. Allah SWT berfirman :

‫ُأ‬
ِ ‫نز َل َعلَى ْال َملَ َكي‬
َ ‫ْن ِب َب ِاب َل َهار‬
}  ‫ُوت‬ ِ ‫اس السِّحْ َر َو َما‬ َ ‫ين َك َفرُو ْا ُي َعلِّم‬
َ ‫ُون ال َّن‬ َ ِ‫َو َما َك َف َر ُسلَ ْي َمانُ َولَكِنَّ ال َّشيْاط‬
ٌ ‫َأ‬
‫) سورة البقرة‬102( [  ْ‫ان مِنْ َح ٍد َح َّتى َيقُوالَ ِإ َّن َما َنحْ نُ فِ ْت َنة َفالَ َت ْكفُر‬ ِ ‫ُوت َو َما ُي َعلِّ َم‬
َ ‫َو َمار‬

“ Padahal Sulaiman tidak kafir(tidak mengerjakan sihir) hanya syaitan-


syaitan itulah yang kafir ( mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir
kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri
babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan
( sesuatu kepada seseorangpun) sebelum mengatakan : “ sesungguhnya
kami hanya cobaan( bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. ( Al
Baqarah : 102).

Hukuman bagi tukang sihir adalah dibunuh, pekerjaannya haram dan


jahat. Orang-orang bodoh, sesat dan lemah iman pergi kepada para
tukang sihir untuk berbuat jahat kepada orang lain atau untuk membalas
dendam kepada mereka. Di antara manusia ada yang melakukan
perbuatan haram, dengan mendatangi tukang sihir dan memohon
pertolongan padanya agar terbebas dari pengaruh sihir yang
menimpanya. Padahal seharusnya ia mengadu dan kembali kepada Allah,
memohon kesembuhan dengan KalamNya, seperti
dengan Mu’awwidzat ( surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas) dan
sebagainya.
Dukun dan tukang ramal itu memanfaatkan kelengahan orang-orang
awam (yang minta pertolongan padanya) untuk mengeruk uang mereka
sebanyak-banyaknya. Mereka menggunakan banyak sarana untuk
perbuatannya tersebut. Di antaranya dengan membuat garis di pasir,
memukul rumah siput, membaca (garis) telapak tangan,cangkir, bola
kaca, cermin, dsb.

Jika sekali waktu mereka benar, maka sembilan puluh sembilan kalinya
hanyalah dusta belaka. Tetapi tetap saja orang-orang dungu tidak
mengingat, kecuali waktu yang sekali itu saja. Maka mereka pergi kepada
para dukun dan tukang ramal untuk mengetahui nasib mereka di masa
depan, apakah akan bahagia, atau sengsara, baik dalam soal pernikahan,
perdagangan, mencari barang-barang yang hilang atau yang semisalnya.

Hukum orang yang mendatangi tukang ramal atau dukun, jika


mempercayai terhadap apa yang dikatakannya adalah kafir, keluar dari
agama Islam. Rasulullah Saw bersabda :

            “ Barang siapa mendatangi dukun dan tukang ramal, lalu


membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh dia telah kufur terhadap
apa yang diturunkan kepada Muhammad”.( HR Ahmad: 2/ 429, dalam
shahih jami’ hadits, no : 5939)

            Adapun jika orang yang datang tersebut tidak mempercayai bahwa


mereka mengetahui hal-hal ghaib, tetapi misalnya pergi untuk sekedar
ingin tahu, coba-coba  atau sejenisnya, maka ia tidak tergolong orang
kafir, tetapi shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari.
Rasulullah r bersabda :

            “Barang siapa mendatangi tukang ramal, lalu ia menanyakan


padanya tentang sesuatu, maka tidak di terima shalatnya selama empat
puluh malam” (Shahih Muslim : 4 / 1751).

Ini masih pula harus dibarengi dengan tetap mendirikan shalat (wajib) dan
bertaubat atasnya.

AKIBAT DARI DOSA

1)      Masyarakat akan berada dalam kemunduran, kesesatan, dan lemah


jika sebahagian                   besar masyarakat terdedah dengan dosa.

2)      Kehidupan seseorang yang melakukan dosa  diselubungi ketakutan


dan kebimbangan.
3)       Tidak akan dipandang mulia oleh masyarakat.

Sebab-sebab mendorong kearah melakukan dosa:

a)      Kejahilan mereka tentang ajaran agama sehingga tidak dapat


membezakan yang hak(benar) dengan batil (salah).

b)      Dipengaruhi oleh nafsu.

c)      Tidak mempercayai hari pembalasan dan hari kebangkitan semula


yang akan membalas setiap perlakuan manusia semasa di dunia

d)     Kesempitan hidup seperti kemiskinan.

e)      Tamak haloba terhadap harta benda dan kuasa.

Langkah- langkah  menjauhi dosa yaitu:

        Memperbanyakkan amalan sunat bagi mendekatkan diri kepada


Allah swt

        Meninggalkan kejahatan  dan kemungkaran serta menunjukan


sikap tidak menyukainya

        Menginsafi azab yang akan ditempoh oleh org yg melakukan dosa


di akhirat

        Menambah ilmu pengetahuan  agama dgn menghadiri majlis ilmu,


membaca buku atau melayari laman web yg berfaedah

        Mengelakkan diri daripada bergaul dgn orang yg  melakukan


kejahatan

        Menjauhi tempat maksiat yg boleh mendorong melakukan dosa

 Solusi Menghindari Dosa

a)      Anggaplah besar dosamu. Abdullah bin Mas’ud Ra berkata, “orang


beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah IA duduk di bawah gunung, IA
takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka
berbuat dosa) dosanya seperti lalat yang lewat diatas hidungnya.”

b)       Janganlah meremehkan dosa. Rasulullah SAW bersabda, “


Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut
lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting Dan seorang lainnya
lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti
mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap
remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.” (HR Ahmad
dengan sanad yang hasan).

c)      Janganlah muhajarah (menceritakan dosa).Rasulullah SAW


bersabda: “ semua umatku dimaafkan kecuali muhajirun (orang yang
berterus terang). Termasuk muhajarah adalah seseorang yang melakukan
suatu amal (keburukan) pada malam Hari kemudian pada pagi harinya IA
membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, IA berkata, “wahai
fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian Dan demikian.” Pada
malam harinya Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi
harinya IA membuka tabir Allah yang menutupinya.” (HR Bukhari Dan
Muslim) .

d)     Taubat nasuha yang tulus. Rasulullah SAW bersabda, “Allah lebih


bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang
diantara kamu yang berada di atas kendarannya di padang pasir yang
tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas
kendaraan itu terdapat makanan Dan minumannya. Ia sedih kehilangan
hal itu, lalu IA menuju pohon Dan tidur di bawah naungannya dalam
keadaan bersedih terhadap kendaraannya itu. Saat IA dalam keadaan
seperti itu tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya, lalu IA mengambil
tali kendalinya.Kemudian IA berkata karena sangat bergembira, “Ya Allah
Engkau adalah hambaku Dan aku adalah Tuhanmu. Ia salah ucap karena
sangat bergembira. “
(HR Bukhari Dan Muslim).

e)      Jika dosa berulang, maka ulangi bertaubat. Ali bin Abi Thalib Ra.
Berkata, “Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa)
IA bertubat. Ditanyakan, “Jika IA mengulangi lagi?” Ia menjawab, “Ia
beristighfar kepada Allah DA bertubat.” Ditanyakan, “Jika IA kembali
berbuat dosa?”
Ia menjawab, “Ia beristighfar kepada Allah Dan bertaubat.” Ditanyakan lagi
“Sampai kapan?” Dia menjawab, “ Sampai setan berputus ASA.”

f)       Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan. Orang yang bertubat


harus menjauhi situasi Dan kondisi yang biasa IA temui pada saat
melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara keseluruhan Dan
sibuk dengan selainnya. Rasululah SAW beristighfar kepada Allah dalam
sehari lebih dari 70 kali ( dalam hadits lain 100 kali).
g)      Melakukan kebajikan setelah keburukan. Rasulullah SAW bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, Dan iringilah
keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus
keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang
baik.” (HR Ahmad Dan Tirmidzi menilai hadits ini hasan sahih)

h)       Merealisasikan tauhid.  Rasulullah SAW bersabda, “Allah ‘azza WA


jalla berfirman (dalam hadits qudsi), ‘Barangsiapa yang emlakukan
kebajikan maka IA mendapatlan pahala sepuluh kebajikan Dan Aku
tambah Dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka balasannya
satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang
mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta
Dan barangsiapa yang mendekat kepadaKu sehasta, maka Aku mendekat
kepadanya sedepa, barangsiapa yang datang kepadaKu dengan berjalan,
maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang
menemuiku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan
sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang sama.”
(HR Muslim Dan Ahmad)

i)        Jangan berpisah dengan orang-orang yang baik

Jangan cela orang lain karena perbuatan dosanya.  Rasulullah SAW


menceritakan kepada para sahabat bahwasanya seseorang berkata,
“Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.” Allah SWT berkata,
“Siapakah yang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak mengampuni
si Fulan? Sesungghnya Aku telah mengampuni dosanya Dan Aku telah
menghapus amalnya.” (HR Muslim)

([1] )  lihat, taisirul Azizil Hamid , hal : 158.

([2])   Hadits riwayat Al Baihaqi, As sunanul Kubra : 10/ 116, Sunan At


Turmudzi no : 3095, Al Albani menggolongkannya dalam hadits hasan.
lihat ghayatul muram: 19.

Anda mungkin juga menyukai