1. Pengertian pahala
Pahala merupakan ganjaran atau balasan untuk perbuatan yang
baik. Hadist Nabi Saw menjelaskan dari Ibnu Abbas yang artinya :”
Allah mencatat kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya.
Barang siapa berhimah kebaiakan kemudian tidak mengerjakannya,
maka Allah mencatat baginya kebaikan yang sempurna. Apabila ia
berniat kebaikan dan mengerjakannya Allah membalas 10 kebaikan
sampai 700 kali lipat lebih banyak. Dan apabila berniat keburukan dan
tidak mengerjakannya Allah mencatatnya kebaikan yang sempurna dan
apabila berniat buruk dan mengerjakannya Allah mencatat dengan sutu
keburukan. Dan tidak akan rusak di sisi Allah kecuali orang merusak.”
Di kalangan fukaha(ahli hukum islam) pahala erat kaitannya
dengan perbuatan yang wajiib dan sunnah serta perbuatan yang
makruh dan haram. Pahala diberikan kepada seseorang yang
mengerjakan perbuatan yang wajib dan sunah atau yang meninggalkan
yang haram dann makruh itu karena tunduk dan patuh kepada Allah
SWT.
Dikalangan ulama usul fiqih pahala berhubungan erat dengan
perintah(al-amr) dan larangan (annahy) syari (Pencipta hukum allah
Swt). Perintah meliputi perbuatan yang wajib serta sunah dan larangan
meliputi perbuatan yang haram serta makruh. Jadi apabila terdapat
perintah didalam Al-Quran atau sunah (hadis) uuntuk mengerjakan
sesuatu maka yang mengerjakan akan mendapat pahala. Begitu pula
apabila meninggalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt dan
karyena Allah swt.
Dari segi ilmu kalam (teologi), pahala berkaitan erat dengan
masalah baik dan buruk. Pada dasarnya perbuatan yang baik yang jika
dikerjakan maka akan mendapatkan pahala dan perbuatan yang buruk
apabila dikerjakan akan mendapat siksa.
Golongan muktazilah mengatakan,” akal mampu mengetahui
kebaikan dan keburukan.“ Karena itu seandainya tidak turun wahyu
maka orang yang berbuat baik akan memdapat pahala, meskipun tidak
diketahui gambaran pahala yang akan diperoleh. Namun golongan
muktazilah memandang perlu turunnya wahyu selain penegasan
terhadap kemampuan akal manusia wahyu digunakan untuk
mengetahui rincian kebaikan dan pahala tersebut diatas. Golongan ini
beranggapan bahwa akal mampu mengetahui baik dan buruuk akan
tetapi untuk menentukan ketentuan hukum mutlak diperlukan wahyu.
Adapun golongan Asy’ariyah yang menganggap akal tidak
dapat mengetahui baik dan buruk mereka berendapat bahwa ukuran
baik dan buruk bagi suatu perbuatan adalah wahyu. Karena itu pahala
akan diberikan oleh Allah SWT menurut ketentuan dalam wahyu
tersebut.
Para filsuf memahami pahala sebagai kesenangan yang bersifat
rohani. Mereka berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal dan
tidak hancur karena substansinya bersal dari substansi tuhan. Roh
adalah cahaya yang dipancarkan tuhan. Selama dalam badan roh, roh
tidak memperoleh kesenangan sebenarnya dalam bentuk pengetahuan
yang sempurna. Hanya apabila roh tekah terpkisah dari badan, maka
roh baru bisa memperoleh kesenangan itu.
2. Pengertian Dosa
Dosa merupakan perbuatan yang melanggar hukum, baik hukum
agama hukum adat atau hukum negara. Secara istilah agama dapat di
artikan sebagai pelanggaran terhadapa hukum agama. Dalam
fiiqih dosa sangat erar kaitannya dengan siksa(pennderitaan sebagai
hukuman). Perkataan dosa berasal dari bahasa sangsekerta dalam
bahasa arab disebut juga az-zan bu al-ismu atau al jurmu.
Menurut istilah ulama fukaha dosa adalah akibat tidak
melaksanakannya perintah Allah Swt yang hukumnya wajib dan
mengerjakan larangannya yang hukumannya haram. Jadi secara
umum dosa dapat diartikan sebagai perbuatan yang mengacu kepada
perbuatan yang jahat atau buruk yang dilakukan dengan sadar dan
tanpa paksaan, juga mengacu kepada akibat jahat atau buruk yang
dihasilkan oleh perbuatan tersebut.
Menurur para fukaha tidak mengerjakan perbuatan yang wajib
atau mengerjakan perbuatan yang haram, berarti melakukan perbuatan
dosa atau melakukan perbuatan yang menghsilkan dosa. Dosa sebagai
akibat buruk atau jahat, menurut ajaran islam pasti dirasakan oleh
pelakunya,bila didunia ini pelakunya belum mendapatkan balasannya,
niscaya kelak diakhirat pastia ia akan merasakan sesuatu yang
membuatnya menderita atau merasa pahit dan tidak bahagia.
Berdasarkan keterangan dalam Al-Quaran siapa yang dosanya lebih
berat dari pahala perbuatan baiknya maka niscaya akan menderita
didalam neraka, sedang bila pahala yang lebih berat dari dosa yang ia
lakukan maka ganjarannya adalah surga.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menyeru
kepada petunjuk (kebenaran dan kebaikan), maka baginya pahala seperti
pahala yang di dapat oleh orang yang mengikutinya tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun. Dan, barang siapa yang menyeru kepada
kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka." (HR Muslim)
Dari Anas r.a. berkata bahawa ada tujuh macam pahala yang dapat
diterima seseorang itu selepas matinya.
2) Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum
daripadanya.
6) Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu
mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya.
a. Contoh Dosa
Dosa ada dua macam, yaitu dosa kecil dan dosa besar. Dosa kecil adalah
pelanggaran hukum atas perbuatan yang tidak dirinci bahwa
pelanggarannya adalah dosa besar, seperti berbohong dan melihat
sesuatu yang dilarang. Sedangkan dosa besar adalah Perbuatan maksiat
yang ditentukan hukuman di dunia oleh al-Quran atau hadis, dan diberi
ancaman azab di akhirat.contohnya berzina, menyekutukan Allah,
menyakiti orang tua, bersaksi palsu dan sebagainya.
Kita tidak boleh memandang endah tak endah terhadap dosa-dosa kecil
yang kita lakukan kerana ia dapat juga berkembang dan berubah menjadi
dosa besar dengan adanya berbagai sebab iaitu:
3) Kerana dosa kecil itu dilakukan dengan senang hati dan merasa
nikmat. Sebabnya ialah kerana dosa yang dikerjakan dengan gembira dan
nikmat, ia akan terbuku di dalam batin, bahkan juga akan menimbulkan
kehitaman yang amat sangat dalam kalbu. Tidak ada rasa penyesalan dan
selalu ingin mengulanginya kembali. Perasaan berbahgia di dalam dosa
satu hal yang sangat buruk.
6) Kerana dosa kecil itu dilakukan oleh orang alim yang mempunyai
banyak pengikut.Orang yang alim mempunyai pengaruh besar kepada
para pengikutnya.Kerana itu dosa yang dikerjakannya kemungkinan
besar akan diikuti pula oleh para pengikutnya. Inilah yang menyebabkan
dosa kecil tadi berubah menjadi dosa besar. Dalam sebuah hadis
disebutkan: "Siapa menciptakan sunnah yang buruk, dia menanggung
dosa atas perbuatannya itu dan juga dosa orang lain yang meniru
melakukannya tanpa dikurangi dosa orang lain itu sedikit pun" Tetapi
sebagaimana berlipat gandanya dosa yang dilakukan oleh orang alim itu,
maka berlipat ganda pulalah kebaikan yang dibuat olehnya,apabila
banyak orang yang mengikut dan melanjutkan amal baiknya itu.
SYIRIK
MENYEMBAH KUBURAN
Yakni kepercayaan bahwa para wali yang telah meninggal dunia bisa
memenuhi hajat, serta bisa membebaskan manusia dari berbagai
kesulitan. Karena kepercayaan ini . mereka lalu meminta pertolongan dan
bantuan kepada para wali yang telah meninggal dunia, padahal Allah Swt
berfirman :
“ Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang
menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat
memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari
(memperhatikan) do’a mereka”. ( Al Ahqaaf : 5)
Ketika Adi bin hatim mendengar ayat tersebut yang sedang dibaca oleh
Rasulullah Saw ia berkata : “ orang-orang itu tidak menyembah
mereka. Rasulullah saw dengan tegas bersabda :
] )59( َ[نز َل هّللا ُ لَ ُكم مِّن رِّ ْز ٍق َف َج َع ْل ُتم ِّم ْن ُه َح َرامًا َو َحالَالً قُ ْل آهّلل ُ َأذ َِن َل ُك ْم َأ ْم َعلَى هّللا ِ َت ْف َترُون
َ قُ ْل َأ َرَأ ْي ُتم مَّا َأ
سورة يونس
“ Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia
datang” ( Thaha : 69)
ُأ
ِ نز َل َعلَى ْال َملَ َكي
َ ْن ِب َب ِاب َل َهار
} ُوت ِ اس السِّحْ َر َو َما َ ين َك َفرُو ْا ُي َعلِّم
َ ُون ال َّن َ َِو َما َك َف َر ُسلَ ْي َمانُ َولَكِنَّ ال َّشيْاط
ٌ َأ
) سورة البقرة102( [ ْان مِنْ َح ٍد َح َّتى َيقُوالَ ِإ َّن َما َنحْ نُ فِ ْت َنة َفالَ َت ْكفُر ِ ُوت َو َما ُي َعلِّ َم
َ َو َمار
Jika sekali waktu mereka benar, maka sembilan puluh sembilan kalinya
hanyalah dusta belaka. Tetapi tetap saja orang-orang dungu tidak
mengingat, kecuali waktu yang sekali itu saja. Maka mereka pergi kepada
para dukun dan tukang ramal untuk mengetahui nasib mereka di masa
depan, apakah akan bahagia, atau sengsara, baik dalam soal pernikahan,
perdagangan, mencari barang-barang yang hilang atau yang semisalnya.
Ini masih pula harus dibarengi dengan tetap mendirikan shalat (wajib) dan
bertaubat atasnya.
e) Jika dosa berulang, maka ulangi bertaubat. Ali bin Abi Thalib Ra.
Berkata, “Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa)
IA bertubat. Ditanyakan, “Jika IA mengulangi lagi?” Ia menjawab, “Ia
beristighfar kepada Allah DA bertubat.” Ditanyakan, “Jika IA kembali
berbuat dosa?”
Ia menjawab, “Ia beristighfar kepada Allah Dan bertaubat.” Ditanyakan lagi
“Sampai kapan?” Dia menjawab, “ Sampai setan berputus ASA.”