Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MARYANI

SURAH AL-ALAQ

           
          
           
           
           
            
        
          

ARTINYA :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,karena Dia melihat
dirinya serba cukup.Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali
(mu).bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,seorang
hamba ketika mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang
yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau Dia menyuruh bertakwa
(kepada Allah)? bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu
mendustakan dan berpaling? tidaklah Dia mengetahui bahwa
Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? ketahuilah, sungguh
jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-
ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka
Biarlah Dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami
akan memanggil Malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu
patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
TAFSIR

Surah ini adalah surah yang pertama kali turun kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam; turun pada awal-awal kenabian ketika Beliau
tidak mengetahui apa itu kitab dan apa itu iman, lalu Jibril ‘alaihis salam
datang kepada Beliau membawa wahyu dan menyuruh Beliau membaca,
ia berkata, “Bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab, “Saya tidak dapat membaca.” Beliau lalu direngkuh
oleh Malaikat Jibril hingga merasakan kepayahan, lalu dilepaskan sambil
disuruh membacanya sekali lagi, “Bacalah.” Tetapi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam masih tetap menjawab, “Aku tidak dapat membaca.”
Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan pada ketiga kalinya Jibril
berkata kepadanya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan--Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah--
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah--Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam--Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. (Terj. Al ‘Alaq: 1-5).

Yakni yang menciptakan semua makhluk. Pada ayat selanjutnya


disebutkan secara khusus manusia di antara sekian ciptaan-Nya. Oleh
karena itu, yang telah menciptakan manusia dan memperhatikannya
dengan mengurusnya, tentu akan mengaturnya dengan perintah dan
larangan, yaitu dengan diutus-Nya rasul dan diturunkan-Nya kitab.Yakni
banyak dan luas sifat-Nya, banyak kemuliaan dan ihsan-Nya, luas
kepemurahan-Nya, dimana di antara kemurahan-Nya adalah mengajarkan
berbagai ilmu kepada manusia. Maksudnya, Allah mengajar manusia
dengan perantaraan tulis baca. Hal itu, karena manusia dikeluarkan-Nya
dari perut ibunya dalam keadaan tidak tahu apa-apa, lalu Dia menjadikan
untuknya pendengaran, penglihatan dan hati serta memudahkan sebab-
sebab ilmu kepadanya. Dia mengajarkan kepadanya Al Qur’an,
mengajarkan kepadanya hikmah dan mengajarkan kepadanya dengan
perantaraan pena, dimana dengannya terjaga ilmu-ilmu. Maka segala puji
bagi Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu yang tidak dapat
mereka balas karena banyaknya. Selanjutnya Allah Subhaanahu wa
Ta'aala mengaruniakan kepada mereka kekayaan dan kelapangan rezeki,
akan tetapi manusia karena kebodohan dan kezalimannya ketika merasa
dirinya telah cukup, ia malah bertindak melampaui batas dan berbuat
zalim serta bersikap sombong terhadap kebenaran seperti yang
diterangkan dalam ayat selanjutnya. Ia lupa, bahwa tempat kembalinya
adalah kepada Tuhannya, dan tidak takut kepada pembalasan yang akan
diberikan kepadanya, bahkan keadaannya sampai meninggalkan petunjuk
dengan keinginan sendiri dan mengajak manusia untuk meninggalkannya,
dan sampai melarang orang lain menjalankan shalat yang merupakan
amal yang paling utama. Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya
yang sampai kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Abu
Jahal berkata, “Apakah (kalian biarkan) Muhammad menaruh wajahnya
(bersujud) di tengah-tengah kalian?” Lalu dikatakan, “Ya.” Maka Abu Jahal
berkata, “Demi Lata dan ‘Uzza, jika aku melihatnya sedang melakukan hal
itu, maka aku akan injak lehernya atau aku lumuri mukanya dengan debu.”
Abu Hurairah berkata, “Maka Abu Jahal mendatangi Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam ketika Beliau sedang shalat karena menyangka akan
dapat menginjak leher Beliau. Lalu ia (Abu Jahal) membuat mereka
(kawan-kawannya) kaget karena ternyata mundur ke belakang dan
menjaga dirinya dengan kedua tangannya. Ia pun ditanya, “Ada apa
denganmu?” Abu Jahal berkata, “Sesungguhnya antara aku dengan dia
(Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) ada parit dari api, hal yang
menakutkan, dan sayap-sayap.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Kalau sekiranya ia mendekat kepadaku, tentu malaikat-
malaikat akan merenggut anggota badannya sepotong demi sepotong.”
Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat kami tidak mengetahui
apakah dalam hadits Abu Hurairah atau sesuatu yang sampai
kepadanya-, “Ketahuilah! Sungguh, manusia benar-benar melampaui
batas, apabila melihat dirinya serba cukup Sungguh, hanya kepada
Tuhanmulah tempat kembali(mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang
yang melarang, seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat,
Bagaimana pendapatmu jika dia (yang dilarang shalat itu) berada di atas
kebenaran (petunjuk), seorang hamba ketika dia melaksanakan shalat
Bagaimana pendapatmu jika dia (yang dilarang shalat itu) berada di atas
kebenaran (petunjuk), atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
Bagaimana pendapatmu jika dia (yang melarang) itu mendustakan dan
berpaling Yaitu Abu Jahal  Tidakkah dia mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)? Sekali-kali tidak!
Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya (ke dalam neraka),(yaitu) ubun-ubun orang yang
mendustakan dan durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya
(untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,
Sekali-kali jangan! Janganlah kamu patuh kepadanya dst.” (Terj. Al ‘Alaq:
6-19)

Kalimat, “Kami tidak mengetahui apakah dalam hadits Abu Hurairah


atau sesuatu yang sampai kepadanya,” menurut Syaikh Muqbil
merupakan keragu-raguan yang dapat mencacatkan keshahihan sebab
turunnya, akan tetapi ia tetap mencantumkannya karena banyak syahid-
syahidnya. Hadits tersebut menurut Ibnu Katsir, diriwayatkan pula oleh
Ahmad bin Hanbal, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Abi Hatim dari hadits
Mu’tamir bin Sulaiman. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir
dan Baihaqi dalam Dalaa’ilun Nubuwwah. Imam Tirmidzi meriwayatkan
dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas ia berkata, “Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam shalat, lalu Abu Jahal datang dan berkata,
“Bukankah kamu telah aku larang melakukan hal ini (shalat)? Bukankah
kamu telah aku larang melakukan hal ini (shalat)?” Maka Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam berpaling sambil membentaknya, lalu Abu Jahal berkata,
“Sesungguhnya engkau mengetahui, bahwa tidak ada di sini orang yang
lebih banyak golongannya dariku.” Maka Allah Tabaaraka wa Ta'aala
berfirman, “Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk
menolongnya),-- Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk
menolongnya),” Ibnu Abbas berkata, “Demi Allah, kalau sekiranya ia
memanggil kaumnya, tentu akan ditangkap oleh para malaikat Zabaniyah
milik Allah.” (Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib shahih.”)

Yang melarang itu ialah Abu Jahal, sedangkan yang dilarang itu
adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri. Akan tetapi usaha
ini tidak berhasil karena Abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya.

Dengan demikian, pantaskah orang yang seperti ini keadaannya


dilarang? Bukankah melarangnya merupakan penentangan yang besar
kepada Allah dan kepada kebenaran? Karena yang berhak dilarang
adalah orang yang tidak di atas petunjuk atau memerintahkan orang lain
mengerjakan hal yang bertentangan dengan ketakwaan. Selanjutnya Allah
Subhaanahu wa Ta'aala mengancamnya jika tetap terus bersikap seperti
itu. Maksudnya, memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik
kepalanya dengan keras. Bisa juga diartikan, “Ubun-ubun orang yang
dusta ucapannya dan salah perbuatannya.” Orang yang berhak
mendapatkan azab itu. Malaikat Zabaniyah ialah malaikat yang menyiksa
orang-orang yang berdosa di dalam neraka, mereka adalah malaikat yang
kasar dan keras, dan sebagai malaikat yang kuat dan berkuasa. Inilah
keadaan orang yang melarang dan hukuman yang diancamkan
kepadanya. Adapun keadaan orang yang dilarang, maka Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan agar tidak mempedulikan orang
tersebut dan tidak menaatinya. Dengan meninggalkan shalat, karena ia
tidaklah memerintahkan kecuali kepada yang terdapat kerugian di dunia
dan akhirat. Yakni shalatlah karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Dengan bersujud dan dengan menaati-Nya, karena semua itu dapat
mendekatkan kamu kepada-Nya.

Ayat ini adalah umum berlaku pada orang yang melarang terhadap
kebaikan dan dilarang dari melakukannya, meskipun berkenaan dengan
Abu Jahal ketika melarang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
melakukan shalat.

Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.


Yang dimaksud dengan orang yang hendak melarang itu ialah Abu Jahal,
yang dilarang itu ialah Rasulullah sendiri. akan tetapi usaha ini tidak
berhasil karena Abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya. setelah
Rasulullah selesai shalat disampaikan orang berita itu kepada Rasulullah.
kemudian Rasulullah mengatakan: "Kalau jadilah Abu Jahal berbuat
demikian pasti Dia akan dibinasakan oleh Malaikat".

HUBUNGAN SURAT AL-ALAQ DENGAN PENDIDIKAN

selain sebagai wahyu yang pertama kali diturunkan, surat tersebut


juga sebagai penobatan Muhammad SAW sebagai Rasulullah.
Dalam surat al-Alaq ayat 1 sampai 5 ini banyak mengandung tentang
pembelajaran dan pendidikan Islam. Allah menyuruh manusia untuk
belajar dan berfikir.Surat Al-Alaq merupakan surat yang pertama sekali
diwahyukan Allah kepada rasul-Nya Muhammad Saw ketika beliau
berkhalwat di gua hira. Dalam surat ini Allah menjelaskan tentang
proses pendidikan manusia mulai dari membaca, menulis, sampai hal-hal
yang tidak dapat dipahami oleh manusia kecuali karena petunjuk-Nya

MENURUT PENDAPAT PARA ULAMA

Menurut para ulama ayat pertama yang turun ialah surat Al Alaq,
atau biasa kita sebut dengan surat Iqra ayat 1-5. 
Syekh Manna’ Al Qathan berpendapat, surat Al Alaq lah yang
pertama turun. Hal itu merupakan pendapat yang kuat dari banyaknya
pendapat tentang ayat apa yang turun pertama kali kepada Muhammad
SAW. 

Ustadz Ahmad Zarkasih Lc, mengatakan pendapat Syekh Manna’ ini


berdasarkan riwayat yang dikeluarkan Imam Bukhari dan Imam Muslim
dalam kitab Shahih keduanya. 

"Dari Aisyah RA tentang cerita yang rasanya hampir seluruh muslim


di Indonesia bahkan dunia tahu dan hafal.  Bahwa Nabi SAW pada awal
40 tahunan, Allah SWT membuatnya suka untuk menyendiri," kata Ustadz
Ahmad Zarkasih Lc  dalam bukuny "Meraih Lailatul Qadar Haruskah
Itikaf?" Ustadz Ahmad Zarkasih mengatakan, pada saat beliau melakukan
uzlah di Gua Hira itu kemudian Allah mengutus Jibril untuk menurunkan
wahyu pertama dari Alquran surat Al Alaq 1-5.

َ ‫ ا ْق َرْأ َو َر ُّب‬#‫ان مِنْ َعلَ ٍق‬


َ ‫ َعلَّ َم اِإْل ْن َس‬ #‫ الَّذِي َعلَّ َم ِب ْال َقلَ ِم‬#‫ك اَأْل ْك َر ُم‬
 ‫ا‬ee‫ان َم‬ َ ‫ا ْق َرْأ ِباسْ ِم َر ِّب‬
َ ‫ َخلَ َق اِإْل ْن َس‬#‫ك الَّذِي َخلَ َق‬
‫لَ ْم َيعْ لَ ْم‬

Artinya : Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipakan.


Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah demi Tuhanmu yang
Mahamulia. Yang mengajarkan segala dengan qalam (pena).
Mengajarkan segala apa yang tidak diketahui manusia.

Sekaligus itu pengukuhan tentang status Muhammad SAW yang


diangkat menjadi rasul dan menerima perintah menyampaikan serta
mendakwahkan agama Islam. 

Selain sering ditanya surat apa yang pertama turun, juga surat apa
yang terakhir turun. Menurut Ustadz Ahmadz banyak pendapat ulama
terkait ayat mana yang menjadi ayat terakhir, yang diturunkan kepada
Muhammad sebagai penutup dan pamungkas seluruh ayat-ayat Allah
yang telah diwahyukan sebelumnya. 

Pertama, kata Ustadz Ahmad, ada pedapat yang mneyebut bahwa


ayat terakhir yang turun kepada Muhammad  itu adalah ayat riba yang
termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 278. Kedua, pendapat lain
mengatakan bahwa yang terakhir turun adalah ayat 281 dari surat Al
Baqarah.   Ketiga, sebagian ulama lain justru menyebut ayat terakhir yang
turun kepada Nabi adalah ayat 282 dari surat Al Baqarah, yang
merupakan ayat terpanjang dalam Alquran yakni ayat yang membahas
soal hutang piutang.  Keempat, sebagian lagi menyebut bahwa ayat yang
terakhir turun kepada Muhammad adalah ayat Kallalah yakni surat An
Nisa 176.  "Kallalah adalah sebutan untuk orang yang meningalkan dunia
namun tidak memiliki anak keturunan dan orang tuanya pun sudah
meninggal lama," katanya.

Menurut Syekh Manna, masih ada lima pendapat lagi yang


disebutkan ulama berkaitan tentang ayat terakhir yang turun. Itu berarti
secara keseluruhan, pendapat tentang ayat terakhir yang turun itu ada
sembilan pendapat. Pendapat ketiga yakni ayat 281 surat Al Baqarah,
dinilai sebagai pendapat yang sepertinya kuat dan bisa diterima sebagai
ayat terakhir yang turun kepada Muhammad, karena ayat itu turun 81 hari
sebelum Nabi wafat.   Bahkan ada juga yang menyebut 9 malam sebelum
Nabi SAW wafat.  Tapi kemudian, Imam Abu Bakr Al Baqilani
sebagaimana dikutip Seikh Mannal Al Qathan dan juga Imam Badrudin Al
Zarkasyi dalam kitabnya  al-Burhan, bahwa mengetahui ayat pertama dan
terakhir yang turun kepada Muhammad bukanlah kewajiban agama.
Dalam arti lain, bahwa kita tidak dituntut untuk mengetahui mana ayat
pertama dan mana ayat terakhir. Kita tidak berdosa jika kita tidak tahu
mana ayat pertama dan mana ayat yang turun. "Akan tetapi kita berdosa
jika tidak mengamalkan apa yang diwajibkan oleh Allah SWT dalam
Alquran," katanya.    

Anda mungkin juga menyukai