Anda di halaman 1dari 35

BAB 1 AL KHAUF [KITAB MUKAASYAFATUL QULUB

Penulis Para Pejalan Diterbitkan 2:33 PM


IMAM GHAZALI

MUKAASYAFATUL QULUB

Dijelaskan dalam sebuh hadis nabi bahwa Nabi saw Bersabda: " Allah swt telah menciptakan
malaikat dengan memiliki sayap. Sebuah sayap di belahan Timur, dan sayap yang satunya lagi
berada di belahan dunia bagian barat. Kepalanya berada di bawah Arasy, sementara kakinya
menginjak di bumi yang ke tujuh (Bumi yang paling bawah). Ia memiliki bulu-bulu sebanyak
jumlah bilangan mahluk Allah swt. Apabila ada orang laki-laki dan perempuan dari umatku yang
membaca shalawat kepada Ku, maka Allah swt. Memerintahkan kepada malaikat itu agar
menyelam kedalam lautan cahaya di bawah Arasy. Kemudian ia keluar dari dalam lautan cahaya
itu sambil mengibas-ngibaskan sayapnya. Maka meneteslah percikan-percikan air cahaya dari
setiap bulunya. Allah swt menjadikan dari setiap itu sebagai malaikat yang beristigfar
(memohonkan ampun) baginya (Orang yang membaca Shalawat tersebut) sampai hari kiamat."

Firman Allah swt: " Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaknya
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan."(QS. Al-Hasyr:18)
Lihat Daftar Isi KITAB MUKAASYAFATUL QULUB

Maksudnya, takutlah kepada Allah dan taatilah Dia, bersedekah dan beramalah dengan penuh
ketaatan agar supaya kamu dapat memetik buah pahalanya kelak dihari kiamat. Para malaikat,
umi, langait, waktu siang dan malam akan memeberikan kesaksian terhadap apa yang telah
dikerjakan oleh manusia keturuan Adam, baik mengenai kebaikan atau keburukan, yang berupa
ketaatan maupun kemaksiatan.

Bahkan anggota-anggota tubuhnya juga akan memberikan kesaksian yang dapat


memberatkannya. Sementara bumi memberikan kesaksian yang menguntungkan orang-orang
yang beriman dan orang yang zuhud. Dalam kesaksian itu dia menyatakan: " Dia (orang mukmin)
telah menyembahb Tuhan yang maha tinggi, di atasku dia berpuasa, berhaji dan berjihad di
Jalan Allah swt." Mendengar kesaksian itu bergembiralah orang yang beriman dan orang yang
zuhud.

Dan bumi juga memberikan kesaksian yang memberatkan orang-orang kafir dan orang yang
durhaka. Dia berkata : “ Dia (orang Kafir) telah berlaku musyrik di atasku, dia berzina, dan
makan barang yang haram”.

Sehingga alangkah celakanya bila Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang,
menyelesaikan persoalan hisab dengan seadil-adilnya. Orang mukmin adalah orang yang takut
kepada Allah swt dengan seluruh organ dan anggota tubuhnya.

Kitab Mukaasyafatul Qulub Bab Pertama Al-


Khauf.

Sebagaimna yang dikatakan oleh Abu Laits, bahwa takut kepada Allah dapat dilihat indikasinya
dalam tujuh hal berikut.

Lidahnya
Orang yang takut kepada Allah, selalu berusaha mencegah lidahnya dari berbohong,
menggunjing, mengadu domba, membual dan mengobral perkataan yang tidak berguna. Ia akan
menjadikan lidahnya sibuk untuk selalu berzikir kepada Allah swt membaca Al-Quran, berdiskusi
dan mengkaji Ilmu.

Hatinya

Orang yang takut kepada Allah swt akan selalu membuang rasa permusuhan, kebohongan,
kedengkian dari dalam hatinya. Karna kedengkian itu dapat merusak kebaikan, sebagaimna sabda
Rasulullah saw : “Sesungguhnya dengki itu membakar hangus kebaikan sebagaimana api
membakar kayu bakar”. Ketahuilah, dengki itu termasuk penyakit hati yang sangat berbahaya.
Dan semua penyakit hati, tidak dapat disembuhkan melainkan dengan ilmu dan amal.

Penglihatannya

Orang yang takut kepada Allah swt tidak akan melihat pada yang haram, baik mengenai
makanan, minuman, pakaian dan lain sebagainya. Dia tidak memandang dunia dengan nafsu
ambisi dan keinginannya, tetapi dia memandangnya untuk mengambil perlajaran dan ibrah. Dia
tidak memandang pada sesuatu yang tidak halal dilihat olehnya. Rasulullah saw Bersabda :
“Barang saiapa yang memenuhi mataranya dengan sesuatu yang haram, maka Allah akan
memenuhi matanya dengan api neraka pada hari kiamat”.

Perutnya

Orang yang takut kepada Allah swt tidak akan memasukkan makanan yang haram ke dalam
pertunya, karena yang demikian adalah dosa yang besar. Rasulullah saw bersabda : “Apabila
sesuap nasi jatuh ke dalam perut anak cucu Adam (Makanan Haram), maka malaikat yang ada di
Bumi dan di Langit melaknatinya selama suapan makanan itu ada dalamperutnya dan kalu Ia mati
dalam keadaan demikian, maka tempatnya adalah neraka Jahanam.”

Tangannya

Orang yang takut kepada Allah swt, tidak mau menerima suatau yang haram, tetapi selalu
berusaha menggapai dan meraih sesuatu yang mengandung unsur ketaatan dan dapat
mendekatkan diri kepada Allah swt. Diriwayatkan dari Ka’ab bin Akhbar, Ia berkata : “ Allah swt
menciptakan suatu perkampungan dari zabarjad yang berwana hijau. Dalam perkampungan itu
terdapat seribu rumah, di dalam setiap rumah terdapat seribu kamar. Tidak ada yang menempati
tempat yang sedemikian indah itu, kecuali orang yang apabila disodorkan atau ditawarkan
kepadanya sesuatu yang haram dia menolak dan meninggalkannya, karena takut kepada Allah
swt."

Kedua Kakinya

Orang yang takut kepada Allah swt. Tidak akan melangkahkan kakinya untuk berjalan dalam
kemaksiatan kepada Allah swt. Tetapi kakinya digunakan berjalan dalam ketaatan keapda Allah
swt dan mencari keridhaan-Nya dan berjalan kearah kebaikan, bergaul bersama ulama dan orang-
orang saleh.

Ketaatannya

Orang yang takut kepada Allah swt selalu mengorientasikan segala aktivitas ketaatan dan
kesalehannya hanya untuk mencari keridhaan Allah, menjauhi sifat Riya’ dan kemunafikan.

Jika seseorang telah melakukan yang demikian itu, maka ia termasuk kedalam kategori orang-
orang yang sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt berikut ini : " Dan kehidupan
Akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruff:35)

Mereka berada dalam syurga yang penuh dengan kenikmatan sebagaimana yang disebutkan
dalam firman Allah swt berikut ini: " Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada
dalam taman-taman dan mata air – mata air yang mengalir." (QS. Al-Hijr: 45)

Dan Firman-Nya : " Sesungguhnya orang yang bertakwa itu berada di dalam Syurga dan
kenikmatan." (QS. Ath-Thur:17)

Dan Firmannya : " Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam tempat aman."
(QS. Ad-Dukhan:51)

Dari ayat-ayat di atas dapat diambil pengertian bahwa seakan-akan Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu akan selamat besok di hari kiamat."

Seyogyanya orang yang beriman mengambil posisi tengah antara takut (Khauf) dan Harapan
(raja’). Dia harus selalu mengharapkan rahmat Allah swt dan tidak berputus asa. Allah swt
berfirman : " Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Tuhan." (QS. Az-Zumar:53).
Beribadah menyembah Allah swt, meninggalakan segala perbuatan yang buruk dan bertaubat
kembali kepada Allah swt.

Deceritakan, bahwa suatu ketika Nabi daud as. Duduk di majlisnya dengan membaca kitab Zabur,
tiba-tiba ia melihat seekor ulat merah di Tanah, lalu ia berkata di dalam hatinya: "Apa yang
dikehendaki Allah swt dengan ulat ini?" Kemudian Allah swt mengizinkan kepada ulat itu
berbicara : " Wahai Nabi Allah, ketika siang Allah mengilhamkan kepada ku untuk membaca
: Subhaanallaahi walhamdu lillahi wa laa ilaaha illallahu wallaahu akbar (Maha suci Allah,
segala puji bagi-Nya, tiada tuhan selain Allah, dan Allah Maha besar), sebanyak seribu kali dalam
setiap siang hari. Dan ketika malam Allah swt mengilhamkan kepadaku untuk membaca
: "Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa
sallam" (Ya Allah Anugerahkanlah rahmat dan salam kepada Nabi Muhammad seorang nabi
yang ummi dan juga kepada keluarga dan sahabat beliau), sebanyak seribu kali setiap malam.
Lalu bagaimana halnya dengan anda? Apa yang anda katakan wahai Nabi Allah, agar aku dapat
mengambil suatu yang bermanfaat dari anda?

Atas jawaban ulat itu Nabi Daud merasa menyesal atas suara hatinya yang bernada meremehkan
terciptanya ulat itu. Dia menjadi takut kepada Allah swt, maka ia bertaubat dan berserah diri
kepada Allah swt.

Adalah Nabi Ibrahim Kekasih Allah, ketika ingat akan kesalahannya ia menjadi tak sadarkan diri,
dan gemuruh rasa takut di dalam hatinya terdengar dari jarak satu mil. Kemudian Allah mengutus
malaikat Jibril untuk mendatanganginya dan berkata : " Tuhan yang maha perkasa berkirim salam
kepadamu, dan berfirman: " Apakah Anda meilihat seorang kekasih takut pada kekasih
pujaannya?"

Demikian itulah sifat dan karakter para nabi, wali, orang yang saleh dan orang-orang zuhud,
maka renungkanlah!!
BAB 2 TAKUT KEPADA ALLAH
Penulis Para Pejalan Diterbitkan 11:39 AM
IMAM GHAZALI

KITAB KLASIK

MUKAASYAFATUL QULUB

Abu Laits brkata: “ Allah swt mempunyai malaikat-malaikat yang ada di Langit. Sejak mereka
diciptakan, mereka selalu sujud kepada Allah swt sampai hari kiamat.” Rasa takut mereka akan
menyalahi perintah Allah swt membuat persendian mereka menjadi gemetar.

Ketika hari kiamat tiba, mereka mengangkat kepala mereka seraya berkata: “Maha suci Engkau,
rasanya kami belum mengabdi sepenuhnya kepada-Mu. “ Itulah maksud dari firman Allah swt. :
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka, dan melaksanakan apa yang
diperintahkan (Kepada Mereka) (QS. An-Nahk:50)

Maksudnya adalah mereka tidak pernah mendurhakai Allah swt barang sedikitpun walau hanya
sekejab mata. Rasulullah saw bersabsa: “Ketika tubuh seseorang bergetar karena takut kepada
Allah swt, maka dosa-dosanya menjadi berguguran, sebagaimana rontoknya dedaunan dari suatu
pohon.

Lihat Pembahasan Bab 1 AL-KAHUF dalam kitab Mukaasyafatul Qulub


Daftar isi kitab Mukaasyafatul Qulub lihat di sini Terjemahan Kitab Mukaasyafatul Qulub

Takut Kepada Allah - Kitab Mukaasyafatul Qulub

Syahdan, ada seorang laki-laki yang hatinya tertambat pada seorang wanita berparas cantik. Suatu
ketika wanita itu pergi untuk suatu keperluan, laki-laki tersebut ikut menyertainya. Sesampainya
di Hutan keduanya selalu terjaga dan tak bisa tidur, sementara rombongan yang lain sudah
terlelap dalam diturnya. Kesempatan itu digunakan si laki-laki untuk mengutarakan isi hatinya
kepada wanita pujaan hatinyaitu.

Lalu si wanita berkata: “ Lihatlah pakah orang-orang itu sudah tertidur semua?” Mendengar
ucapan wanita itu, hatinya menjadi berbunga-bunga, ia mengira bahwa wanita itu akan memenuhi
harapan hasrat hatinya. Dia segera bangkit, mengintari rombongan kafilah, sorot matanya
menatap ke sana kemari ke arah semua rombongan, ternyata semua orang sudah terlelap dalam
tidurnya.

Lalu ia kembali kepada si wanita dan berkata: “Benar, semua orang telah tidur. “ Wanita itu
kembali bertanya: “Bagaimana pendapatmu menganai Allah swt Apakah Dia Tidur?” Si laki-laki
menjawab: “Sesungguhnya Allah senantiasa terjaga, Dia tidak mengantuk, tidak pula tidur."
“Sesungguhnya Tuhan tidak mengantuk dan tidak pula tidur, Dia selalu melihat kita, sekalipun
orang yang sudah tertidur itu tidak melihat kepada kita. Oleh sebab itu, Dia sepatutnya lebih
ditakuti.” Kata wanita itu.
Akhirnya laki-laki itu menjadi sadar, lalu meninggalkan wanita itu, karena takut kepada Allah
yang maha pencipta, dia kembali ke rumah dan bertaubat kepada Allah swt. Setelah meninggal
dunia, orang-orang bermimpi melihatnya di dalam tidur. Dia ditanya: “ Bagaimana Allah
memperlakukan Aanda?” Dia menjawab: “Allah swt telah mengampuniku, sebab ketakutanku
kepada-Nya, dan karena aku meninggalkan rencana untuk berbuat dosa dengan wanita pujaan
hatiku.”

Di dalam kitab Majami’ul Latha’if terdapat sebuah kisah bahwa pada zaman dahulu ada seorang
‘abid(Hamba Allah yang Ahli ibadah) dari kalangan Bani Israil yang mempunyai banyak
keluarga. Suatu ketika ia dilanda krisis Ekonomi, sehingga kondisinya benar-benar kritis dan
memprihatinkan. Lalu istrinya disuruh mencari sesuatu yang dapat buat makan keluarganya.

Si Wanita itu kemudian pergi mendatangi rumah seorang saudagar untuk mendapat suatu yang
dapat dimakan keluarganya. Setelah ia mengutarakan maksud kedatangannya, saudagar yang
kaya raya itu berkata kepadanya: “Baiklah, asal kau mau menyerahkan tubuhmu kepadaku.”
Mendengar jawaban itu, wanita itu menjadi terpaku diam membisu, lalu memutuskan untuk
kembali pulang ke Rumah.

Sesampainya di Rumah, anak-anaknya yang kelaparan merintih pedih, sambil memanggil-


manggil: “Ibu, ibu kami sangat kelaparan, kami sudah hampir mati, karena tak kuat menahan rasa
lapar, berilah kami apa saja yang bisa kami makan.” Mendengar rintihan dan tangisan anak-
anaknya ayang begitu menyayat hari, sang ibu memutuskan untuk kembali kepada saudagar yang
kaya raya itu dan menceritakan kondisi kekeritisan yang melanda keluarganya. “apakah anda
bersedia memenuhi keinginanku?” Tanya saudagar.

Mulut wanita itu menjadi terkatup, seakan terkunci untuk mengatakan ya, namun dengan berat
hati dan terpaksa dia menganggukkan kepalanya. Ketika saudagar itu hanya berdua dengannya,
semua persendian wanita itu menjadi bergetar, seakan semua anggota tubuhnya mau terlepas dari
tempatnya. Saudagar itu bertanya: “Ada Apa dengan anda ini? Mengapa tubuh anda gemetar?”
“Sungguh aku takut kepada Allah” Jawabnya singkat.
Saudagar berkata: “Anda dengan kondisi yang demikian yang begitu kesulitan dan kefakiran
yang amat kritis seperti ini, masih takut kepada Allah, semestinya aku yang seharusnya lebih
takut kepada Allah dibandingkan dengan Anda.” Kemudian saudagar itu memenuhi kebutuhan
yang diperlukan oleh wanita itu dan pergi meninggalkannya. Wanita itu lalu puland dengan
membawa banyak makanan, dan bergembiralah mereka.

Kemudian Allah swt memberikan wahyu kepada nabi Musa as. : “Hai Musa, Katakanlah kepada
si Fulan bin Fulan, seorang saudagar yang kaya itu, bahwa Aku telah mengampuni dosa-
dosanya.” Maka datanglah nabi Musa menemui saudagar itu dan berkata: “ Hai si Fulan, apa yang
telah anda perbuat terhadap Tuhanmu, sehingga ia menurunkan wahyu agar aku menemuimu.”

Lalu saudagar itu bercerita kepada Nabi Musa mengenai kisah antara dirinya dengan wanita
tersebut. Setelah saudagar selesai bercerita, Musa berkata: “ Sesungguhnya Allah swt telah benar-
benar mengampuni dosa-dosa anda yang telah lalu.”
Diriwayatkan dalam sebuah hadis qudsi bahwa nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt
berfirman: ‘Dua hal yang tidak aku kumpulkan pada seorang hamba, yaitu rasa takut dan rasa
aman. Barangsiapa yang takut kepada-Ku di dunia maka Aku akan berikan rasa aman di Akhirat,
dan barangsiapa yang merasa aman (dari azab-Ku) didunia, maka akan kuberikan rasa takut di
akhirat.’ “

Allah swt berfirman : “ Maka janganlah kamu takut kepada manusia dan takutlah kepada-Ku.”
(QS. Al-Maidah:44),. Dan firman-Nya dalam ayat yang lain: “Karna itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali
Imran:75)
Adalah Umar, suatau ketika ia jatuh pingsan, disaat dia mendengar alunan bacaan ayat Al-Quran,
karena takut kepada Allah swt.

Pada suatu hari, ia juga pernah mengambil jerami, lalu berkata: “Alangkah baiknya, seandainya
dulu aku menjadi suatu jerami, bukan yang disebut-sebut seperti yang sekarang ini. Dan alangkah
baiknya jika ibuku tidak melahirkan aku.” Kemudian ia menangis sepuas-puasnya, hingga air
matanya mengalir bagaikan dua aliran sungai yang membentuk garis hitam di pipinya.

Nabi saw bersabda: “ Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah,
sehingga ada air susu yang kembali ketempat aslinya.”
Diterangkan didalam kitab Daqa’iqul akhbar, bahwa pada hari kiamat, akan didatangkan seorang
hamba, setelah ditimbang amal perbuatannya, kejahatannya lebih berat daripada kebaikannya,
maka ia diperintahkan untuk dibawa ke Neraka.

Sehelai bulu dari bulu matanya berbicara: “Ya Tuhanku, Rasul-Mu Muhammad saw pernah
bersabda: ‘Barang siapa yang pernah menangis karna takut kepada Allah, Maka Allah
mengharamkan matanya tersentuh api Neraka.’ Sesungguhnya mataku biasa menangis karna
takut kpada Allah swt. “ Akhirnya Allah swt yang maha pengampun lagi maha penyayang
mengampuni dosa-dosa hamba itu dan menyelamatkannya dari api Neraka, akibat pengaduan
sehelai bulu mata karna biasa menangis karna takut kepada Allah swt, ketika masih di dunia.

Kemudian malaikat jibril mengumumkan bahwa telah selamat si Fulan bin Fulan dari neraka
berkat sehelai bulu matanya yang menangis karena takut kepada Allah.

Di dalam kitab bidayatul hidayah, disebutkan bahwa, ketika hari kiamat tiba, maka neraka
Jahannam didatangkan. Gemuruh suara dan nyala apinya amat menggertakan dan mengerikan.
Saat itu, semua umat menjadi berlutut, karena tercekam kesedihan menghadapinya.
Allah berfirman: “Dan (Pada hari itu) kamu liat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil
untuk melihat buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan atas apa yang telah kamu
kerjakan.” (QS. Al-Jatsiyah:28).
Yakni semua umat pada hari itu merangkak dengan lututnya. Ketika penghuni neraka digiring
menuju ke Neraka, kegeraman dan gemuruh nyala api neraka itu, terdengar oleh mereka dari
jarak perjalanan sejauh lima ratus tahun.

Setiap orang termasuk para Nabi berkata Nafsi, Nafsi (Maksudnya mereka sibuk dengan urusan
mereka masing-masing untuk mencari selamat) Kecuali Nabi yang istimewa Nabi Muhammad
saw beliau akan berkata: “Ummati, Ummati” (Selamatkanlah ummatku, ummatku).

Kemudian keluarlah nyala api neraka jahannam itu bergulung-gulung laksana gunung-gunung.
Tetapi umat Muhammad berusaha menangkis dan meghalangi sembarannya, seraya berkata:
“wahai api, demi hak orang-orang khusu’ dan demi hak orang-orang yang berpuasa, kembalilah
kamu.” Namun api itu tetap tidak memperdulikannya dan tidak mau kembali.

Ketika jibril mengumumkan bahwa api nereka menuju ke arah Muhammad saw, dia
membawakan semangkok air, lalu rasullah segera meraihnya. Malaikat jibril berkata:” Hai
Muhammad, ambilah air ini dan siramkanlah kepada api itu.”

Kemudian beliau menyiramkan air itu pada api yang menyembar-nyembar, sehingga api menjadi
padam seketika. Nabi saw bertanya kepada Jibril: “ Wahai Jibril, air apakah ini” Ini adalah air
mata-air mata dari ummatmu yang menangisi dosanya karna takut kepada Allah swt.

Seorang penyair berkata dalam bait syairnya: “Wahai kedua mataku, menagislah engkau karena
dosa-dosaku, sementara umurku terus berserakan tanpa aku sadari.”

Disebutkan dalam sebuah hadis, Nabi saw bersabda: “Tidak seorangpun dari hamba Allah yang
beriman yang kedua matanya mengeluarkan air mata mengenai permukaan wajahnya, sebesar
kepala lalat, karena takut kepada Allah swt, maka dia tidak akan disentuh api neraka selama-
lamanya.”
Diceritakan dari Muhammad bin Al-Mundzir, bahwa ketika dia menangis, dia mengusap-
ngusapkan air matanya itu pada wajah dan jenggotnya, seraya berkata: “ Telah sampai suatu
riwayat kepadaku bahwa api neraka tidak akan menyentuh tempat yang dilinangi air mata (Yang
menetes karena takut kepada Allah).”

Oleh sebab itu, bagi orang mukmin seharusnya takut terhadap siksa Allah swt, dan mencegah
dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsu. Allah berfirman: “Adapun orang yang
melampaui batas, dan lebih mengutamakan kepentingan Dunia, sesungguhnya nerakalah tempat
tinggalnya.

Adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tingalnya.” (QS.AN-Nazi’at:37-41)

Barangsiapa yang ingin selamat dari siksa Allah swt dan memperoleh pahala serta rahmat-Nya,
maka hendaklah ia bersabar atas segala penderitaan dan kesulitan hidup di Dunia, bersabar dalam
mnjalanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Diterangkan di dalam kitab Zahrur Riyadh, bahwa Nabi saw bersabda: “Ketika ahli syurga,
masuk ke syurga, para malaikat menjemput mereka dengan berbagai kebaikan dan kenikmatan.
Mimbar-mimbar kehormatan disiapkan dan hamparan permadani digelar serta berbagai macam
makanan dan buah-buahan dihidangkan.

Dengan penghormatan yang begitu mulia dan sajian kenikmatan dan makanan beraneka macam
itu, mereka menjadi kebingungan. Dalam kondisi kebingunggannya itu, Allah swt berfirman: ‘Ini
bukanlah tempat kebengongan dan kebingungan.’ Lalu mereka menjawab: ‘ Sesungguhnya kami
mempunyai perjanjian dan sekarang benar-benar telah tiba saatnya.’

Kemudian Allah swt berfirman kepada malaikat: ‘ Angkat dan singkap tabir-tabir yang menutup
wajah itu.’ Para malaikat berkata: ‘Ya tuhan kami, mengapa Engkau persilahkan mereka untuk
melihat Mu? Padahal mereka adalah orang-orang yang durhaka.’ Allah swt kembali berfirman:
‘Angkatlah tabir itu karena mereka adalah golongan orang-orang yang biasa berzikir, bersujut dan
menangis karena mengharapkan bertemu dengan-Ku ketika di Dunia.’

Lalu diangkatlah tabir-tabir itu, sehingga mereka bisa langsung melihat Allah swt dan seketika
mereka bersujud kepada-Nya. Maka Allah swt berfirman: ‘Angkatlah kepala-kepala kalian,
karena disini bukanlah tempat beramal, tetapi tempat kemuliaan.’ “

Allah swt terlihat oleh mereka tana bisa digambarkan bagaimana dan bagaimana, Dengan penuh
keramahan Allah swt memberikan penghormatan dan penyambutan: “ selamat bagi anda wahai
hamba-hamba-Ku, Aku benar-benar telah ridha kepada Anda, lalu pakah Anda juga ridha kepada-
Ku?” “Mengapa kami tidak Ridha wahai tuhan Kami? Engkau telah memberi suatu kenikmatan
kepada kami yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar telinga, dan tak pernah
terlintas di hati seorang manusia pun.

Lanjut membaca ke Bab 3 Antara Sabar dan sakit Kitab Mukaasyafatul Qulub

Demikian itu, antara lain maksud firman Allah swt: “Allah ridha terhadap mereka, dan mereka
Ridah kepada-Nya.”(QS. Al-Bayyinah:8) Allah berfirman: “Salam, sebagai ucapan selamat dari
Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS.Yaa Siin:59)
BAB 3 ANTARA SABAR DAN SAKIT
Penulis Para Pejalan Diterbitkan 6:24 AM
IMAM GHAZALI

KITAB KLASIK

MUKAASYAFATUL QULUB

Barangsiapa yang ingin selamat dari siksa Allah swt, memperoleh pahala, Anugerah dan rahmat-
Nya serta masuk ke dalam surge-Nya, maka hendaklah ia menahan nafsunya dari kesengan-
kesengan dunia dan bersabar terhadap penderitaan dan musibah yang menimpanya.
Allah swt berfirman: “Allah menyukai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imran: 146)

Sabar itu dapat dikualifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Sabar dalam memjalankan ketaatan kepada Allah swt

2. Sabar dalam menjauhi larangan-larangan Allah swt

3. Sabar terhadap musibah

Bab.3 Kitab Mukaasyafatul Qulub

Orang yang bersabar dalam menjalankan ketaatan dan kebaktian kepada Allah swt., maka besok
pada hari kiamat, Allah memberikan kepadanya 300 derajat di syurga, seluas antara langit dan
bumi. Orang yang bersabar dalam menjauhi larangan-larangan Allah swt, maka besok pada hari
kiamat Allah akan meberikan kepadanya 600 derajat di syurga.

Jarak dari setiap derajat selas antara langikt ke tujuh (llangit tertingi) dan bumi yangke tujuh
(bumi) yang pling bawah. Sedangkan bagi seseorang yang bersabar menghadapi musibaah, maka
Allah akan memberikannya seratus derajat di syurga. Jarak dari setiap derajat, seluas antara Arasy
dan Bumi.

Lihat Daftar Isi Terjemahan Kitab Muqaasyafatul Qulub

Dikisahkanm bahwa Nabi Zakaria as. Berlari dari kejaran orang-orang yahudi, namun mereka
tetap mengejar mengikuti jejaknya. Ketika mereka telah mendekatinya, Nabi Zakaria melihat
sebuah pohon yang ada di depannya, Dia berkata kepada pohon itu: “Hai pohon, masukkanlah
aku ke dalam batangmu.” Maka pohon itu menjadi terbelah, dan masuklah Nabi zakaria ke
dalamnya.

Setelah ia masuk kedalamnya pohon itu, terkatup dan menutup kembali dan nabi Zakaria
bersembunyi di dalamnya. Iblis menyaksikan peristiwa itu, dan memerintahkan kepada orang-
orang Yahudi yang mengejar Nabi Zakaria as untuk menggergaji membelah pohon itu agar Nabi
Zakaria terpotong dan terbelah, sehingga mati di dalamnya.

Mereka benar-benar melakukan apa yang diperintahkan Iblis. Hal itu terjadi karena Nabi Zakaria
mengandalkan pohon itu, bukan pada Allah swt, sehingga menyebabkan kebinasaannya. Dia mati
terbelah menjadi dua dengan gergaji.

Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Nabi saw bahwa beliau bersabda: “ Tidaklah ada
seorang hamba pun yang tertimpa musibah, lalu dia berserah diri kepada-Ku, kecuali Aku akan
memberikan (permintaannnya) sebelum ia memintanya dan AKu akan mengabulkan
(permohonan) sebelum ia berdoa meohon kepada-Ku. Dan Tidak ada seorang hamba pun yang
tertimpa musibah, lalu ia bergantung kepada mahluk selain Aku, Kecuali Aku tutup pintu-pintu
langit (rahmat) Baginya.
Ketika proses penggergajian kayu yang ada di dalamnya Nabi Zakaria tersebut, sampai pada
otaknya, Dia berteriak menjerit kesakitan. Lalu dikatakan kepadanya: “Hai Zakaria, sesunggunya
Allah berfirman kepadamu: ‘Mengapa Anda tidak bersabar menghadapi musibah sakit dan
berkata Aduh? Seandainya Anda mengatakannya sekali lagi, maka aku kan mengeluarkan
namamu dari daftar para nabi.’ ”Maka Nabi Zakaria menggigit bibirnya bersabar menahan rasa
sakit, hingga mereka benar-benar membelahnya menjadi dua.

Oleh sebab itu bagi orang yang berakal wajib bersabar dalam menghadapi musibah dan tidak
mengadukannya kepada Manusia, agar dia selamat dari azab dunia dan akhirat. Karna musibah
atau ujian paling berat adalah yang ditimpakan kepada para Nabi dan wali (kekasihnya)-Nya.
Junaid Al-Baghdadi berkata: “ Musibah atau bala’ merupakan pelita (penerang) bagi orang-orang
arif, menggeliatkan kebangkitan bagi orang-orang yang menghendaki keridhaan Allah swt. Ia
merupakan kebaikan bagi orang-orang beriman dan kebinasaan bagi orang-orang yang lengah.
Tak seorangpun yang dapat merasakan manisnya keimanan, sehingga ia ditimpa musibah, lalu dia
ridha dan bersabar.”
Nabi Muhammad saw bersabda: “Barang siapa yang menderita sakit semalam, lalu ia bersabar
dan ridha kepada Allah, maka dia menjadi keluar dari dosa-sosanya, sebagaimna di saat ia
terlarhir dari ibunya. Maka ketika anda sakit, hendaklah kiranya (bersabar) tidak terlalu
mengharapkan kesembuhan.”

Ad-Dhahak berkata: “Barangsiapa yang tidak diuji dengan suatu musibah, kesulitan, atau bala’
selama 40 hari, maka tidak ada suatu kebaikanpun baginya di sisi Allah.”
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, dia berkata: “ Ketika Allah memberikan ujian kepada
seorang hamba yang beriman dengan suatu penyakit, Dia berfirman kepada para malaikat yang
ada di sisi kiri: ‘Angkatlah kalam (pena pencatat amal) daripadanya. ‘ Sementara kepada para
malaikat yang ada di sisi kanan, Dia berfirman: ‘Tulislah buat hambaku, amal kebaikan yang
pernah ia lakukan dengan sebaik-baiknya.’ “
Di dalam hadis lain juga disebutkan, dari Nabi saw.: “Ketika seorang hamba sakit, Allah swt
mengutus dua malaikat kepadanya, serta berfirman: ‘Lihatlah apa yang diucapkan hamba-Ku. ‘”
Kalau dia perkata, Alhamdulillah, maka ucapan itu dilaporkan kepada Allah swt sedangkan dia
sesungguhnya maha mengetahui. Selanjutlah Allah swt berfirman: “Kalau aku mematikannya,
maka menjadi sebuah kewajiban bagi-Ku untuk memasukkannya kedalam syurga.

Dan kalau aku memberikan kesembuhan kepadanya, maka menjadi sebuah kewajiban bagi-Ku
untuk mengganti dagingnya dengan daging yang lebih baik daripada daging sebelumnya,
mengganti dengan darah yang lebih baik dari darah sebelumnya, dan aku akan mengampuni dosa-
dosanya.

Diceritakan, bahwa pada zaman dahulu dikalangan Bani Israil, ada seorang laki-laki fasik, dia
terus menerus melakukan kefasikannya, hingga meresahkan penduduk negerinya, namun mereka
tidak memiliki kekuatan dan keberanian untuk menghentikan kdurhakaannya.

Mereka hanya melakukan perlawanan dengan berdoa dan merendahkan diri kepada Allah, hingga
akhirnya Allah menurunkan wahuyu kepada Nabi Musa as. : “Hai musa, di tengah-tengah kaum
Bani Israil terdapat seorang pemuda durhaka yang meresahkan mereka, namun mereka tidak
kuasa untuk mengusirnya. Mereka khawatir terkena api neraka, sebab ulah kefasikannya, maka
usirlah dia,”

Kemudian datanglah Nabi Musa menemui pemuda fasik itu dan mengusirnya. Lalu pemuda itu
pergi meninggalkan desa tempat tinggalnya ke desa yang lain. Tetapi dia juga diusir dari desa itu,
sehingga harus berpindah ke desa yang lain. Dia terus diusir dari desa ke desa, sampai akirnya dia
terusir ke suatu hamparan padang pasir yang sangat panas. Tak ada tumbuh-tumbuhan, burung-
burung dan tidak ada pula mahluk-mahluk yang lain.

Ditengah-tengah gurun pasir yang panas itu dia jatuh sakit tanpa ada seorang pun yang
menolongnya. Dia terbaring di atas pasir yang panas sambil menyandarkan kepalanya pada bait-
bait padang pasir yang kering kerontang, dia berkata: “ Seandainya ibuku berada di atas kepalaku,
tentu ia akan merasa kasihan kepadaku dan menangisi kenistaanku, sekiranya ayah ada disini,
tentu ia akan membantuku dan mengurus segala keperluanku, andai istriku ada di sisiku, tentu ia
kan menangisi kepergianku, dan seandainya anak-anakku hadir di sini, tentu mereka akan
menagisi jenazahku dan berdoa : ‘Ya Allah, ampunilah ayahku yang terusir dan tidak berdaya ini,
dia terbuang jauh dari desa ke desa hingga terlempar jauh kepadang pasir yang ganas ini.

Dia keluar dari dunia menuju akhirat dengan membawa penyesalan dan keputusasaan yang
teramat dalam.’ Selanjutnya pemuda itu berkata, Ya Allah, Engkau telah memisahkan aku dari
kedua orang tuaku, dari anak-anak dan istriku, tapi janganlah Engkau putuskan aku dari rahmat-
Mu. Engkau telah membakar hatiku, karna berpisah dengan mereka, tapi janganlah Engkau bakar
aku dengan Api neraka-Mu, sebab kefasikan.

Kemudian Allah swt mengutus seorang bidadari yang menyerupakan diri seperti ibunya, seorang
bidadari yang menyerupakan diri seperti istrinya, dan anak-anak yang menyerupai anak-anaknya,
serta seorang malaikat yang menyerupakan diri seperti ayahnya.

Mereka semua duduk di sisinya dan menangisinya. Si Pemuda itu berkata : “Ini ayah ku, ibu, dan
istri serta anak-anakku, semua datang kepadaku.” Maka hatinya menjadi terhibur dan gembira.
Lalu dia menghembuskan nafas yang terakhir, mati dalam keadaan suci dan terampuni.

Lihat Pendapat Para Ulama Salaf Tentang Nyanyian bab 87 Hukum Mendengarkan
Nyanyian, Kitab Mukaasyafatul Qulub

Kemudian Allah swt menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as. “Hai Musa, pergilah ke padang
begini…. dan ditempat begini….., karena ditempat itu telah mati seorang wali dari wali-wali-Ku.
Datanglah kepadanya, uruslah jenazahnya dan makamkanlah ia.”

Ketika nabi Musa sampai ke tempat tersebut, dia melihat ternyata jenazah itu, adalah jenazah
seorang pemuda fasik yang diusirnya dari negeri dan kampung halamannya atas perintah Allah
swt. Yang lebih mengherankan lagi, jenazah itu dikelilingi oleh bidadari yang bermata jeli. Lalu
nabi Musa berkata : “Wahai Tuhanku, bukankah ini adalah jenazah pemuda gasik yang aku usir
dari negeri dan kampung halamannya atas perintah-Mu?”

Allah swt berfirman: “Hai Musa, benar dia memang pemuda itu, tetapi aku telah merahmati dan
mengampuninya, sebab dia adalah orang yang terusir dan tak berdaya. Di Tengah kesendiriannya,
karena terusir dari negerinya dan terpisah dari Ayah, Ibu, istri dan anak-anaknya, dia menderita
sakit, dia merintih kesakitan dan hanya mengadu keapada-Ku, maka aku mengutus seorang
bidadari yang menyerupai ibunya, seorang bidadari yang menyerupai istrinya, seorang malaikat
yang menyerupai ayahnya.

Semua merasa iba atas keterasingan dan ketidaberdayaannya di tempat yang terpencil itu. Karena
apabila ada seseorang yang mati dalam keterasingan di tempat yang terpencil, maka penghuni
langit dan bumi menangis karna merasa ibu kepadanya. Maka bagaimana aku tidak
menyayanginya, sementara aku adalah Tuhan yang paling penyayang di antara para penyayang.

Apabila seorang terisolir dari keluarganya dalam keadaan naza’ (kritis atau koma), maka Allah
swt berfirman: “Hai malaikat-malaikat-Ku, orang terasing ini adalah pengembara yang
meninggalkan anak-anak, keluarga dan orang tuanya. Ketika dia mati, tidak seorangpun yang
menangis dan bersedih atas kematiannya.” Kemudian Allah swt memerintahkan malaikat untuk
menyerupai ayahnya, ibu dan anak-anaknya, sehingga ia membuka matanya dan dapat melihat
kedua orang tuanya, anak dan keluarganya, kemudia hatinya menjadi tenang. Setelah itu barulah
ia menghembuskan nafasnya dalam keadaan tenang dan gembira.

Kemudian ketika jenazahnya diusung kepemakaman, para malaikat ikut mengirinya dan
mendoakan di atas kuburannya sampai hari kiamat. Hal yang demikian itu, sesuai dengan firman
Allah swt: “Allah maha lembut terhadap hamba-Nya (QS. Asy-Syura:19)

Ibnu Atha’ berkata: “Seorang hamba dapat dilihat kebenaran dan kepura-puraan di saat ia dalam
kondisi susah dan lapang. Barangsiapa yang bersyukur di saat dalam keadaan lapang dan
berkeluh kesah dalam keadaan sulit, maka ia termasuk orang yang bohong.” Seandainya ilmu
seluruh manusia berkumpul pada seseorang, lalu dia berkeluh kesah atas musibah yang
menimpanya, maka ilmu dan amalnya tidak bermanfaat baginya.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis qudsi bahwa Allah berfirman: “Barangsiapa yang tidak
rela denga qada’-Ku dan tidak bersyukur atas pemberian-Ku, maka hendaklah dia mencari Tuhan
selain Aku.”

Diceritakan dari Wahab bin Manabbih, bahwa ada seseorang nabi yang mengabdi kepada Allh
swt selama 40 Tahun. Kemudian Allah swt berfirman kepadanya: “Sesungguhnya aku
mengampunimu.” Nabi itu berkata: “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau harus mengampuni-Ku,
sementara aku tidak pernah berbuat dosa sama sekali.” Maka Allah memerintahkan satu urat
tubuhnya berdenyut dan bereaksi yang membuatnya kesakitan dan tidak bisa tidur semalaman.

Ketika pagi hari datang, ia mengadukan kepada malaikat perihal sakit yang dideritanya
semalaman sebab denyutan satu urat dari tubuhnya itu. Malaikat itu lalu berkata: “Ketahuilah
bahwa tuhan berfirman kepada Anda: ‘Sesungguhnya pahala ibada selama 50 Tahun tidak bisa
mengimbangi rintihan dan keluhan anda semalam, hanya karena sakit yang disebabkan oleh satu
urat saja dari tubuh anda.’ “
BAB 4 ANTARA RIYADHAH DAN KECENDURANGAN
NAFSU
Penulis Para Pejalan Diterbitkan 11:58 AM
IMAM GHAZALI

KITAB KLASIK

MUKAASYAFATUL QULUB

Allah swt memberikan wahyu kepada Nabi Musa as. Dia berfirman: “Wahai musa, bila anda
ingin aku lebih dekat denganmu, daripada antara perbincangan dengan lidahmu, bisikan hati
dengan hatimu, nyawa dengan badanmu, sinar pengelihatan dengan matamu, dan antara
kedekatan hubungan antara pendengaran dan telingamu, maka perbanyaklah membaca shalawat
atas Nabi Muhammad saw.”
Lihat pembahasan Bab 3 Kitab Mukaasyafatul qulub ANTARA SABAR DAN SAKIT

Allah swt berfirman: “…. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat)”(QS.Al-Hasyir:18)

Wahai manusia, ketahuilah bahwa nafsu yang selalu memerintahkan kepada Anda untuk
melakukan kejahatan, sesungguhnya lebih memusuhi anda daripada Iblis. Kekuatan Iblis hingga
mampu menguasai Anda, tiada lain karena pertolongan hawa nafsu dan kesenangan-
kesenangannya yang menyesatkan. Oleh sebab itu, jangan sampai Anda tertipu oleh hawa nafsu,
melalui angan-angan kosong, tipu daya dan bertindak lambat, santai dan bermalas malasan.
Semua ajakan iblis adalah bathil, segala yang timbul dari doktrin dan perintahnya adalah tipu
daya yang menyesatkan belaka.

JIka anda senang dengan kemauan hawa nafsu dan mengikuti perintahnya, tentu anda akan
celaka. Jika anda lengah dalam mengawasinya, tentu anda akan tenggelam dan jika anda lemah
dala melakukan perlawanan terhadapnya, serta mengikuti saja kemauannya, tentu ia akan
menyeret anda kedalam neraka.

Nafsu bukanlah suatu yang dapat diarahkan menuju kebaikan. Dia adalah pangkal dari segala
bencana dan sumber dari segala aib. Ia merupakan markas kekayaan iblis dan tempat
berlindungnya setiap kejahatan yang tidak ada yang dapat mengetahui kecuali Allah swt yang
menciptakanna. Karenanya, takutlah kepada Allah sesungguhnya allah maha mengathui apa yang
kamu kerjakan.

Ketika seorang hamba berfikir tentang usianya yang telah berlalu demi kepentingan akhiratnya,
maka pemkiran semacam itu, dapat membersihkan hati. Nabi saw bersabda: “Berfikir satu jam,
lebih baik daripada beribadah satu tahun.” Demikian, sebagaimana disebutkan di dalam Tafsir
Abu Laits.
Oleh sebab itu sudah seharusnya bagi orang yang berakal itu bertaubat dari dosa-sosanya yang
telah lalu. Berfikir tentang hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt dapat memupus
angan-angan kosong, dan menjadikan selamat di perkampungan akhirat.

Di samping itu, ia juga seharusnya segera bertaibat, ingat kepada Allah swt., meninggalkan
larangan-larangan-Nya, dan bersabar untuk tidak mengikuti keinginan hawa nafsu. Nafsu itu
ibarat berhala, maka barangsiapa yang mengabdi kepada nafsu, berarti dia mengadi kepada
berhala. Tetapi barangsiapa yang mengabdi kepada Allah dengan penuh keikhlasan, berarti dia
telah mengalahkan hawa nafsunya.

Ada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa pada suatu ketika Malik bin Dinar berjalan di
pasar Bashrah, ketika melihat buah tin ia menginginkannya. Maka dia melepas sendalnya dan
diberikan kepada si penjual buah itu, sambil berkata:Ambilah sandal ini, dan berikan aku buah
Tin sebagai gantinya.” Si penjual buah melihat sandal itu dan berkata:”Sandal ini tidak cukup
untuk ditukar dengan satu buah pun.” Maka malik bin Dinar berlalu meninggalkannya.

Lalu ada seseorang yang bertanya kepada si penjual buah itu:” Tidakkah kau engakau mengenal
siapa dia?” “Tidak,” Jawab si penjual buah itu singkat. Kemudian dikatakan kepadanya:”Dia
adalah Malik bin Dinar.” Mendengar jawaban itu, si penjual buah langsung memerintahkan
kepada budak pelayannya agar segera menyusulnya dengan membawa sebuah bakul yang penuh
dengan buah tin. Dia berkata kepadabudaknya:”Kalau dia mau menerima ini, maka kamu menjadi
merdeka.”

Maka budak itu berlari-lari mengerjar Malik bin Dinar, ketika dapat menyusulnya ia
berkata:”Tuan Terimalah ini dari saya.” Tetapi Malik bin Dinar menolaknya. Budak itu kembali
berkata:”Terimalah ini tuan, karena didalamnya terdapat kemerdekaanku.” Malik bin dinar
menjawab:” Kalau didalamnya terdapat kemerdekaanmu, didalamnya juga terdapat siksaanku.”
Budak itu masih terus berusaha merayu dan membujuk malik bin Dinar, tetapi ia berkara:”Aku
bersumpah, tidak akan menjual agama dengan buah tin itu, dan aku tidak akan memakannya
sampai hari kiamat.”
Diceritkan, bahwa ketika Malik Bin Dinar menderita sakit hingga menyebabkan kematiannya, dia
menginginkan semangkok madu bercampur susu dan roti hangat. Kemudian datanglah seorang
pelayan mengantarkannya dan menyajikan apa yang diinginkannya itu.

Ketika makan itu telah tersedia dihadapannya, ia mengambil dan melihatnya sesaat, lalu berkata:
" Wahai nafsu, Anda telah bersabar (Untuk tidak memakannya) selama tiga puluh tahun, kini
umurmu hanya tinggal sesaat saja, mengapa anda tidak mau bersabar.?" Lalu dia melepaskan
tangannya dan berpaling dari makanan yang ada dalam mangkok itu, dia bersabar dalam menahan
keinginannya dan tidak memakannya.

Sesaat setelah ia melepaskan dan berpaling dari makan itu, dia menghembuskan nafasnya
(meninggal dunia).

Demikianlah kondisi para nabi dan wali dalam usahanya untuk mengendalikan hawa nafsunya.
Mereka adalah orang-orang yang memegang teguh komitmen keimanannya dengan penuh
kesabaran, merindukan Allah swt dan zuhud dalam kehidupannya.

Nabi sulaiman bin Daud berkata: "Sesungguhnya perjuangan seseorang untuk dapat
mengalahkan hawa nafsunya adalah lebih berat daripada usaha seseorang untuk menaklukkan
sesuah kota seorang diri."

Ali Bin Abi Thalib Karramallaahu wajahu berkata:" Tidaklah ada antara aku dan nafsuku,
melainkan seperti seorang pengembala kambing. Ketika dia dapat menghalau dan menumpulkan
kambing-kambingnya dari satu arah, maka berpencarlah kambing-kambing itu dari arah yang
lain. Barangsiapa yang dapat membunuh (mengendalikan) hawa nafsunya maka dia akan
diselimuti dengan kafan rahmat dan dimakamkan dalam makam kemuliaan. Sementara orang
yang membunuh hatinya, maka dia dibungkus dengan kafan laknat dan dikebumikan dalam
makam siksaan."

Yahya bin Mu'adz Ar-Razi berkata:"Perangilah hawa nafsumu dengan melakukan kebaktian
kepada Allah swt. dan berriyadhah. Riyadhah ialah sedikit tidur, sediki bicara dan sedikit makan
serta bertahan dari gangguan manusia.

Sedikit tidur dapat membuat keinginan-keinginan hati menjadi baik, sedikit bicara menimbulkan
keselamatan dari bahaya, dan bersabar dalam menghadapi gangguan manusia dapat
mengantarkan untuk sampai pada derajat yang tinggi. Dan dengan sedikit makan akan
melenyapkan kesenangan-kesenangan hawa nafsu."

Banyak makan dapat menyebabkan hati menjadi keras dan membatu serta nurnya lenyap.

Nur Hikmah akan memancar dari sebab lapar.

Sedangkan kekenyangan akan membuat jauh dari Allah swt.

Rasulullah saw. bersabda : "Terangilah hati Anda dengan lapar dan perangilah hawa nafsu
Anda dengan lapar dan haus. Rajin-rajinlah untuk terus menerus mengetuk pinta syurga
dengan lapar pula. Karena pahala menjalankan semua itu, laksana pahala orang yang
berjihad dijalan Allah swt. Sesungguhnya tidak ada amal yang lebih dicintai Allah swt.
daripada lapar dan haus. Sedangkan orang yang memenuhi perutnya (Kekenyangan) tidak
akan dapat memasuki kerjaan langit dan kehilangan manisnya ibadah"

Pembahasan bab 4 ini ANTARA RIYADHAH DAN KECENDURANGAN NAFSU masih


berlanjut insyaAllah pada kesempatan berikutnya. Demikian semoga bermanfaat.
BAB. 5 KEMENANGAN NAFSU DAN PERMUSUHAN
SYETAN
Penulis Lombok Blogger Diterbitkan 9:41 PM
IMAM GHAZALI

MUKAASYAFATUL QULUB
BAB. 5 KITAB MUKAASYAFATUL QULUB KEMENANGAN NAFSU DAN PERMUSUHAN SYETAN

Salam alaikum sobat Para Pejalan, Alhamdulillah saya kembali berkesempatan membagikan
kelanjutan dari terjemahan Kitab Mukaasyafatul Qulub karya Hujjataul Islam Imam Al-Ghazali.
Kita sudah sampai pada Bab 5 Kemenangan nafsu dan Permusuhan Syetan. Untuk melihat
terjemahan bab yang lain dari Kitab Mukasyafatul Qulub, saya sudah buat dalam bentuk daftar
isi, silahkan dilihat pada postingan Terjemahan Kitab Mukaasyafatul Qulub.

Kemenangan Nafsu dan Permusuhan Syetan - Kitab


Mukasyafatul Qulub

Bagi orang yang berakal, seharusnya mengendalikan kecenderungan hawa nafsuna dengan
menahan lapar. Karena lapar merupakan pengendalian terhaddap musuh Allah, sedangkan
menyuburkan setan adalah memperturutkan kesenangan hawa nafsu, makan dan minum.

Nabi saw. Bersabda: “Sesungguhnya syetan berada dalam diri anak adam berjalan bersama
peredaran darah, maka persempitlah perjalanannya dengan cara lapar. “ sesungguhnya manusia
yang lebih dekat kepada Allah swt. kelak pada hari kiamat ialah orang yang lebih lama dalam
menahan lapar dan haus. Dan dosa yang paling besar yang akan merusak dan menghancurkan
anak Adam adalah keinginan nafsu perut. Sebab keinginan nafsu perut, Adam dan Hawa diusir
dari perkampungan yang abadi, yaitu syurga pada perkampungan yang hina dan miskin, yaitu
Dunia. Ketika Tuhan melarang mereka untuk memakan buah syajarah, keduanya terkalahkan oleh
keinginan nafsu perutnya dna tetap memakan buah itu. Akhirnya aurat keduanya menjadi tampak.
Pada hakikatnya, perut merupakan sumber dari segala keinginan nafsu.
Orang hali hikmah berkata : “ Barangsiapa yang dikuasai hawa nafsunya, maka dia menjadi
tertawan oleh kecintaan terhadap keinginan-keinginan dan terkungkung dalam kesalahan-
kesalahannya. Dan hawa nafsu itu akan menghalangi hatinya untuk dapat menerima faedah.”

Barangsiapa yang menyirami anggota-anggota tubuhnya dengan memperturutkan kesenangan-


kesenangan nafsu, berarti dia menanam pohon penyesalan di dalam hatinya.
Allah swt. Menciptakan mahluk dalam tiga kategori. Dia menciptakan malaikat dan menyusun
didalam diri mereka akal, tanpa dibekali nafsu. Dia menciptakan binatang dan menyusun di
dalamnya keinginan (nafsu), tanpa dibekali dengan akal. Sementara manusia lebih baik, dia
dibekali akal juga dilengkapi dengan keinginan nafsu. Barangsiapa yang akalnya bisa
mengalahkan keinginan hawa nafsunya, maka dia kan mencapai tataran yan lebih baik dari
malaikat.

Ibrahim Al-Khawas berkata: “ Suatu ketika aku berada di gunung Lukam, saat aku melihat
sebuah Delima, aku menjadi menginginkannya, maka aku mengambil satu dan membelahnya,
namun rasanya masam, dan aku lalu meninggalkannya.” Selanjutnya aku melihat seoran laki-laki
terlempar yang dikerumuni oleh lebah-lebah. Aku mengucapkan salam kepadanya: “ Assalamu
alaika.” Dia menjawab : “ Wa alaikas salam, ya Ibrahim.” Aku berkata : “ Aku perhatikan anda
mempunyai urusan dengan Allah, hendaklah anda momohon kepadanya agar Dia menyelamatkan
anda dari serangan lebah-lebah ini.” Laki-laki itu berkata: “Aku melihat anda mempunyai
kedudukan di sisi Allah, maka hendaklah kiranya Anda meminta kepada-Nya agar Ia
Menyelamatkan Anda dari keinginan terhadap buah delima. Karena delima orang menjadi sakit di
Dunia, sedangkan sengatan lebah hanya terletak dan mengenai tubuh, sedangkan sengatan hawa
nafsu , mengenai hati.” Kemudian aku berlalu pergi meninggalkannya.

Karena keinginan nafsu, seorang raja menjadi diperbudak olehnya, sementara karena kesabaran
membuat hamba menjadi raja. Tidaklah Anda tahu kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha? Nabi Yusuf
benar-benar menjadi raja di Mesir berkat kesabarannya, sementara Zulaikha menjadi orang yang
hinda dina, miskin, dan buta karena terseret oleh keinginan hawa nafsunya. Dia tidak memiliki
kesabaran dalam menghadapi cintanya kepada Nabi Yusuf as.

Abu hasan Ar-Razi bercerita, bahwa ia bermimpi melihat Ayahnya setelah dua tahun dari
kematiannya. Dalam mimpinya ia melihat ayanya memakai baju dari Aspal. Lalu Ia bertanya : “
Wahai Ayah, mengapa aku melihat Anda sebagai ahli neraka.” Sang Ayah menjawab,
waspadalah Anda dari tipu daya nafsu.” Sebagaimna terungkap dalah Syair berikut ini :
“Aku diuji dengan empat hal yan kesemuanya membebaniku begitu berat dan mencelakakan aku.
Yaitu Iblis, dunia, jiwa dan hawa nafsuku. Bagaimana keluar daripadanya, karena semuanya
adalah musuhku.
Aku melihat bahwa nafsu selalu mengajak dan membisikkan kecendrungannya di dalam
kegelapan syahwat dan pendapat.”

Hatim Al-Hasan berkata: “Nafsuku begitu ulet dan tangguh, ilmuku adalah pedangku, dosaku
adalah kerugianku, setan adalah musuhku dan aku adalah orang yang mengkhianati diri sendiri.”

Seorang Ahli ma’rifat menceritakan bahwa Hatim menyatakan sesungguhnya jihad itu ada tiga
macam, yaitu :

1. Jihad dalam menghadapi orang kafir. Ini merupakan jihad lahiriah, sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah swt. : “ Mereka berjihad di jalan Allah.” (QS. Al-Maidah
: 54)
2. Jihad terhadap orang yan batil, dengan jalan memberikan pengertian dan menyertainya
dengan argumentasi (hujjah). Sebagaimana yang dijelaskan daam fimran Allah swt. : “Dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl : 125)
3. Jihad melawan hawa nafsu yang selalu memerintahkan untuk melakukan kejahatan. Allah
swt. Berfirman : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.” (QS. Al-Ankabut : 69)

Nabi Muhammad saw. Bersabda : “Jihad yang paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu.”
Para sahabat, ridhwanullahi ‘alaihim ketika pulang dari jihad melawan orang-orang kafir, mereka
berkata: “ Kita telah kembali dari perang kecil menuju pada perang yang lebih besar.” Mereka
menyatakan bahwa jihad menghadapi hawa nafsu dan syetan sebagai jihad yang besar. Karena
jihad melawan orang-orang dalam medan pertempuran, hanya terjadi pada waktu tertentu saja,
dan musuh yang dihadapi juga dapat terlihat dan dapat diketahui dengan jelas. Tetapi berperang
melawan setan dan hawa nafsu, berarti mereka berperang melawan musuh yang tak dapat dilihat
dan medannya pun tak terbatas. Dengan demikian berperang melawan musuh yang dapat dilihat
dengan jelas tentu lebih mudah daripada menghadapi musuh yang tidak dapat dilihat.

Disamping itu, setan memiliki pembantu di dalam diri Anda, yaitu hawa nafsu, sedangkan orang
kafir yang anda hadapi tidak memiliki pembantu di dalam diri Anda. Oleh sebab itu berperang
melawan hawa nafsu merupakan perang yang spektakuler.

Ketika anda dpat membunuh dan mengalahkan orang kafir, berarti Anda meraih kemenangan dan
mendapatkan harta rampasan perang. Dan jika orang kafir dapat membunuh Anda, maka Anda
mati syahid dan mendapatkan balasan syurga. Tetapi anda tidak dapat membunuh syetan yan
selalu melakukan perlawan terhadap Anda, dan apabila ternyata syetan dapat membunuh dan
mengalahkan Anda, maka Anda menjadi terjatuh dalam siksaan Tuhan.

Sebagaimna disebutkan : “Barangsiapa yang kudanya terlepas dari tangannya dan lari
meninggalkannya dalam medan pertempuran, maka kuda itu akan jatuh pada tangan orang-orang
kafir yang menjadi musuh Anda. Tetapi ketika imannya yang terlepas dan lari meninggalkannya,
maka Ia menjadi jatuh kedalam murka Tuhan Yang Maha Perkasa. Na’udzu billahi minhu.

Ketika seseorang terjatuh dalam kekuasaan prang-orang kafir, maka tangannya tidak terbelenggu
pada lehernya, kakinya itdak diikat, perutnya tidak sampai lapar dan tidak pula telanjang
tubuhnya. Tetapi apabila seseorang terjatuh dalam kemurkaan Tuhan. Maka wajahnya menjadi
hitam pekat, tangannya terbelenggu dengan rantai pada lehernya, kakinya diikat dengan tali-tali
neraka, makanan dan minumannya api dan pakainnya pun juga dari api.”
Bab 6 Mukaasyafatul Qulub " Kelalaian"
Penulis Lombok Blogger Diterbitkan 3:52 PM
IMAM GHAZALI

MUKAASYAFATUL QULUB
Penjelasan Bab ke-6 Kitab Mukaasyafatul qulub "kelalaian"

Kelalaian dan kelengahan akan menambah penyesalan, kelalaian akan menghilangkan


kenikmatan dan menghalangi penghambaan kepada Allah. Kelengahan akan menambah
kedengkian, keaiban dan kekecewaan.

Diceritakan bahwa ada sebagian orang-orang saleh, bermimpi melihat gurunya. Dalam mimpi itu
ia bertanya kepada sang guru : “ Penyesalah manakah yang terbesar menurut anda?” Sang guru
menjawab : “ Penyesalah akibat kelengahan.”

Adapula riwayat yang menyebutkan bahwa sebagian mereka bermimpi melihat Dzun Nun Al-
Mishri, lalu ia berkata kepadanya : “Apakah yang diperbuat Allah pada Anda?” Dzun nun
menjawab : “Dia telah menundukkan aku dihadapan-Nya, lalu berfirman kepadaku:”Hai orang
yang berpra-pura, orang yang bohong, Anda mengaku cinta kepada-Ku, tapi kemudian anda
lengah dari Aku.

Sebagaimana disebutkan dalam syair :

Anda terlelap dalam kelalian dan hati anda Alpa, Usia anda terus berlalu sementara dosa-dosa
tetap menggudang.

Diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang saleh bermimpi melihat ayahnya. Dia bertanya
kepada sang ayah: “Wahai ayahku, bagaimana kondisi anda?” Sang Ayah menjawab:”Ketika
hidup di Dunia saya dalam keadaan lengah dan matipun saya dalam kondisi lengah.”

Disebutkan didalam kitab Zahrur Riyadh, bahwa Nabi Ya’kub bersaudara dengan malaikat maut,
suatu ketika malaikat maut datang kepada Nabi Ya’kub, kemudian ia bertanya kepadanya:

“Wahai malaikat maut, Anda datang untuk mengunjungi aku, ataukah untuk mencabut
nyawaku?”, Malaikat maut menjawab : “Aku dating hanya untuk mengunjungi anda”. Nabi
ya’kub berkata: “Aku berharap anda sudi memenuhi hajat dan permohonanku.”, “Hajat apakah
itu?” Tanya malaikat maut. Nabi Ya’kub berkata: “Apabila ajalku telah dekat dan Anda akan
mencabut nyawaku, Hendaklah kiranya anda memberitahukan kepadaku.” Malaikat maut
menjawab : “ Ya, akan kau kirimkan pada anda dua atau tiga utusan.”

Ketika ajal nabi Ya’kub telah tiba, datanglah malaikat maut kepadanya, dan Nabi ya’kub
bertanya kepadanya sebagaimana biasanya

“Wahai malaikat maut, Anda datang untuk mengunjungi aku, ataukah untuk mencabut
nyawaku?” “Aku dating untuk mencabut nyawa anda” Jawab malaikat maut.

Lalu Nabi Ya’kub bertanya, seolah menagih janji : “ Bukankah anda telah berjanji kepadaku,
bahwa sebelum anda mencabut nyawak, terlebih dahulu anda akan mengirimkan utusan
kepadaku?”
“Aku telah melakukan hal itu, dan menepati janjiku” Jawab malaikat maut. “Putihnya rambut
anda, yang sebelunya hitam, Lemahnya tubuh anda setelah kuat sebelumnya, adalah utusanku
kepada anak adam sebelum kematiannya, hai Ya’kub”, sambungnya.

Masa terus berlalu, hari-hari pun terus melaju, sementara dosa tetap terjadi;
Telah dating utusan kematian, sementara hati terlelap dalam kalpaan.
Kenikmatan Anda di dunia merupakan tipuan dan penyesalan;
Kehidupan Anda di dunia penuh dengan kesemuan dan kebatilan.”

Abu Ali Ad-Daqaq berkata:


“Suatu ketika aku dating mengunjungi salah seorang saleh yang sedang sakit. Dia termasuk salah
seorang masyayikh besar.

Saat itu, ia dikelilingi oleh murid-muridnya dan menangis. Dia seorang syaih yang sudah lanjut
usia. Dalam kondisinya yang kritis itu, aku bertanya : “ Wahai tuan, mengapa anda menangis,
apakah ada urusan mengenai persoalan dunia?” Dia menjawab : “Bukan itu penyebabnya, akan
tetapi karena shalatku yang terbengkalai.” Aku kembali bertanya:”Bagaimana hal itu bisa terjadi,
padahal anda adalah orang yang rajin mendirikan shalat?” Dia menjawab:” Tidakkah anda
melihat kondisiku saat ini, aku terbaring tidak dalam keadaan bersujud, aku tak dapat mengangkat
kepala dan kesadarankau tak terkonsetrasi mengingat tuhanku, Aku tengah dalam kelalaian.
Sementara saat ini detik-detik menjelang ajalku dan aku dalam keadaan lengah.

Selanjutnya dia mendesah dan bersyair.

“Aku merenungkan kondisiku, saat dihalau di hari kiamat;


Saat dibaringkannya pipiku di alam kubur seorang diri
Yang sebelmnya mulia dan berderajat tinggi
Dosa-dosaku tergadaikan, sedangkan aku berbantal tanah liat.
Aku merenungkan tentang panjangdan luasnya hisab,
Tentang kebinaan kedudukanku, saat menerima catatan amalku
Tetapi harapanku kepada-Mu ya Tuhan yang menciptakanku
Hendaklah kiranya Engkau mengampuni DOsa-dosa ku, Ya ilahi
Didalam kitab Uyunul akbar disebutkan bahwa Syaqiq Al-Bulkhi berkata:
” Manunisa mengucapakan tiga hal, tetapi mereka benar-benar mengingkati apa yang
dicuapkannya itu dalam perbuatannya.Pertama Mereka berkata : “ Kami adalah hamba-
hamba Allah.” Tetepi perbuatan mereka seperti perbuatan orang-orang merdeka. Yang
demikian ini adalah pengingkaran atas ucapannya.
Mereka berkata : “ Allah yang menanggung rizki kami.” Tetapi hati mereka tidak tenang
dan tidak merasa puas kecuali dengan dunia dan mengumpulkan harta kekayaaan. Ini
adalah pengingkaran atas ucapannya.
Yang terakhir Mereka mengatakan: “ Kematian adalah sebuah kepastian.” Tetapi
perbuatan mereka seolah-olah tidak akan mati. Ini juga sebuah pengingkaran atas ucapan
mereka.

Maka renungkanlah wahai saudaraku, dengan tubuh mana Anda akan menghadap ke hadirat
ilahi?
Apa yang akan anda katakana, ketika Dia bertanya mengenai sesuatu yang terkecil sampai yang
terbesar?

Maka persiapkanlah jawaban yang benar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Takutlah
kepada Allah, sesungguhnya Dia maha mengetahui apa yang anda kerjakan, yang baik maupun
yang buruk. Kemudian berilah nasihat kepada orang-orang mukmin agar tidak meninggalkan
perintah-Nya dan hendaklah mengesakan-Nya baik dalam kesunyian maupun keramaian, dalam
keadaan suka maupun duka.

Nabi Muhammad saw. Bersabda : “ Tertulis pada tiang arasy: ‘sesungguhnya Aku berkenan
untuk mengindahkan orang yang taat kepada-Ku, Aku mencintai orang yang mencintai Aku, Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku dan Aku mengampuni orang yang
memohon ampun kepada-Ku’ “

Insyaallah, pembahasan Bab 6 Kitab Mukaasyafatul qulub "Kelalaian" ini akan saya
lanjutkan pada kesempatan berikutnya.
BAB 7. Lupa Pada Allah, Kefasikan dan
Kemunafikan
Penulis Para Pejalan Diterbitkan 7:57 AM
IMAM GHAZALI

KITAB KLASIK

MUKAASYAFATUL QULUB
Alhamdulillah, saya kembali berkesempatan malanjutkan seri postingan Kitab Mukaasyafatul
Qulub (Menyingkap Rahasia Qalbu) Karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali. Kali ini Bab. 7 Lupa
Pada Allah, Kefasikan dan Kemunafikan.

Berikut adalah Isi pembahasannya, semoga bermanfaat.

Pada suatu ketika seorang wanita datang kepada Hasan Basri ra. dan berkata : "Sesungguhnya
anak perempuanku yang masih muda belia telah mati, aku menginginkan untuk dapat melihatnya
di dalam tidur. Aku datang kepada Anda, agar kiranya Anda mengajarkan keapdaku sesuatu yang
dapat aku jadikan perantara untuk dapat melihatnya."

Maka Hasan Basri mengajarkan sesuatu kepada wanita itu, sehingga ia benar-benar bermimpi
melihat anaknya dalam keadaan terbelenggu.

Wanita itu menjadi bersedih karenanya, lalu ia ceritakan hal tersebut kepada Hasan Basri ra.
Setelah beberapa waktu berlalu dari kejadian itu, Hasan Basri bermimpi melihat anak perempuan
wanita tersebut, berada di dalam surga dan diatas kepalanya terdapat mahkota.

Putri itu berkata kepada Hasan Basri ra: "Wahai Hasan, tidakkah Anda mengenal aku? Aku
adalah putri dari wanita yang dahulu pernah datang kepada Anda dengan mengatakan begini dan
begini kepada Anda."

Lalu Hasan Basri bertanya kepadanya. "Apa yang bisa membuat Anda seperti yang saya lihat
ini?" Putri itu menjawab: "Ada seorang laki-laki nekewati kuburan kami, dia membaca shalawat
kepada Nabi Muhammad saw. sekali. Sementara didalam area pekuburan itu terdapat 550 orrang
dalam keadaan tersiksa.

Kemudian terdengar sebuah seruan: "Bebaskan mereka dari siksaan, berkat bacaan shalawat
orang laki-laki itu.

Pelajaran Dari Kisah Ini


Dengan sebab bacaan shalwat seorang laki-laki tersebut, orang-orang yang tersiksa dalam alam
kubur itu mendapatkan ampunan.

Lalu bagaimana seandainya ada orang yang membaca shalat kepada Nabi Muhammad saw.
selama lima puluh tahun, apakah dia tidak mendapatkan syafaat Beliau pada hari kiamat?

Allah swt. Berfirman:

"dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah." (QS. Al-Hasyr:19)

Maksudnya ialah janganlah Anda berbuat maksiat seperti perbuatan orang yang lupa kepada
Allah swt. yaitu dengan meninggalkan perintahNya dan mengerjakan larangan-Nya, bersuka ria
dalam pesta kesenangan kehidupan duniawi dan terperangkap oleh tipu dayanya.

Rasulullah saw. ketika ditanya tentang orang mukmin dan orang munafik, berliau bersabda:
"Orang mukmin ialah orang yang tujuan hidupnya untuk shalat dan berpuasa. Sedangkan orang
munafik ialah orang yang tujuan hidupnya untuk makan dan minum laksana binatang,
meninggalkan ibadah dan shalat. Orang mukmin sibuk bersedekah dan mencari ampunan.
Sementara orang munafik sibuk dengan kerakusannya dan panjangnya angan-angan yang
berlarut-larut. Orang mukmin memutuskan harapan dari setiap orang kecuali kepada Allah swt.
dan menawarkan hartanya demi kepentingan agama Allah. Sedangkan orang munafk gemar
berbuat jahat dengan perasaan bangga dan gembira ria. Orang mukmin bertanam dan
menkhawatirkan akan kerusakannya, Sedangkan orang munafik merusak dan mencabuti
(tanaman), namun ia berharap bisa memanen. Yang terakhir, orang mukmin memerintah dan
melarang menurut ketentuan agama dan selalu bersaha melakukan kebaikan. Sementara orang
munafik memerintah dan melarang untuk kepentingan dan kepemimpinannya serta suka berbuat
kerusakan. Bahkan orang munafik, memerintah yang munkar dan melarang yang ma'ruf."

Allah swt. Berfirman:

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama,
mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka
menggenggam tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah merlupakan mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-
orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka
kekal didalamnya." (QS. At-Taubah: 67-68)

Allah swt. Juga Berfirman:

"Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di
dalam Jahannam." (QS. An-Nisa':140)

Yakni, yang demikian itu, apabila mereka mati dalam kekafiran dan kemunafikannya. Allah swt.
mulai menyebutkan orang-orang munafik (di dalam ayat tersebut) Karena mereka mereka lebih
buruk dan lebih berbahaya daripada orang-orang kafir. Tetapi Allah swt. menjadikan neraka
sebagai tempat mereka semuanya.

Allah Berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingaktan paling bawah dari neraka;
dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka (QS. An-Nisa':
145)

Lafal munafik diambil dari lafal Naifaa'ul yarbu' yang mengandung pengertian liang binatang
sejenis tikus, tetapi kakinya lebih panjang dari tangannya, ekor dan telinganya lebih panjang bila
dibandingkan dengan tikus.

Dijelaskan bahwa binatang yarbu' memiliki dua liang, liang yang satu disebut natiqa', sedangkan
liang yang kedua disebut qashia'.

Binatang itu dapat menampakkan diri dari liang yang satu dan keluar dari liang yang lain. Orang
munafik biasa menampakkan dirinya seolah-olah sebagai orang muslim, tetapi sesungguhnya dia
keluar dari Islam menuju pada kekafiran.

Disebutkan dalam suatu hadits: "Sesungguhnya perumpamaan orang munafik itu seperti seekor
kambing yang Anda lihat berada antara dua kelompok kawanan kambing. Suatu saat ia berjalan
menuju pada kelompok yang ini, pada saat yang lain ia pergi ke arah kelompok yang lainnya.

Kambing itu tidak menetap pada salah satu kelompok dari keduanya, sebab ia adalah kambing
asing dan bukan merupakan bagian dari kedua kelompok tersebut."

Demikianpula halnya dengan orang munafik, dia tidak menetap sepenuhnya bersama kaum
muslimin, juga tidak bersama orang-orang kafir.

Insyaallah bersambung, segera...

Anda mungkin juga menyukai