Anda di halaman 1dari 11

Octa Cinta Buku

Membuat Outline untuk Cerita Fiksi

ocitamala

7 tahun yang lalu

PulpenKertas

Saat kita membuat sebuah proyek yang melibatkan begitu banyak detil, tidak dipungkiri akan membuat
kita pusing. Apalagi jika detil tersebut berhubungan dalam urutan yang bertumpang tindih. Di saat
seperti itu kita bisa kehilangan fokus (atau stress).

Seorang arsitek memecahkan masalah ini dengan maket (rumah dalam bentuk miniatur) dan cetak biru.
Seorang programmer komputer memecahkan masalah ini dengan DFD (Data Flow Diagram), System
Flow, Algoritma dan Flow Chart. Lantas bagaimana dengan seorang penulis novel?

Novelis memang membutuhkan juga skema untuk membangun cerita seperti seorang arsitek dan
programer komputer diatas. Namanya agak berbeda. Biasanya disebut Outline. Jika istilah outline agak
asing, mungkin istilah proposal skripsi akan lebih mudah dikenal bagi calon sarjana.

Outline menggambarkan titik-titik penting dalam cerita. Outline adalah kerangka cerita yang belum
diberi daging dan baju. Namun meskipun telanjang, gambaran cerita dapat segera ditangkap. Outline
adalah bahasa diantara novelis dengan dirinya sendiri dan bahasa antara dirinya dan penerbit.

Kenapa harus memakai outline? Suka-suka, sih. Tidak membuat juga tidak masalah. Tetapi pertimbangan
berikut ini biasanya menjadi dasar pembuatan outline:

Anda menjual ke penerbit? Penerbit pasti tidak ingin rugi. Dia pasti ingin tahu cerita anda dapat dijual
apa tidak?

Anda dibatasi oleh jumlah halaman, deadline, dan tentu amunisi cerita.
Anda harus meletakkan point-point cerita yang menarik di sepanjang novel. Menyebarkan di titik di
tempat pembaca mulai bosan terhadapa cerita sehingga dengan meletakkan point menarik tersebut
pembaca mulai bangun dan tertarik kembali pada cerita anda.

Outline bisa dijadikan pagar, sampai seberapa lebar area cerita anda.

Tapi perlu diingat, outline bukan harga mati. Anda masih bisa mengubahnya di tengah-tengah cerita.
Saya sendiri juga sering melakukannya.

Pertanyaan selanjutnya adalah, apa isi dari outline? Layaknya proposal skripsi, outline berisi rencana-
rencana bab anda pada cerita tersebut, dan point-point pada masing-masing bab tersebut serta sinopsis.
Saya pribadi meluaskan outline dengan menambahkan detil karakter pada karakter utama.

Berikut adalah contoh Outline:

Sinopsis

Johan Elanta dan adiknya, Sonya Elanta tinggal bersama neneknya sejak Johan berumur enam tahun.
Ayahnya meninggal karena Leukemia sementara Ibu mereka meninggal karena melahirkan Sonya. Saat
Johan memasuki tahun ketiga SMA-nya, saudara kakek mereka mulai mempermasalahkan rumah tempat
nenek mereka. Rumah yang selama ini mereka tempati adalah milik Kakek buyutnya. Karena berstatus
rumah warisan, maka adik dan kakak kakeknya meminta rumah tersebut dijual dan uang hasil penjualan
akan dibagi-bagi diantara mereka.

Nenek mereka sedih dan depresi. Kadar gula meninggi akibat penyakit diabetesnya kambuh dan matanya
buta. Johan menjadi sedih. Dengan berbagai cara ia mencoba menyembuhkan neneknya. Namun
keadaan keuangan neneknya tidak memungkinkan. Selama ini mereka hidup hanya dari uang pensiunan
kakek mereka yang tidak seberapa. Gabungan biaya dari sakit neneknya, biaya pendidikannya dan
adiknya serta untuk makan sehari-hari menjadikan hidup mereka semakin memprihatinkan.

Johan berkeluh kesah pada keempat sahabat karibnya. Dari pembicaraan-pembicaraan diantara mereka,
akhirnya tercetus sebuah ide. Masing-masing dari sahabatnya mempunyai potensi dari hobi mereka yang
dapat dijadikan sumber penghasilan. Anton, si jago biologi mengusulkan berjualan bunga. Danang,
peminum kopi kelas wahid, mengusulkan membuat warung kopi. Sementara Syaiful adalah anak penjual
kue dan gorengan yang berjualan di Pasar Blauran, mengusulkan berjualan kue dan gorengan dan Bagio,
anggota sepeda onthel Surabaya, mengusulkan berjualan spare part sepeda onthel.

Semula Johan pesimis dengan usul teman-temannya. Bisnis yang mereka tawarkan adalah bisnis umum.
Sudah banyak orang yang melakukannya. Namun dia berpikir keras, agar dia dapat menjadikan usul
teman-temannya menjadi bisnis yang menguntungkan. Akhirnya dia dapat menemukan konsep yang
bagus. Johan menjadikan usul-usul mereka menjadi satu bisnis. Johan mengusulkan untuk mendirikan
tempat nongkrong dengan kebun kecil. Kebun tadi akan diisi dengan bunga-bunga dan tanaman lainnya
yang dapat dibeli pengunjung. Sebagai hiasan di dalam ruangan. Ia mendirikan etalase barang-barang
yang berhubungan dengan sepeda onthel sampai sepeda onthelnya sendiri, ini pun dapat dibeli oleh
pengunjung. Tempat nongkrong itu nantinya akan diisi dengan kopi dan kue-kue hasil buatan ibu Syaiful.
Konsep mereka adalah menyediakan tempat nongkrong dengan harga terjangkau dengan tidak adanya
batasan waktu.

Masalah kedua timbul. Mereka tidak mempunyai tempat dan modal. Johan memutar otak lagi sampai
sedemikian lama tapi tidak menemukan jawabannya. Ia hampir frustasi, sampai suatu ketika, ia
mendapat jatah warisan sebagai wakil dari kakek mereka dari hasil penjualan rumah. Dengan terjualnya
rumah tersebut, maka Johan, adiknya dan nenek harus hengkang dari rumah tersebut. Karena uang
warisan tersebut tidak mencukupi untuk membeli rumah, maka Johan membeli tanah kaplingan. Sisa
uang dari membeli tanah kaplingan dan mendirikan tembok mengelilingi tanah tersebut, ia pergunakan
untuk menyewa tempat untuk tempat bisnisnya.

Masalah ketiga timbul, niat teman-temannya, mengendur. Anton patah hati, Ibu Syaiful terkena demam
berdarah, sehingga Syaiful harus merawat ibunya sendiri. Sedangkan nilai rapor Danang dalam keadaan
buruk. Hanya Johan dan Bagio, berusaha memecahkan masalah mereka disamping masalah mereka
sendiri. Sonya mendapat tamu bulanan pertama. Tidak tahu harus bagaimana, Johan menghubungi
temannya, Deena. Johan bertanya pada Deena dalam susunan bahasa yang salah. Ia memulainya dengan
pertanyaan: “Boleh meminta pembalutmu?” Tentu saja Deena menamparnya. Setelah Johan
menjelaskan bahwa ia membutuhkannya untuk adiknya karena dia masih belum uang untuk membeli,
Deena akhirnya mengerti. Bahkan bersedia ke rumah Johan untuk membantu menjelaskan segala
sesuatunya kepada adiknya.

Deena terkejut dengan keadaan rumah Johan. Ternyata hanya sebuah tenda di tanah dengan tembok
yang mengelilinginya. Sejak saat itu Deena merasa simpati dengan Johan. Terlebih ketika Johan bercerita
tentang usahanya mendirikan tempat nongkrong tetapi terancam gagal. Deena menawarkan bantuan
dan dengan senang hati Johan menerimanya.

Keadaan Nenek Johan makin memburuk. Disamping matanya yang buta, sekarang nenek telah lumpuh.
Praktis sehari-hari, Sonya dan Johan bergantian merawat nenek mereka. Untuk menghibur nenek. Johan
membelikan kursi roda. Ketika ia sudah mendapatkannya. Tiap sore, Sonya ataupun kakaknya mengajak
neneknya berjalan-jalan.

Usaha Johan yang mati-matian mendirikan usaha bisnisnya bersama Deena, menarik simpati teman-
temannya yang lain. Akhirnya Danang, Anton, Syaiful, dan Bagio kembali bersama untuk merealisasikan
mimpi mereka.

Di malam soft opening tempat nongkrong mereka. Johan memberanikan diri untuk mengajak Deena
berpacaran. Deena yang pada dasarnya memang bersimpati dengan Johan langsung menerimanya.
Kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Nenek Johan meninggal tiga hari sesudah acara tersebut.
Johan merasa linglung. Dia merasa tidak berhasil membahagiakan neneknya. Niat semula untuk
memberikan pengobatan terbaik di rumah sakit tidak terlaksana. Beruntunglah Johan, baik Deena
kekasihnya, serta teman-temannya mencoba menyadarkan Johan, bahwa mereka tidak gagal. Mereka
mengingatkan bahwa Johan telah membelikan kursi roda untuk nenek, menginspirasi mereka untuk
mandiri, dan terutama membuat masa depan adikanya cerah, karena ia sudah mempunyai cukup uang
untuk membiayai pendidikan Sonya sampai selesai.

Gambaran Karakter Utama

1. Johan Elanta (Kakak Sonya Elanta)

– Senang berambut cepak

– Kulit sawo matang

– Bentuk wajah persegi.

– Tidak suka berkumis

– Tinggi 170 Cm

– Suka berpakaian ala kadarnya

– Suka bercanda
– Badan atletis

– Tanggal lahir: 2 Mei 1994

2. Sonya (Adik Johan Elanta)

– Berambut lurus

– Kulit putih kecoklat-coklatan

– Bentuk wajah oval

– Beralis tipis

– Suka berpakaian yang serasi

– Manja kepada kakaknya

– Takut terhadap gelap

– Sifat ceria

– Badan kecil

– Tanggal lahir 21 Oktober 1999

3. Nenek Sujiah (Nenek Johan dan Sonya)

– Berumur 80 tahun

– Janda

– Pada dasarnya sabar, ketika mata buta mulai bertindak seperti anak kecil

– 5 Januari 1932

4. Danang

– Senang memakai minyak rambut

– Badan tinggi besar

– Sifat lamban dalam pelajaran sekolah


– Suka santai

– Kulit coklat

– Bentuk wajah lonjong

– Kulit coklat matang

– Senang memelihara kumis tipis

– Jawa tulen, suka primbon, suka keris

– Adik kelas Johan Elanta

– Suka minum kopi

– Tanggal lahir: 20 Agustus 1995

5. Bagio

– Sifat lugu

– Bentuk wajah bulat telur

– Suka memakai sepeda onthel

– Perut gembul

– Tinggi 168 Cm

– Tanggal lahir: 15 Desember 1994

6. Syaiful

– Badan kurus, berkaca mata

– Religius

– Kulit sawo matang

– Pendiam

– Cerdas

– Tanggal lahir 3 Februari 1993


7. Anton

– Senang memakai jam tangan mahal

– Berambut lurus

– Berbadan sedang

– Tinggi 164

– Senang berbahasa mandarin

– Tanggal lahir 4 Februari 1993

8.Deena (Pacar Johan Elanta)

– Bertubuh ramping

– Senang minum jamu

– Berambut ombak

– Kulit putih kekuning-kuningan

– Senang bersepatu sport

– Memakai kalung dan gelang

– Dari keluarga menengah

– Tanggal lahir 9 September 1995

– Pandai dalam Kimia dan Matematika

Isi Bab:

BAB 1: Masa Terindah

1. Kegelisahan terhadap masa depan


2. Merawat nenek

3. Ingatan akan masa kecil

BAB 2: Ini Bukan Masa Kecil

1. Pemberitahuan mengenai saat membagi warisan

2. Johan berusaha membatalkan pembagian warisan

3. Gula darah nenek tinggi dan buta

4. Johan bercerita masalah warisan kepada sahabat karibnya dan meminta pemecahan

BAB 3: Permulaan

1. Johan mengungkapkan gagasannya mendirikan suatu usaha

2. Saat bingung memutuskan suatu usaha.

3. Sonya membantu Johan memutuskan tempat usaha

4. Anton kehilangan kekasih


BAB 4: Setetes Keringat

1. Peringatan pembagian warisan

2. Rapat keluarga

3. Nilai rapor Danang memburuk

4. Pembagian uang penjualan rumah

BAB 5: Badai

1. Ibu Syaiful demam berdarah

2. Hanya tinggal Bagio dan Johan yang masih bersemangat

3. Johan membeli tanah kaplingan

4. Nenek lumpuh

BAB 6: Malu Pangkal Kacau

1. Pengalaman pertama Sonya

2. Johan meminta bantuan Deena


3. Deena membantu Sonya

BAB 7: Bantu Aku

1. Deena menawarkan bantuan kepada Johan

2. Mencari tempat usaha

3. Mempersiapkan tempat usaha

4. Membelikan nenek kursi roda

BAB 8: Titik Balik

1. Anton kembali bergabung

2. Syaiful dan Deena mempelajari cara membuat kue dari ibu Syaiful

3. Danang mengejar ketertinggalan pelajaran dibantu Johan dan Deena

4. Nenek hanya bisa berbaring

BAB 9: Pembukaan Pertama

1. Mengundang teman-teman sekolah


2. Mengajak perkumpulan sepeda onthel untuk datang berkunjung

3. Membagi brosur

4. Pembukaan pertama

5. Johan menyatakan cinta pada Deena

BAB 10: Akhir dan Mula

1. Nenek dalam keadaan tak sadarkan diri

2. Bergantian menjaga nenek

3. Nenek meninggal

4. Menghibur Johan.

Kategori: Dunia Menulis

Tag: cerita fiksi, karakter fiksi, menulis, menulis novel, outline, Ringkasan, sinopsis, tips dan trik, tips trik
menulis

Tinggalkan sebuah Komentar

Octa Cinta Buku

Kembali ke atas

Anda mungkin juga menyukai