Anda di halaman 1dari 55

Menjadi

Dalam 1 Hari

@BriliAgung
CARA PENGGUNAAN E-BOOK INI

Suatu kebahagiaan bagi saya untuk


menyebarluaskan ilmu melalui e-book ini. E-book ini
berisi tulisan dari saya dan sahabat saya Yohanes
Octa. Dan e-book ini berada di tangan Anda saat ini
adalah kebahagiaan yang wajib saya syukuri juga.
Karena saya memiliki visi ingin melahirkan 10.000
penulis Indonesia di tahun 2020.

Silahkan disebarluaskan ilmu yang ada di dalam buku


ini. Terutama untuk teman, saudara, orang
tersayang anda yang ingin jadi PENULIS. Sebarkan
ilmu ini seluas-luasnya.

Jikalau kamu ingin mengutip apa yang ada di buku ini


pun, silahkan. Namun kamu wajib mencantumkan
sumbernya dan nama saya sebagai penulisnya.
Karena jika tidak, itu plagiat dan itu akan mencoreng
wajahmu. Dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi
pada nama baikmu jika kamu mencoba
melakukannya.

Selamat membaca.

2
ARE YOU READY?
E-book ini saya susun sebagai edisi pertama dari
banyak seri Menjadi Jagoan Fiksi dalam satu hari.
Jadi, tenang saja. Setelah ini masih akan ada serial e-
book yang lain tentang pembahasan tema yang
sama. Yaitu menulis fiksi dan membuatmu serupa
JAGOAN FIKSI!
Dan, di seri pertama ini, yang akan kamu dapatkan
adalah
MEMBUAT CERPEN DALAM WAKTU SATU JAM!

Menulis cerpen hanya dalam waktu sejam?


Mungkinkah? Saya menjawabnya mungkin! Saya
sering melakukannya karena semenjak masih di
sekolah saya sering jualan cerpen.Saat masih
bersekolah, Mading (Majalah Dinding) dan majalah
sekolah adalah hal terkeren yang bisa dilakukan
murid-murid sekolah. Entah untuk alasan nampang,
pengin ngelaba secara literal atau sekedar dapat nilai
pelajaran Bahasa Indonesia. Bagi saya adalah ajang
cari duit sebab kebanyakan dari Mading tersebut
berisi cerpen. Karena mereka sering tak punya waktu
menulis, biasanya mereka beli dari
saya..he..he..he..he.

3
Lantas bagaimana cara membuat cerpen dalam
sejam? Mari kita bicara secara logika saja. Jika anda
ingin memasak makanan, anda tentu harus
mempunyai bahan. Apa yang anda masak kalau
bahan tidak ada. Kedua, anda harus mempunyai cara
memasak bahan tadi. Jika anda ingin memasak sup,
anda tahu bagaimana membuat kaldu. Bahan-bahan
apa saja yang dimasukkan pertama kali. Dan kapan
saatnya memberikan bumbu serta kapan
menyatakan selesai memasak. Di dalam penulisan
fiksi, point-point tadi berlaku.

Sebagai bahan pertama, anda tidak bisa tidak harus


mempunyai bank ide. Bank ide adalah kumpulan
inspirasi-inspirasi yang muncul dimana saja, kapan
saja tanpa permisi. Karena tanpa permisi, maka anda
harus mencatatnya saat itu juga. Dan karena anda
harus mencatatnya saat itu juga, maka kemana-
mana biasakanlah membawa notes dan bolpoint.
Kenapa harus bank ide? Sebab banyak waktu dipakai
hanya untuk memikirkan mau menulis apa, ya? Jika
anda sudah mempunyai Bank ide, maka anda tinggal
mencomot salah satunya sebagai roh cerpen anda
manakala dibutuhkan.

4
Berikut ini adalah beberapa contoh tulisan ide saya.

1. Seorang cowok mencintai cewek yang frigid


karena perlakuan tidak senonoh pamannya.

2. Seorang cewek mencintai seorang cowok


yang ternyata waria

3. Seorang adik cemburu karena kakaknya tidak


perhatian terhadapnya dan mulai bermain
sendirian di rumah kosong sebelah rumah
sehingga bertemu teman bermain dalam
wujud arwah tetapi dia tidak tahu kalau
temannya itu arwah (cerita misteri)

Bahan kedua adalah banyak-banyaklah membaca


cerpen dan novel. Kenapa? Sebab kegiatan ini akan
meningkatkan reflek tulisan anda. Mengenai reflek,
anda dapat membandingkannya dengan orang
berlatih beladiri. Kenapa mereka melatih satu
pukulan selama berjam-jam. Sebab dengan
membiasakan pukulan tersebut, suatu ketika akan
timbul kebiasan, dan kebiasaan akan menghasilkan

5
reflek. Dengan adanya reflek ini, anda tidak perlu
memikirkan harus memukul dengan cara apa ketika
menghadapi lawan. Reflek ini yang membuat anda
secara otomatis melakukan pukulan tertentu.

Bahan ketiga adalah membaca/mempelajari non-


fiksi. Pelajari bentuk-bentuk rumah di sekitar anda
atau lewat majalah arsitektur. Amati bagaimana cara
wanita memakai make-up. Cari tahu jenis-jenis
sepatu, jenis-jenis kain pakaian, cara bicara orang
pada daerah tertentu. Baik juga untuk mempelajari
jenis-jenis tanaman-tanaman, bunga, jenis mobil,
sepeda motor dan sebagainya. Non-fiksi ini akan
membantu anda mendeskripsikan
setting/background cerita dan pernak-pernik tokoh
anda.

Setelah bahan, mari kita membicarakan


masalah cara memasak. Tulislah pada bagian yang
sangat menarik bagi anda. Jika bagian pertama tidak
menarik, anda tidak perlu memaksakan diri menulis
pada bagian pertama. Lebih baik selesai menulis
bagian lain daripada menghabiskan waktu berjam-

6
jam memikirkan bagian pertama. Saya pribadi lebih
suka menulis pada bagian konflik, kemudian bagian
penyelesaian, baru pada bagian permulaan.

Gambar 1

Permulaan adalah penting. Kata pertama, kalimat


pertama, paragrap pertama adalah neraka dalam
penulisan fiksi. Pada bagian ini pembaca
memutuskan apakah suka/meneruskan membaca
cerita kita. Dengan demikian bab pertama perlu
mendapatkan perhatian serius dari kita. Saya pribadi
mempunyai beberapa pilihan untuk menulis
paragrap pertama.

7
1. Memulai dengan bagian paling menarik pada
cerita

2. Memulai dengan konflik

3. Membuat pembaca bertanya-tanya

Berkenaan dengan permulaan cerita. Saya


menyarankan beberapa hal:

1. Perkenalkan setting cerita.


Apakah terjadi di sekolah? Di rumah tua? Di
Indonesia? Di Korea? Pembaca pasti ingin
segera tahu setting agar bisa segera masuk ke
cerita.

2. Perkenalkan tokoh utama secepat mungkin.


Tokoh utama adalah tempat hati pembaca
meletakkan emosi mereka. Semakin cepat
anda mengenalkan tokoh, semakin mudah
anda mengarahkan emosi mereka di kalimat-
kalimat selanjutnya.

8
3. Pembaca ingin segera tahu apakah cerita ini
cocok untuk mereka. Karena hal ini anda harus
sudah memberi mereka rambu. Beritahukan
kepada mereka apakah cerita anda tentang
remaja yang bercinta? Horor? Fantasi?

Seperti yang sudah saya tulis, saya lebih senang


memulai cerita pada bagian konflik. Saya merasa
lega jika sudah menyelesaikan bagian konflik, sebab
“tak ada masalah” berarti tak ada cerpen/novel.
Untuk mempratikkan teori, saya akan memaparkan
proses pembuat cerpen horor saya yang
berjudul Temani Aku.

Jaka turun dari truk tentara dengan malas. Desa ini


memang tidak bersuasana buruk. Bayangan desa
seperti lagu Desaku karangan Dr L Manik terasa
nyata. Hanya saja suasana hati Jaka begitu jatuh
saat harus KKN pada saat Nissa, kekasihnya,
sedang sakit. Ia sudah mencoba menghubungi Ketua

9
Program Studi maupun Rektor untuk meminta
dispensasi. Jawaban mereka kompak. Tidak ada
toleransi. Jaka sudah sudah empat belas semester.
Berarti ini semester kiamat. Jika tidak lulus, sudah
dipastikan dia harus keluar dari perguruan tinggi
ini. Bersamaan langkah kakinya menuju tempat dia
akan tinggal selama dua minggu KKN di desa ini,
satu persatu truk tentara yang membawa
rombongan mahasiswa berlalu.

Tempat Jaka bersama tujuh orang anggota


kelompoknya adalah sebuah rumah penduduk yang
lama tidak terpakai. Pak Dirman, Kepala Desa
disini, mengatakan kalau rumah ini tidak ditempati
karena masih diperebutkan antara ahli waris
setelah Mbah Joyo meninggal. Mahasiswa pionir
yang bertugas mempersiapkan tempat bagi
mahasiswa lain, rupanya telah merapikan rumah ini
dengan baik. Tidak ada tanda-tanda rumah kosong
sebelumnya. Tembok-tembok sudah dipoles dengan
kapur sehingga lumut-lumut dan bau lembab hilang.
Kamar Jaka terletak paling belakang, bercampur
dengan tiga anggota lainnya, sedangkan kamar
depan diisi anggota perempuan. Kamar mandi

10
rumah ini sudah rusak. Meninggalkan tumpukan
batu bata dan atap tanpa genting, untunglah para
pionir sudah membuatkan kamar mandi dan kloset
darurat dua meter dari reruntuhannya dan satu
meter dari sumur tua.

Malam pertama diisi dengan perkenalan antara


mahasiswa dan penduduk sekitar. Jaka minta ijin
ketua kelompok untuk tidak ikut serta. Sejak dari
Jakarta kepalanya memang selalu berputar-putar.
Kata dokter dia mengindap Vertigo. Agar ijin dari
Ketua kelompok keluar ia berjanji untuk merancang
saluran air yang akan digunakan mengalirkan air
dari sumber di pegunungan sampai ke desa
penduduk.

Baru saja jam yang dilihat Jaka bergerak di pukul


sepuluh. Ia heran, pertemuan di Balai Desa
seharusnya sudah selesai tetapi belum ada tanda-
tanda keramaian diluar rumah yang menandakan
mereka sedang menuju ke dalam rumah. Suasana
rumah sepi. Bunyi jengkerik dan kumbang tanah
bertalu-talu. Dingin sungguh menggigit. Jaka

11
merapatkan sarung. Matanya sudah tak kuat lagi
melihat kertas rancangan saluran air. Ia
meletakkan pensil dan penggaris, menyesap kopi
kemudian menyandarkan punggung pada sandaran
kursi.

Jendela disamping tempat duduknya terbuka. Sinar


bulan seharusnya dapat menerangi ruangannya.
Sayang sinar lampu tempel menyembunyikannya.
Listrik di rumah ini sudah dicabut beberapa bulan
yang lalu. Masing-masing ahli waris tidak ada yang
mau membayar sebelum ada kejelasan kepemilikan
rumah.

Mata Jaka setengah tertutup. Hampir saja ia jatuh


tertidur. Samar-samar, terdengar suara air
bergemericik di belakang. Telinga Jaka menangkap
senang, itu tandanya sudah ada teman-temannya
yang datang. Mereka pastilah mencuci kaki sebelum
memasuki rumah. Jaka membenahi cara duduk. Ia
tidak ingin diketahui sedang bermalas-malasan,
sebab lain kali Ketua kelompoknya pasti tidak akan
memberikan ijin untuk tidak mengikuti acara.

12
Dia merasa heran. Sudah beberapa menit, tetapi
suara air itu tetap terdengar. Tidak ada tanda-tanda
ada orang masuk rumah. Tapak kakinya menapak
pelan-pelan menuju pintu belakang. Suara air
berhenti. Ia heran. Dengan hati-hati dibukanya
pintu. Lintasan angin basah membuat dadanya tiba-
tiba seperti kram. Ini bukan lagi dingin, tapi beku.
Pandangannya menyatroni dari kiri ke kanan. Tak
ada tanda-tanda orang. Lantas suara apa tadi?
Sudah jelas tadi suara air.

Ia menutup pintu lagi dan masuk ke dalam. Kurang


beberapa langkah di depan pintu kamar, suara
gemericik air kembali terdengar. Jaka berlari
menuju pintu dan cepat-cepat membuka pintu.
Suara air jatuh masih terdengar. Kali ini ia yakin
ada seseorang di kamar mandi. Ukuran kamar
mandi dari dinding besek memang cukup kecil.
Sehingga tidak heran jika seseorang yang mandi di
dalam sesekali menyenggol besek.

Tersengal-sengal, hidungnya berusaha mengatur


aliran udara lambat-lambat agar tak menimbulkan

13
suara. Matanya mencari sesuatu di sekitarnya.
Sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai senjata.
Ini pasti pencuri, pikirnya. Orang ini pasti tahu
kalau mahasiswa-mahasiswa dan penduduk saling
mengenalkan diri di balai desa sehingga tempat
tinggal mahasiswa banyak yang sepi.

Jaka menemukan pacul dan mengacungkan pacul


tersebut ke udara sambil berjalan mengendap-endap
mendekati kamar mandi. Jantungnya serasa
meledak menahan nafas. Pintu besek nampak
bergeser. Suara deritan karena beradu dengan
tanah seakan seperti suara rem kereta api. Ia
bersiap. Genggaman jemarinya pada kayu pacul
semakin kuat.

“Ahhhhh,” suara perempuan menjerit tertahan.


Beberapa menit yang lalu, Jaka melihat sebuah kaki
akan menapakkan kaki di tanah depan kamar
mandi. Sinar bulan menerangi sedikit bayangan
sosok yang merunduk. Rambutnya lebat. Baru saja
tangannya akan mengayunkan pacul ke arah kaki
sosok itu, perempuan itu menjerit.

14
“Maaf, Mbak.” Dia merasa bersalah.

Mata perempuan itu terbelalak. Tiga deret garis


terbentuk di keningnya. Ia menyeret pantatnya
mendekati pintu besek, menjauhi Jaka. Cahaya
rembulan yang pelit membantu mengenali kulit
tangannya yang putih, menyembul dari kaos
berwarna putih. Rambutnya terberai-berai tak
beraturan. Sejenak Jaka mengendus wangi bunga
sedap malam.

“Saya kira Mbak tadi pencuri. Maaf.” Ia


mengulurkan tangan. “Mari saya bantu berdiri.”

Tangannya tetap terpaku ke tanah sementara mata


gadis itu melebar. Menatap tajam tapi lemah ke
arah Jaka. Pemuda itu berjongkok. Diam. Berharap
gadis itu pulih dari rasa terkejut. Pelan-pelan gadis
itu berdiri sendiri, tapi tiba-tiba tubuhnya limbung
ke arahnya. Jaka cepat-cepat mengembangkan
tangan. Tubuh gadis itu tertangkap lengannya
sebelum tersungkur. Sekali lagi wangi bunga sedap

15
malam menari-nari di ujung hidungnya. “Ahh.”
Sekali lagi gadis itu terpekik.

“Sepertinya kaki Mbak terkilir. Ayo masuk kedalam,


saya punya minyak urut.” Gadis itu mencengkram
lengan Jaka. Pria itu maklum kalau gadis itu masih
ketakutan. “Jangan takut. Saya gak akan menyakiti,
Mbak. Saya pikir Mbak pencuri, jadi saya tadi mau
pukul, Mbak.” Cengkeramannya semakin
mengendur. Jaka lantas menuntunnya masuk ke
dalam rumah.

Gadis itu duduk pada kursi. Jaka mengurut dari


bawah kaki keatas.

“Namaku Icha,” ujar gadis itu serak.

Jaka mendongak. Ia lega gadis itu mulai pulih. “Aku


Jaka.” Senyum mengembang Jaka membuat Icha
merasa nyaman. Gadis itu mulai tampak rileks.

“Kamu penduduk disini?” Jaka bertanya-tanya


sambil mencuri-curi pandang. Jeansnya terlalu

16
bergaya untuk dikatakan penduduk daerah ini.
Kulitnya putih bersih. Tak ada laburan make-up
pada wajah. Rambutnya bergelombang hitam legam,
tampak terawat.

Icha menarik sudut bibirnya. Senyum masih


diantara rasa nyaman dan jengah. Karena Icha tak
bersuara, Jaka melanjutkan, “Atau kamu salah satu
mahasiswa yang KKN? Aku tidak pernah lihat kamu
sebelumnya. Dari fakultas apa?” Telapak tangannya
mengurut sampai dibawah lutut setelah
menggulung celana Icha.

Semakin lama, pria ini merasa heran. Seharusnya


balsem akan membuat telapak tangannya dan kaki
Icha hangat. Tetapi entah kenapa, ketika telapak
tangannya bersentuhan dengan kulit Icha, Jaka
merasakan kebekuan. Semula tidak terasa. Tapi
lama kelamaan, tangannya terasa kaku, seperti
mencelupkan tangan pada sebaskom es.

Jaka mendengar ada suara dari arah depan dan


mengarahkan wajah pada pintu. Suara laki-laki

17
bersahut-sahutan dengan gelegak tawa wanita.
“Sebentar, ya. Aku buka pintu dulu. Tadi aku kunci
pintu karena sendirian.”

“Hei, kamu rugi gak ikutan. Tadi kita kenalan


dengan anaknya Pak Lurah. Cakep juga.” Budi
terkekeh. Membesar-besarkan kata “Cantik” agar
Jaka merasa rugi,

“Klise banget,” jawab Jaka. “Seperti di sinetron.


Kenapa kalau di desa yang cantik selalu anaknya
Pak Lurah? Kenapa tidak anaknya Pak Camat atau
salah satu penduduk, kek.”

Mereka serempak tertawa. Jaka menggeser


badannya agar teman-temannya melewatinya. “Aku
gak kalah sama kalian, meskipun bukan anak Pak
Lurah.”

Budi dan Ruslan berputar balik, “Maksudnya kamu


juga sama….hemmm…ehmmm disini?” Ruslan
menyelidik. Mereka berdua lantas berjalan cepat ke
arah dalam. Ruangan depan memang dipisahkan

18
oleh tembok dan dihubungkan dengan pintu
berteralis besi model jaman dulu. Ketiga gadis di
belakang mereka cuma geleng-geleng kepala. “Dasar
cowok.”

Jaka berjalan lambat-lambat, dia sengaja


membiarkan mereka merasa buntung karena gadis
yang ditolongnya tak bertampang mengecewakan.
Namun ketika dirinya sampai selangkah dari pintu,
ia melihat Budi dan Ruslan kebingungan. Mata Jaka
tidak dapat melihat kedudukan kursi dan Icha dari
seberang pintu karena terhalang tembok. Ia lantas
melewati pintu dengan tanda tanya. Tak ada Icha.
Dia lantas ke kamar. Tak ada seorang pun.
Kemudian ia menyusuri koridor pendek menuju
pintu belakang. Tak ada sesosok pun.
Pandangannya terarah ke kamar mandi. Tak ada
gerakan apa pun. Ia lantas melihat Budi dan Ruslan
lewat bahunya. Kedua temannya tampak terheran-
heran.

***

19
“Ikuti aku.”

“Tadi kamu kemana? Kok gak pamit dulu. Masih


marah sama aku?”

Alih-alih menjawab, gadis itu hanya menaikkan


sebelah alisnya. Tangannya menggandeng tangan
Jaka. Pria itu tak merasa dipaksa, bahkan berada
dalam keadaan jantung tak menentu. Seperti
hendak mengajak gadis untuk jadian. Icha berjalan
dengan kadang-kadang meloncat. Satu dua kali ia
menoleh pada Jaka. Saat mata mereka bertemu
Jaka merasa ada suatu arus tak kasat mata
menjalar dari mata gadis itu ke matanya. Sesuatu
yang menguncinya. Terkadang di sepanjang
perjalanan mereka, Jaka terpikir hendak
menanyakan sesuatu, tetapi entah kenapa,
keinginan itu musnah dengan sendirinya.

Jaka tidak mengenal tempat ini. Pemandangan yang


dia ingat adalah sebuah jalan kecil dengan barisan
rumput-rumput setinggi manusia sebelum danau.
Sebentuk pohon besar tampak merajai ketinggian di

20
tempat itu. Sinar bulan menjatuhi air danau,
membuat pecahan sinar-sinar kecil seperti
berpendar dari permukaaan.

Jaka turut duduk disamping Icha. Gadis itu masih


membisu agak lama. Kedua kakinya ia tekuk. Rok
putihnya seakan menyatu dengan pendar sinar
bulan. Matanya seperti melihat sesuatu di kejauhan.
Tepat saat Jaka menoleh padanya, Icha juga turut
menoleh. Matanya tampak lebih bulat. Kelam
dikitari bayangan hitam.

“Apa kamu punya pacar?”

Jaka mengangguk.

“Kalau begitu, lupakan dia.”

Jaka terkejut. Dia baru saja kenal Icha beberapa


jam sebelumnya, tetapi gadis ini sudah berani
berbicara seakan-akan mereka kenal lama.

21
“Maaf. Aku tidak tahu kenapa kamu tiba-tiba
begini.”

“Aku butuh teman. Di tempatku aku merasa sepi.”


Icha mendesah pelan. “Ketika aku melihatmu
kemarin, aku menyukaimu. Aku memutuskan untuk
mengujimu dan aku menyukai cara kamu
memperlakukanku.”

“Kalau yang kamu butuhkan cuma teman, kenapa


aku mesti meninggalkan pacarku.”

“Karena sekali kamu datang ke tempatku, kamu tak


akan pernah kembali.”

“Maksudmu tidak ada kendaraan semacam Angkot


atau Bis?”

Icha menarik pipinya kesamping. Bola matanya


kembali ke posisi semula. Meredup. Suatu tawa
samar terbayang disana.

22
“Kamu akan bahagia disana. Kamu tak perlu
bekerja. Kita bisa berduaan seharian.”

Jaka bingung dengan keberanian Icha. Seorang pria


lumrah berbicara seperti Icha tadi, tetapi jika yang
berbicara adalah gadis, barulah luar biasa. Seorang
gadis berani berduaan dengan seorang pemuda?
Tidak salah dengar?

“Icha.” Jaka serasa tercekik, kemudian berdiri di


depan Icha. Kedua tangannya memegang bahu Icha
“Kamu gadis yang cantik. Tapi aku sudah punya
Nissa. Andai keadaanku berbeda.” Jaka berada
diantara perasaan bingung dan cemas.

Sejenak Icha lebih mengagumi Jaka lebih besar dari


beberapa menit lalu. Namun suasana hatinya
sedikit demi sedikit berubah mengingat bahwa pria
di depannya ini telah menolaknya.

23
Jaka bergidik. Icha terdiam beku. Matanya berkaca-
kaca. Sesuatu dari sudut matanya mengalir.
Semakin lama cairan itu semakin deras. Bau anyir
menyeruak tajam. Jaka terperangah saat cairan tadi
mulai membasahi pakaian Icha. Pakaian gadis itu
berubah berwarna merah. Cairan pekat itu tak
hanya keluar dari mata namun mulai keluar dari
dahi, telinga, dan hidung. Pria itu bermaksud akan
mundur, namun kakinya serasa tertancap ditanah,
bahkan matanya tak dapat ditutup untuk
menghindari kengerian pandangan di depannya.

24
Pundak Icha bergetar hebat. Deru nafasnya mulai
terdengar tersengal-sengal.

Jaka mencoba menggerak-gerakkan kaki, tetapi


percuma. Keringat dingin mengalir deras dari
kening. Tenggorakannya dipenuhi sisa-sisa
makanan tadi malam. Perasaan mual mencuat dari
perut.

Air danau berubah menjadi lautan darah. Entah


darimana, tiba-tiba sebuah lingkaran api mulai
mengelilingi gadis itu.

“Aku menawarkan kebahagian dan kamu


menghinaku. Bahkan aku mengemis di depanmu.
Tapi kamu cuma bergeming. Semua laki-laki sama.
Kaummu cuma perusak wanita, seharusnya Tuhan
menyesal pernah menciptakan laki-laki.”

Seiring dengan berakhirnya kata terakhirnya, tubuh


Icha meninggi. Tubuhnya menjadi setinggi pohon
paling besar di tepi danau.

25
Jaka mencelus dalam ketakutan. Jantungnya serasa
berhenti berpacu saat tangan Icha mengulur dari
ketinggian mencekiknya. Pandangan Jaka kabur.
Paru-parunya serasa pecah karena tidak
mendapatkan udara.

***

Jaka bangun. Dengan rakus diambilnya udara kuat-


kuat. Dia duduk di ranjang. Telapak tangannya
memeriksa leher. Tak ada telapak tangan seseorang
disana. Tak ada gangguan di paru-parunya. Suara
berderit dari alas kasur kalah dengan suara hiruk
pikuk diluar. Beberapa teman-temannya ternyata
sudah bangun. Hari ini mereka mempersiapkan
pembuatan saluran dari sumber air di dekat gunung
menuju ke perkampungan penduduk.

Ruslan masuk kamar sambil menenteng handuk. Ia


tersenyum pada Jaka. “Mana rancangan saluran
airmu?”

26
Jaka menunjukkan dengan dagu ke arah meja.
Ruslan menuju ke meja.

“Bagus. Sudah pantas kamu lulus dari teknik sipil.”


Ia terkekeh.

“Rus?”

“Hemmm.”

“Apa ada mahasiswi yang bernama Icha?”

Ruslan mengalihkan pandangan dari kertas


rancangan ke Jaka. “Seingatku tidak ada.”

“Kalau penduduk?”

“Yailah, Sob. Kita-kita baru ketemu mereka tadi


malem. Itu pun cuma kepala keluarga, bagaimana
kita bisa tahu ada anggota keluarga mereka yang
bernama Icha?” Ruslan berjalan mendekati ranjang
Jaka dan duduk di tepi. “Kamu kelihatannya
penasaran banget dengan nama Icha?”

27
“Tidak apa-apa.” Jaka berdiri, menghampiri tempat
meletakkan handuk dan pergi ke kamar mandi.

Pukul tujuh pagi pekerjaan pembuatan saluran air


dimulai. Jaka melihat setiap muka penduduk dan
mahasiswa. Menjelang jam sepuluh ia kecewa. Tak
satu pun dari mereka bermuka Icha. Jaka duduk
dibawah pohon, menikmati kopi dari teko. Di
kejauhan tampak Budi memberi instruksi pada
sesama mahasiswa dan beberapa penduduk. Baru
saja hendak menyandarkan punggung ke pohon,
Ruslan menepuk punggungnya.

“Kamu masih mencari Icha? Aku lihat kamu seperti


kebingungan dari tadi.”

Jaka tak menjawab. Matanya diarahkan pada Budi


dan kawan-kawannya. Tak mungkin ia
menceritakan kejadian malam itu pada Ruslan.
Temannya itu pasti mengiranya sedang
berhalusinasi.

28
“Oke oke, gini. Aku bantu kamu. Kita menuju ke
tempat Pak Lurah. Kita tanya disana, apakah ada
penduduk yang bernama Icha? Sebab sudah jelas
diantara mahasiswa tidak ada yang bernama Icha.
Bagaimana?”

Jaka tersenyum. Sejurus kemudian mereka berjalan


bersama menuju ke tempat Pak Lurah.

Wajah Pak Lurah tampak menegang. Beberapa


pegawai di sekitar mereka juga tampak berpandang-
pandangan ketika mendengar nama Icha disebut.
Pria paruh baya itu kemudian menuntun Jaka dan
Ruslan agar memasuki ruang pribadinya. Setelah
pintu ditutup, Pak Lurah berdehem sebentar
sebelum berkata, “Bapak ingin tahu, darimana Nak
Jaka tahu nama Icha?”

Jaka sudah menduga pertanyaan seperti tadi akan


diajukan. Ia menimbang-nimbang jawaban yang
akan dia berikan. Dia tidak tahu apakah nama Icha
berarti buruk atau baik bagi desa ini, jika baik tak
masalah, namun jika buruk namanya sendiri juga

29
turut buruk. Akhirnya ia memutuskan untuk
berterus-terang kecuali tentang mimpinya.

Pak Lurah menyatukan kedua ujung jari dan


bertelekan pada meja di depannya. Matanya
terkatup rapat. Ruangan tampak sunyi untuk
beberapa saat. Pelan-pelan Pak Lurah membuka
mata. Tampak cairan bening mengalir deras.
Sebelum bersuara, ia mengusap-usap kedua
matanya dengan tisu. “Icha anak saya. Tetapi
kenapa dia selalu menampakkan diri ke orang lain?
Saya dan ibunya kangen. Kenapa dia tidak pernah
berbicara pada kami, meskipun cuma lewat mimpi.”

Jaka terperangah. Ruslan bingung. Kedua alisnya


naik saat menoleh pada Jaka. Ia hendak bertanya
pada Jaka tapi terpotong oleh suara Pak Lurah.
“Icha kuliah di Bandung. Setahun lalu, Icha pulang
berlibur ke rumah kami. Kami senang sekali. Sudah
dua tahun dia tidak pulang.” Pak Lurah
menerawang. Matanya seperti melihat kejadian
masa lalu dalam layar. “Suatu hari dia ijin pada
kami. katanya ingin mengunjungi teman-teman

30
sekolahnya dulu.” Pria baya itu kembali bergetar.
Sekali lagi ia menangkupkan kedua telapak tangan
ke wajah. “Sejak itu dia tak pernah kembali.”

“Apakah sudah dilakukan pencarian?” Jaka terburu-


buru bertanya tetapi kemudian menyesal. “Tentu
saja sudah, tidak mungkin orangtua membiarkan
anaknya hilang,” batinnya.

“Kami sudah melakukakan pencarian dimana-mana.


Bahkan sudah melaporkan ke Polisi. Ada saksi mata
mengatakan melihat Karso bersama Icha sebelum
hilang. Polisi menangkapnya, tetapi kemudian
melepaskannya lagi karena tidak ada bukti.”

Jaka menarik nafas panjang. Dari sudut matanya ia


melihat Ruslan tampak gelisah. Tiba-tiba ada
sesuatu melintasi benaknya. “Apa di sekitar sini ada
danau, Pak?”

Pak Lurah memakai kaca mata yang ia lepas tadi.


Bergantian antara punggung tangan dan telapak, ia
mengusap sisa-sisa cairan hangat pada pipinya.

31
“Saya tahu maksud Nak Jaka. Kami sudah mencari
disana, tetapi tidak menemukan apa-apa.”

“Apa Bapak sudah mencari di tengah-tengah


danau?”

Ruslan dan Pak Lurah sama-sama terkejut.


“Maksud kamu dia ditengge….” Ruslan buru-buru
menutup mulutnya yang lancang setelah melihat
pandangan wajah Jaka yang menegur.

Dada Pak Lurah serasa meledak. Gelombang emosi


tampak bergelora pada titik paling tinggi.

“Kalau diperbolehkan, kami ingin meminjam perahu


atau apalah untuk bergerak ke tengah danau,” ucap
Jaka.

Pak Lurah menggeleng. Jaka kemudian berpaling


pada Ruslan. “Kamu tahu sejak dari Bandung kalau
rancanganku butuh beberapa tong untuk
penjernihan air dari gunung? Aku pinjam dulu buat
membuat rakit.”

32
Ruslan mengangguk.

Suasana siang menjadi gempar. Kasak-kusuk


mengenai maksud pembuatan rakit tersebar dengan
cepat. Beberapa mahasiswa membantu Ruslan dan
Jaka membuat rakit, sisanya ada yang langsung
menyiapkan jalan agar mereka mudah membawa
rakit ke danau. Istri Pak Lurah tergopoh-gopoh
menghampiri suaminya. Pakaiannya tak rapi,
sepertinya wanita itu langsung pergi dari rumah
begitu mendengar pemberitaan mengenai Icha.

Jaka menggumam pada Ruslan, “Siapa yang


menyebarkan berita, sih, kok jadi ramai sekali.”
Ruslan tak menanggapi, dia terus mengikat tong-
tong.

Penduduk dan mahasiswa berdiri di pinggir danau,


berharap-harap cemas ketika rakit mulai berjalan di
danau. Jaka berdiri di bagian belakang, Ruslan dan
tiga orang lainnya mendayung. Sesampai di tengah
danau, Adi, Bayu dan Ruslan menyelam dengan

33
bermodal kaca mata renang. Sebagai mahasiswa
UKM Selam, mereka bertiga dapat diandalkan.

Beberapa menit kegiatan penyelaman tak


menghasilkan apa-apa. Beberapa kali Ruslan dan
teman-temanya naik ke permukaan mengambil
udara lantas menyelam lagi.Pada menit ke enam
belas, Ruslan muncul ke permukaaan.
“Jak, sepertinya kita harus menelepon Polisi. Aku
menemukan mayat. Salah satu kakinya diikat
dengan pemberat.”

34
Mata Jaka membesar. Mukanya memerah. Aliran
darah pada nadi di kepalanya tampak akan
meledak. Ia memejamkan mata kemudian
menaikkan handy talkysampai sebatas mulut.
“Katrina. Tolong panggil ambulan dan Polisi.”
Tangis Pak Lurah menjadi-jadi saat petugas
ambulan memasukkan jenasah pada kantung
berwarna kuning. Bu Dirman pingsan. Katrina dan
beberapa mahasiswi lain membombongnya menjauhi
ambulan.

Pandangan Jaka kosong seiring bunyi suara


ambulan menjauh. Kedua lengannya terkulai
disamping. Ruslan dan Budi menghampirinya.
Tangan Ruslan menepuk-nepuk bahu Jaka. Tetapi
Jaka seperti ada di dunia lain. Pandangannya
terletak pada belokan tempat ambulan menghilang
ditutupi perumahan penduduk.

“Bagaimana kamu tahu kalau dia ada disini?”


Ruslan bertanya dalam nada rendah.

35
“Icha pernah membawa aku di danau ini dalam
mimpi. Dia duduk disini,” Jaka menunjuk pada
sebuah batu di sela-sela tanaman berbunga kuning
kecil. “Pandangannya selalu menuju pada tengah
danau. Pandangan sedih. Pandangan tak berdaya
tapi marah. Lagipula sangat mudah ditebak. Kalau
kamu membunuh seseorang di danau, maka tengah-
tengah danau adalah tempat paling tepat untuk
menyembunyikan mayatnya.”

Ruslan dan Budi membimbing Jaka meninggalkan


danau. Seorang polisi memandang ke arah mereka.
Ketika sudah dekat, Polisi itu menghampiri. Ruslan
memisahkan diri menghadang Polisi. Budi tak
mendengar isi pembicaraan mereka, tetapi beberapa
saat kemudian Polisi itu meninggalkan mereka.
Ruslan kembali bersama Budi membimbing Jaka
meninggalkan danau. Bisik-bisik orang-orang
sepanjang perjalanan seperti bagian akhir dari
musik. Menghilang perlahan-perlahan, tak pernah
mampir ke telinga Jaka.

***

36
Jaka tersenyum pada penjaga makam. Ibu tua itu
berdiri dengan tersenyum. Sebuah sapu lidi ada di
tangan kanannya. Jaka mulai mengenal Ibu
Sartinah karena sebulan sekali ia datang di makam
ini dalam setahun terakhir. Lagipula dia tak pernah
pelit memasukkan sepuluh ribu pada kotak amal
dari kayu usang di jalan masuk, sehingga
kedatangan Jaka selalu disambut dengan sangat
sukacita.

“Ini makam Icha yang beritanya ada di TV-TV itu?”


tanya Nissa. Baru kali ini dia ikut dengan Jaka ke
pemakaman di desa ini.

Jaka mengangguk pelan. Ia menggandeng tangan


Nissa. Kakinya sudah ahli menghindari makam-
makam yang tak beraturan. Ia berusaha tak
melangkahi makam yang hanya berupa gundukan di
tanah. Jika terpaksa melewatinya dia berkata maaf
dalam hati.

Jaka dan Nissa duduk pada sebuah makam


sederhana. Batu nisannya terbuat hanya sebuah

37
kayu bertuliskan Maleasiska Saraswati. Sebuah
tanaman puring di tanam di bagian kepala makam,
disamping kendi berisi air. Sebuah payung ada di
seberang kendi. Menurut adat Jawa, payung ini
adalah pertanda bahwa wanita yang meninggal
belum menikah.

Karso langsung ditangkap saat jenasah Icha


diketemukan. Ia mengakui bahwa dia yang
membunuh Icha. Rupanya, diam-diam Icha
melanjutkan hubungan mereka di Bandung
meskipun Pak Lurah tak menyetujui hubungan
mereka. Alasan Pak Dirman masuk akal, Karso
pemalas. Sudah beberapa lama ia menganggur
tanpa mau berusaha mencari kerja. Icha hamil dan
ingin berterus-terang pada orang tuanya serta
berusaha menuntut Karso menikahinya.

Sebelum sempat berbicara dengan orangtuanya,


Karso membujuk Icha untuk bertemu dengannya di
danau. Agaknya Karso bermaksud membungkam
Icha sebelum menyampaikan kabar buruk dan
menyebar pada seluruh kampung. Mereka

38
bertengkar. Karso memaksa Icha menggugurkan
kandungannya tetapi Icha tidak mau. Pria itu lantas
kalap dan memukul Icha sampai jatuh tersungkur.
Ketika melihat kepala Icha yang berdarah, timbul
niatnya membunuh Icha. Tangan Karso yang
gempal mencekik leher Icha.

Karso mulai ketakutan saat melihat tubuh Icha tak


bergerak. Ia kemudian pulang ke rumah, mengambil
tali, menghantamkan batu pada kepalanya untuk
memastikan Icha tewas dan mengikat kaki Icha
dengan batu tadi. Sebuah rakit pemancing ikan di
tepi danau dijadikan alat membawa tubuh Icha ke
tengah danau dan menenggelamkannya.

Saya mengambil ide cerita dari bank ide yang selalu


saya tambahkan apabila saya mendapat ide baru. Ide
tersebut saya tuliskan seperti ini:

Seorang arwah A mencari manusia hidup B untuk


menemaninya di alam mereka

39
Ide diatas saya kembangkan dengan mengacu pada
tokoh. Dalam membuat cerita, saya selalu
memasukkan unsur humanisme karena meskipun
saya membuat cerita horor, saya tidak ingin hanya
sekedar membuat rasa ngeri atau misteri. Saya
punya tiga pilihan kelamin tokoh A-B Cowok-cowok,
cowok-cewek, atau cewek-cewek. Pilihan cowok-
cowok saya buang, karena tokoh cowok-cowok lebih
bagus hanya untuk berseteru, teman adu fisik, atau
adu ego. Rasanya cowok-cowok akan aneh kalau
terlalu mesra (kecuali homo). Sebenarnya tokoh
cewek-cewek adalah baik mengingat cewek-cewek
mempunyai apa yang disebut
sebagai sisterhood yang kuat (rasa solidaritas antar
cewek), tetapi saya mengubah kelamin tokoh B saat
menulis bagian awal cerita. Nah, sekarang ide saya
menjadi berikut:
Seorang arwah wanita A mencari cowok B untuk
menemaninya di alam mereka
Terus apa konfliknya:

Arwah wanita A kesepian, karena dia dibunuh dan


dibuang di tempat terpencil. Dia mencari cowok
yang baik B (karena dia mati oleh cowok yang

40
berkelakuan buruk sehingga dia rindu merasakan
kebaikan cowok). Cowok B tidak mau, sebab dia
sudah mempunyai pacar C (Cowok B mengira cewek
A menginginkannya menjadi cowok-nya. Padahal
maksud Si Arwah, cowok B mati dulu agar arwah
cowok B masuk ke alam cewek A).

Konflik sudah tercipta. Sekarang saya harus


merancang bagian akhir. Rasa kemanusiaan harus
terasa di bagian ini, oleh karena itu saya
menginginkan arwah A harus diakhiri
penderitaannya dan menemui kedamaian tanpa
mengorbankan cowok B (cowok B tetap hidup dan
tetap bersama pacar C). Saya melaksanakan
pemikirin ini dengan: Mayat cewek A diketemukan.
Saya merancangnya diketemukan di danau. Danau
saya pilih sebab bagian konflik terjadi pada mimpi
cowok B di danau. Dan kenapa konflik di danau?
Karena akan menimbulkan rasa misteri. Gak lucu
cerita horor terjadi secara massal (seperti film The
Mummy). Cerita horor harus terjadi pada
kesendirian tokohnya atau grup kecil dan pada
tempat yang terpencil (dalam cerita saya, danau).

41
Pada bagian akhir, saya juga menceritakan sejarah
cewek A menjadi arwah. Sejarah cewek A ini saya
gunakan untuk memperkuat rasa sentimental di
bagian konflik (yang lebih ke arah konfrontasi antara
cewek A dan cowok B). Setelah itu, saya
memberitahu pembaca bahwa cerita selesai dengan
cara menarasikan kedatangan cowok B ke makam
cewek A bersama pacar C. Keikutsertaan pacar C ke
makam bersama cowok B saya gunakan sebagai
keterangan akhir bahwa cowok B masih setia pada
pacarnya.

Bagian akhir perancangan cerita justru merancang


bagian permulaan (Lho?) sebab saya memulai dari
bagian konflik, bagian akhir terus ke bagian
permulaan. Pada bagian permulaan, saya harus
melogiskan cerita di konflik dan bagian akhir.

1. Kenapa cowok B bisa ketemu cewek A?


Jawaban: Karena cowok B sedang KKN di desa
tempat cewek A tewas dan cewek A ingin
mencari seseorang untuk menemaninya dan

42
memuaskan akan perasaan dicintai seorang
cowok yang baik.
2. Kenapa cewek A suka dengan cowok B?
Jawaban: Karena perhatian cowok B dengan
mengurut kakinya
3. Cowok B harus diisolasi dari orang lain (dia
harus sendirian berhadapan dengan cewek B
agar lebih mendebarkan)
4. Saya memasukkan chemistry antara cowok B-
cewek A agar cerita lebih sentimentil dengan
adegan cowok B mengurut cewek A. Tetapi
kenapa cowok B mengurut cewek A? Oleh
karena alasan ini, saya membuat cewek A
jatuh karena terkejut. Lantas hal logis apa yang
membuat cewek A terkejut, kan dia arwah,
pastinya tak akan ada seseorang yang
membuat arwah takut (kalau manusia takut
arwah sih sudah jelas jawabannya). Jawaban:
cewek A ingin menguji kebaikan cowok B
Sampai tahap ini, anda sudah mengetahui proses
kreatifitas saya dalam membuat cerpen
horor Temani Aku. Anda pasti memperhatikan,
bahwa saya cuma menggunakan A, B, dan C untuk
mengidentifikasi tokoh secara individu. Saya

43
mempunyai kecenderungan menyelesaikan plot
cerita terlebih dahulu daripada nama karena bagi
saya plot adalah bagian terberat dalam memanjakan
pembaca. Mengganti nama tokoh dapat dengan
cepat dilakukan di MS Words atau Open Office.
Tinggal search dan replace tetapi tidak dengan plot.
Mengubah di titik tertentu plot bisa saja merubah
keseluruhan cerita. Membuat plot sama saja
membuat pondasi sebuah rumah. Lewat pondasi,
kita dapat mengetahui ukuran ruangan, juga
menentukan apakah rumah kita dapat dibuat
bertingkat atau tidak, atau apakah tembok kita cepat
menjadi lembab atau tidak.
Saya menginginkan arwah A haruslah cewek manja
(kelemahan) tetapi tangguh (kekuatannya).
Sedangkah tokoh B haruslah cowok setia
(kekuatannya) tetapi mudah merasa kasihan
(kelemahannya). Dalam kelemahannya, cewek A
ingin mencari seseorang untuk menemaninya tetapi
tangguh (ingin mencekik cowok B dalam mimpi).
Dalam kekuatannya cowok B tetapi setia dan tak
menuruti cewek A namun berusaha menemukan
tempat mayat cewek A(karena kasihan terhadap
nasibnya, meskipun cewek A berusaha

44
mencekiknya). Pemikiran-pemikiran tadi yang
membuat saya memilih nama Icha dan Jaka. Nama
tersebut saya ambilkan dari library saya, sebab saya
sudah mempunyai kamus nama lengkap dengan
artinya. Saya mengulang-ulang nama Icha dan Jaka
dalam batin saya untuk merasakan efek nama ini,
dan saya mantap memakainya.
Sebagai akhir artikel, saya meringkas apa yang sudah
saya jelaskan pada artikel pertama dan kedua ini
dengan membandingkan waktu untuk mendapatkan
hal tersebut antara cara konvensional dan cara yang
saya lakukan sebagai berikut:

Cara
Konvesional
Nama Aksi Cara Saya Saya

Bank Ide: 0
menit, karena
saya tinggal
Mendapatkan mengambil dari Mendadak: 3
ide catatan saya hari

Mengerjakan 0 menit Bisa sampai

45
bagian yang sejam
paling disukai
(Anda dapat
memilih
sendiri sesuai
kemampuan
anda)

Bank Nama: 0
menit. Saya
tinggal
mengambil
darilibrary saya
(kamus nama,
catatan
mengenai arti Bisa sampai
Nama tokoh nama) sehari

46
INGIN PUNYA BUKU SENDIRI DAN JADI
KAYA DARI MENULIS? INI SOLUSINYA!

47
Dapatkan juga VOUCHER
DISKON Rp 250.000
untuk ikut Mentoring
Menulis Online #2 di
dalam BUKU #ME

48
PENGUMUMAN PENTING!!!
Jujur, saya KEWALAHAN!
Saat ini saya dan tim sedang mengerjakan 4 project
penulisan buku bersamaan. Juga masih ada puluhan project
yang terpaksa saya pending karena keterbatasan tim.
Dan nilainya cukup fantastis!
Saya memerlukan tambahan penulis untuk bergabung
menjadi tim penulisan di Inspirator Academy.
Syaratnya :
1. Sudah pernah menerbitkan minimal 2 buku atas nama
sendiri (major publisher, genre apapun) atau,
2. Certified program Kelab Penulis Muda atau Mentoring
Menulis Online oleh Inspirator Academy.
Apa keuntungannya bagi Anda yg terpilih menjadi tim kami?
1. Fee hingga 5 juta per project.
2. Mentoring langsung dari saya.
3. Menambah portofolio kepenulisan Anda.

Anda memenuhi syarat di atas atau anda memiliki kenalan


yang memenuhi syarat di atas?

Hubungi saya langsung melalui

E-mail : brili.agung.zp@gmail.com

Semoga ini menjadi pintu rezeki baru untuk para penulis


Indonesia.

Salam On Fire!
@BriliAgung
CEO Inspirator Academy

49
@BriliAgung
Terlahir ke dunia dengan dibekali anugrah Passion
Menulis dan
Mengajar oleh
Allah SWT.
Brili Agung
Zaky Pradika
menemukan
dunianya
sebagai
Trainer
sekaligus
Penulis.
Di dunia training ia dikenal sebagai Inspiratormaker.
Karena visi hidupnya “Melahirkan 7 juta Penulis Buku
sekaligus Public Speaker yang akan menjadi Inspirator
Indonesia di tahun 2060.”
Sudah melanglang buana ke seluruh pelosok Indonesia
dan ASIA untuk memberikan training di perusahaan
multinasional. Juga di lain sisi ia juga sudah mencetak
puluhan Inspirator JUARA lewat program Inspirator
Academy. Di sana ia menjadi guru untuk semua yang
ingin menginspirasi lewat lisan maupun tulisan. Ia
membekali para calon inspirator dengan ilmu public
speaking dan ilmu menulis.

50
Brili juga sudah menulis 6 buah buku (Jangan Bodoh
Mencari Jodoh, Mencintai Tak Bisa Menunggu, Reborn
: JBMJ, Seni Memantaskan Diri, ME, dan Dolphin
Dreams) dan sebuah buku kumpulan cerpen berjudul
Dolphin Dream. Selain itu ia juga fokus menjadi
ghost dan co-writer puluhan trainer, pengusaha
besar dan artis nasional. Ia menjadi sutradara bagi
siapapun yang ingin menginspirasi masyarakat luas
melalui lisan ataupun tulisan.
Untuk mengundangnya berbagi ilmu tentang Public
Speaking dan Writing Skills, hubungi :
E-mail : brili.agung.zp@gmail.com
Website : www.briliagung.com
Twitter : @BriliAgung
FanPage : www.facebook.com/BriliAgung
Instagram : BriliAgung
HP/WA : 087877859177
Pin BB : 7CB32C27

51
INSPIRATOR ACADEMY

Inspirator Academy
adalah Kawah
Candradimuka –nya para
calon Inspirator
Indonesia. Di akademi
ini, para calon Inspirator
akan dibekali kompetensi
untuk menjadi Inspirator
Juara. Inspirator Juara yang mampu menginspirasi
melalui kompetensi lisan dan tulisan. Inspirator
Academy memiliki kantor pusat di Graha Atika,
Warung Buncit, Jakarta Selatan. Dengan foundernya
Brili Agung dan tim yang solid, saat ini Inspirator
Academy sudah mulai merambah Bandung dan
Jogjakarta. Visi Inspirator Academy adalah dapat
mencetak 7 Juta Inspirator Juara Indonesia. Inspirator
Academy memiliki dua kategori Fakultas yang terpisah.
Faculty of Writing dan Faculty of Public Speaking.
Faculty of Writing
Ilmu layaknya binatang
peliharaan, apabila tidak
diikat, maka dia akan lepas.
Apabila hewan peliharaan
diikat dengan tali maka ilmu

52
diikat dengan tulisan. Disinilah tempat yang tepat bagi Anda
yang igin memiliki warisan berharga untuk anak cucu Anda
berupa buku karya Anda. Paling tidak sebelum meninggal,
Anda sudah mampu mewariskan harta paling berharga
dalam bentuk buku. Di sini, para calon Inspirator tidak
hanya dilatih untuk sekedar tahu ilmu menulis. Namun juga
akan digembleng agar bisa menerbitkan buku karya nya
sendiri. Metode yang unik selama 90 hari yang kami miliki
adalah SATU-SATUnya metode yang MENGGARANSI
naskah siap terbit. Ingin tau buktinya? Penulis buku ini
adalah bukti sahih yang tak terbantahkan bagaimana alumni
kami menelurkan karya terbaiknya.

Faculty of Public Speaking

Orang dengan ide atau


karya hebat namun tidak
bisa mengungkapkannya,
sama seperti orang biasa-
biasa saja. Oleh karena itu
di Public Speaking Academy kami melatih para calon
Inspirator agar Percaya Diri, Lepas, dan mampu
menginspirasi. Semua teknik untuk memunculkan rasa
percaya diri dan menghilangkan grogi dibagikan di sini.
Begitu juga teknik body languange efektif yang mampu
menyihir para audience. Cocok bagi Anda para businessman
yang ingin meyakinkan klien dan customer Anda. Cocok
juga untuk para Mahasiswa yang ingin teruji dalam

53
menyampaikan/ presentasikan karya tulisnya. Dalam dua
hari pelatihan, kami garansikan perubahan besar dalam diri
Anda!

Ingin mengenal Inspirator Academy Lebih dekat?


Alamat : Inspirator Building, Jalan Attahiriyah no. 19,
Pejaten Barat, Jakarta Selatan.
Customer Service : 0888-9768-687
Pin BBM : 24D1372C
Website : www.inspiratoracademy.com
Twitter : @InspiratorAcd

54
TERIMA KASIH UNTUK
Seorang sahabat sekaligus penulis bernama Yohanes
Octa yang sudah memberikan pencerahan melalui
artikelnya.

55

Anda mungkin juga menyukai