Anda di halaman 1dari 4

PENTING DAN TIDAKNYA SEBUAH OUTLINE

Halo semua.…

Pada materi kali ini kita akan membahas penting atau tidaknya sebuah outline saat

kita menulis novel. Nah, sudah berapa banyak karya yang kalian buat? Apakah semua

menggunakan outline? Atau justru langsung ketik saja?.

Di bawah ini adalah pembahasan seputar OUTLINE.

Pertama, kita harus tahu apa itu Outline.

Outline sendiri adalah kerangka, garis besar, atau guratan. Jadi artinya, outline ialah

sebuah rencana penulis yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan kita

kerjakan. Serta merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara berurutan, logis, jelas,

terstruktur, dan teratur.

Ibaratkan saja, outline itu sebuah design / sketsa gambar yang perlu kita kembangkan.

Kedua, bagaimana cara membuat Outline?.

1. Tentukan genre cerita yang akan kamu buat.

Nah yang pertama kali harus kamu lakukan adalah menentukan genre apa yang akan

kamu buat, dan kalian harus mengerti apa saja isi dari genre yang kamu ambil. Ada

Romance, Fiksi Remaja, Fantasi, Spiritual, dll.

2. Menentukan Premis.

Premis itu apa sih? Premis adalah pernyataan yang berfungsi sebagai kesimpulan,

biasanya premis sendiri bisa dijadikan deskripsi sebuah novel.

Contoh Premis Fiksi Remaja:

“Lucifer Andromeda, seorang badboy tampan, pemimpin suatu geng besar, ia

mempunyai banyak hal yang tidak ia sukai. Termasuk perempuan, namun suatu
hari dengan pertemuan sekejap mata dengan seorang perempuan. Ia langsung

jatuh cinta pada gadis tersebut.” ( contoh ini aku ambil dari Novelku, yang

berjudul Lucifer the leader of demon geng )

Lalu langkah selanjutnya kita harus mengembangkan premis yang sudah kita buat.

3. Membuat PROLOG.

Apa kalian pernah tidak suka satu cerita? Padahal kita baru membaca dibagian

prolognya. Alasannya dikarenakan prolog tersebut telah banyak kita lihat atau kita

temui. Misalnya: adegan bangun pagi lalu si Ibu menggedor pintu, melempar jam

beker, hari ini adalah hari pertama sekolah si A, dsb.

Nah, coba kalian membuat yang agak berbeda dengan cara memulai satu adegan

yang menjelaskan awal masalah, penjelasan karakter atau bagaimana bisa si A

bisa cinta dengan si B. jangan banyak-banyak secukupnya saja.

Contoh prolog diawali adegan:

“Kalau perlu, bakar sekalian markas mereka!” seorang remaja laki-laki dan bla bla

bla.

Kalau bisa kita harus membuat prolog yang semenarik mungkin, agar readers

menjadi greget, gemas, serta penasaran akan bab selanjutnya.

4. Menentukan ENDING.

Dari premis yang telah kita buat, kita sudah bisa menentukan endingnya mau

bagaimana. Ada Happy Ending, Sad Ending, atau ending tersebut digantungkan

oleh penulis.

Contoh:

Happy Ending: Akhirnya sang ketua geng itu bisa bertahan bersama dengan

orang yang dicintainya, walaupun banyak rintangan dan lain-lain. Namun mereka

tetap akan bersama.


Sad Ending: Gadis itu menjadi gadis broken home setelah Ayah dan Ibunya

memutuskan untuk bercerai, dan membangun keluarganya masing-masing.

Gantung: Lucifer terlibat kecelakaan maut dan mobilnya jatuh ke jurang,

mobilnya ditemukan hangus terbakar. Tetapi tubuh pengemudi itu tidak

ditemukan.

Dan lain sebagainya.

5. Menentukan Karakter Tokoh.

Tokoh beserta karakternya tidak luput dari berhasilnya sebuah karya novel,

buatlah nama tokoh yang muda di ingat pembaca. Selanjutnya buat tokoh utama

tersebut, diikuti tokoh yang lainnya.

6. Membuat Kerangka Cerita.

Di sekolah pasti kalian sudah pernah membuat kerangka cerita, kerangka cerita

sendiri berarti runtutan adegan, perjalanan cerita dari awal sampai akhir.

Dan itulah beberapa urutan cara membuat Outline. Manfaat adanya Outline bagi penulis

adalah.

- Mencegah writer's block.

- Agar ceritanya tidak keluar dari tema awal.

- Tidak terjadi pengulangan adegan atau kata.

Jujur saja, sebagai penulis saya tidak membuat Outline sedetail itu bahkan apa yang

saya corat-coret dibuku tulis cerita Lucifer belum tentu bisa disebut sebagai Outline.

Berikut saya sebutkan beberapa pengalaman saya, akibat dari tidak menulis Outline.

- Writer's block ( banyak macam-macam writer block ini, yang paling sering adalah

karena gak mood. Atau memang kita sedang malas, nah malas ini yang harus cepat
kita hilangkan ) banyak cara untuk mendapatkan good mood kembali, contohnya

menonton film/ drakor/ anime, makan, minum apa gitu yang menjadi kesukaanmu.

- Ide buntu / otak sedang kusut seperti benang sebenarnya menurutku ini masih satu

jalur dengan writer’s block .

- Adegan yang tidak masuk akal atau tidak nyambung.

- Update lama, karena kita tidak mendapatkan kosa kata saat menulis cerita.

- Mudah bosan, jenuh, tidak fokus akan cerita dan ingin berbiat membuat cerita

lain. Padahal cerita A belum tamat.

Dari penjelasan di atas… kalian lebih nyaman memakai Outline atau tidak?

Semuanya kembali kepada diri kita masing-masing. Nah bagi yang dalam proses menulis

novel, tetap semangat dengan apa yang kamu ciptakan. Menulislah apa yang kamu inginkan

bukan apa yang pembaca inginkan.

Ada tujuh ratus empat puluh delapan kalimat yang bisa saya ketik, apabila ada

kesalahan atau berbeda pendapat dengan kalian mohon maaf dan kemaklumannya,

terimakasih semua… 

Apa ada yang ditanyakan???

Anda mungkin juga menyukai